Breaking News

INDUSTRI LIPI: Jika Semen Rembang Dihentikan, Asing akan Kuasai Pasar 06 Apr 2017 18:40

Article image
Hermawan saat menjadi pembicara pada diskusi dengan tema "Mengenali Akar Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Antara Keseimbangan Ekologis dan Pembangunan Berkelanjutan Kasus Semen Rembang" di Semarang, Kamis (6/4/2017). (Foto: Ist)
“Ada yang menyebutkan pabrik semen menggusur lahan pertanian, tunjukkan ke saya orang bisa bertani di tanah kapur dan (1 hektare) tanah pertanian bisa menghasilkan panen 17 ton padi…”

SEMARANG, IndonesiaSatu.co -- Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo menilai banyak terjadi penyesatan informasi terkait dengan penolakan pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Hal tersebut disampaikan Hermawan saat menjadi pembicara pada diskusi dengan tema "Mengenali Akar Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Antara Keseimbangan Ekologis dan Pembangunan Berkelanjutan Kasus Semen Rembang" di Semarang, Kamis (6/4/2017).

"Banyak 'misleading information' yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan," kata Hermawan.

Dia mencontohkan penyesatan informasi itu antara lain, Kabupaten Rembang disebutkan masuk kawasan bentang karst Kendeng, dan pertanian di tanah kapur atau gamping bisa menghasilkan panen hingga belasan ton per hektar.

"Ada yang menyebutkan pabrik semen menggusur lahan pertanian, tunjukkan ke saya orang bisa bertani di tanah kapur dan (1 hektare) tanah pertanian bisa menghasilkan panen 17 ton padi itu bisa terjadi di laboratorium, itupun dengan sawah kelas satu," ujarnya.

Menurut pria yang akrab disapa Kikik itu, Indonesia harus memproduksi semen sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan semen dalam negeri. "Stok semen nasional sebesar 30 juta ton itu tidak punya Indonesia semua, tapi punya asing sehingga kalau kita tidak memproduksi maka mereka (pihak asing) yang akan menguasai pasar," katanya.

Ia tidak setuju jika Indonesia hanya memasarkan semen hasil produksi pihak asing. "Saya gak ngomong muluk-muluk, infrastruktur itu semua semen, konsumsi per kapita semen di China itu enam kali lipat Indonesia, di Thailand dua kali lipat karena mereka membangun terus, kok kita disuruh menghentikan, jahat itu," ujarnya.

Untuk itu, menurut dia, pabrik milik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang harus segera beroperasi karena ini menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak.

"Perbaikan kualitas hidup ada di depan mata, terus kita tutup mata?,(Penolak pabrik semen yang beralasan) melestarikan budaya itu omong kosong, yang ada melestarikam kemiskinan serta kebodohan," katanya.

Kikik menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah menghargai orang yang berpandangan ingin menutup masa depan ribuan orang.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto menambahkan pihaknya berkomitmen melaksanakan semua yang pernah dijanjikan kepada masyarakt sekitar pabrik, khususnya yang terkait dengan upaya pelestarian lingkungan.

"Kami ingin maju bareng masyarakat, kami bekerja, tapi tetap menjaga lingkungan karena itu komitmen kami," ujarnya.

--- Sandy Javia

Komentar