Breaking News

OPINI Air, Jokowi dan Du'a Toru 15 Feb 2021 09:32

Article image
GF Didinong Say. (Foto: ist)
Perlu diusulkan agar Bendungan yang akan diresmikan Presiden Jokowi tersebut kelak dapat dinamai BENDUNGAN DU'A TORU NAPUN GETE.

Oleh GF Didinong Say

 

"Air su dekat...." merupakan sepenggal ungkapan yang cukup tenar dalam sebuah iklan televisi beberapa tahun silam. Saat itu sebagian masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup tersinggung dengan bunyi kalimat iklan tersebut, yang sebenarnya cukup jujur dan realistis.

Ekpose atas kondisi NTT yang kekeringan, kurang air, tidak subur, jarang mandi dan lain-lain, serta-merta menimbulkan rasa malu. Konsumsi visual seperti iklan tersebut bisa saja membentuk generalisasi negative mindset terhadap wilayah dan masyarakat NTT.

Pada sisi lain, keadaan geografis terkait curah hujan minim, kontur geologis dan topografis pulau-pulau vulkanis dan berkarang di NTT, luasan hutan yang terus menciut oleh ulah manusia, serta infrastruktur penangkap atau penyaluran air yang terbatas, menjadi faktor patetis ketersediaan air di NTT selama ini. Padahal, air merupakan sumber kehidupan bagi manusia.

Hari Selasa, 16 Februari 2021, setelah beberapa kali tertunda, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan datang ke Maumere, Flores, NTT, untuk meresmikan salah satu dari 7 bendungan air yang sudah dan atau sedang dibangun di NTT. Bendungan ini sesuai nama setempat disebut Napun Gete (Lembah Besar), yang terletak di wilayah Tana Ai, Desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka.

Tampaknya, sudah sejak awal  kesadaran akan masalah keterbatasan ketersediaan air di NTT menjadi prioritas utama Jokowi untuk diatasi, termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pengelolaan teknis yang efektif dan efisien pada Bendungan Napun Gete yang berkapasitas 11,2 juta meter kubik air itu, tentu akan membawa banyak manfaat dan multiplier effects secara berkelanjutan bagi masyarakat NTT, khususnya di kawasan Maumere dan sekitarnya.

Tak pelak lagi, bendungan ini merupakan suatu upaya konkret pembebasan NTT dari ketertinggalan dan keterbelakangan stigmatis selama ini.

Nomenklatur Bendungan

Tana Ai, di mana bendungan Napun Gete itu terletak, merupakan wilayah paling tertinggal dalam banyak hal di Maumere.

Pada masa lalu, wilayah dan komunitas masyarakat Tana Ai sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan olok-olok sosiologis maupun kultural di kalangan masyarakat Maumere lainnya. Rentang kendali dan pelayanan pemerintah di wilayah bagian Timur Maumere, Kabupaten Sikka yang berbatasan dengan Larantuka itu barangkali baru mulai efektif setelah tahun 1980-an.

Modernitas seperti listrik, akses transportasi umum dan lain-lain untuk wilayah Tana Ai pedalaman bahkan masih merupakan masalah hingga saat ini.

Namun sejarah mencatat bahwa dari wilayah terisolir ini pernah dilahirkan seorang pejuang wanita bernama Du'a Toru.

Pada awal abad ke-20, pihak Kolonial Belanda bersama 'kaki tangannya' mulai merambah ke wilayah Tana Ai. Masuknya kekuasaan Belanda berikut perangkat pajak dan upeti yang memberatkan masyarakat Tana Ai tersebut menimbulkan resistensi dan aksi perlawanan dalam bentuk pemberontakan bersenjata.

Pemimpin pemberontakan adalah sang pejuang wanita, Du'a Toru. Pemda Sikka telah mengakui sejarah dan nilai perjuangan Du'a Toru tersebut.

Dengan semboyan heroiknya:  "A'u Dua Toru, mout ganu ular uta, panan ganu ohu tawan" (Saya Du'a Toru, cepat seperti piton, lincah seperti ular lidi), Du'a Toru selanjutnya menjadi simbol inspiratif perlawanan masyarakat Tana Ai terhadap penindasan dan penjajahan. Perjuangan Du'a Toru  tersebut  sekaligus menjadi basis historis bagi kesatuan-persatuan komunitas sosial kultural Tana Ai sampai hari ini. Masyarakat Tana Ai inilah pihak prinsipal adat yang pada akhirnya siap sedia melepaskan hak ulayat mereka atas kawasan Napun Gete demi pembangunan bendungan sebagai upaya pembebasan dari keterbelakangan dan ketertinggalan wilayah Maumere, Flores, dan NTT pada umumnya.

Presiden Jokowi memiliki kapasitas sebagai pemimpin visioner, sarat nilai dan simbol. Kehadiran Jokowi di Maumere dan kehadiran Bendungan Napun Gete di wilayah Tana Ai, jangan sekedar menjadi monumen seremoni dan perubahan fisikal.

Momentum peresmian bendungan Napun Gete kiranya perlu diwarnai oleh pembangunan self confidence masyarakat setempat. Bangga, rasa memiliki, bertanggung jawab dan berjuang dengan nilai dan simbolnya sendiri.

Perlu diusulkan agar Bendungan yang akan diresmikan Presiden Jokowi tersebut kelak dapat dinamai BENDUNGAN DU'A TORU NAPUN GETE.

 

Penulis adalah Putera Maumere, Pengamat Sosial dan Pelayanan Publik, Tinggal di Jakarta.

Komentar