Breaking News

SOSOK Jadi Target Pembunuhan, Siapakah Gories Mere? 28 May 2019 22:21

Article image
Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan, Gories Mere. (Foto: Ist)
Berbeda dengan banyak pejabat yang gemar diwawancarai jurnalis, Gories justru cenderung low profile dan 'bersembunyi' dari media -- salah satu ciri intelijen sejati.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap empat nama pejabat negara yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Salah satu target pembunuhan adalah Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere. Siapakah Gories Mere?

Gories Mere adalah seorang purnawirawan perwira tinggi Polri yang karirnya mentereng. Pangkat terakhirnya, Komisaris Jenderal. Berbagai jabatan tinggi di Polri dipegangnya. Namun pangkat dan jabatan tinggi di kepolisian tidak seiring dengan pemberitaan terhadap pria berdarah Nusa Tenggara Timur itu.

“Satu hal yang melekat pada kepribadian Gories Mere, terutama saat aktif di Polri: dia tidak suka atau menghindari publikasi. Berbeda dengan banyak pejabat yang gemar diwawancarai jurnalis, Gories justru cenderung low profile dan 'bersembunyi' dari media -- salah satu ciri intelijen sejati,” tulis Valens Daki-Soo, Staf Khusus sekaligus sahabat dekat Gories Mere dalam artikel berjudul "Belajar tentang Kerja dari Gories Mere" (IndonesiaSatu.co, 5 Januari 2016).

Menurut Valens, reputasi Gories mulai diperhitungkan ketika insiden bom Bali mengoyak kedamaian Pulau Dewata dan menerjang kemanusiaan kita (Bom Bali I tahun 2002, Bom Bali II 2005), menebar efek psiko-sosial yang dahsyat -- vibrasi ketakutan meluas ke mana-mana.

“Gories (saat itu berpangkat Komisaris Besar/Kombes) ditunjuk Kapolri menjadi 'komandan lapangan' (Ketua Tim Penyidik) dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen Mangku Pastika sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I,” kenang Valens.

Gories adalah satu figur pendiri Satuan Tugas Bom (Satgas Bom) Bareskrim Mabes Polri dan juga perintis Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri.

Valens menceritakan, oleh karena prestasinya yang prima di setiap medan penugasan, karir Gories pun menanjak dengan pasti, termasuk sempat menjadi Kasat Serse Umum di Polda Metro, Kapolres Jakarta Timur, Kaditserse Polda Metro Jaya, Wakapolda NTT, Direktur IV/Narkoba Mabes Polri, Kepala Densus 88/AT, Waka Bareskrim Polri, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Namun, Gories bukan pribadi yang ingin sukses sendirian. Dia pun pengkader sejati. Banyak perwira muda dibentuk dan tumbuh bersamanya di lapangan, dalam berbagai operasi, dari anti penyelundupan kayu, anti selundup BBM, anti perdagangan orang (human trafficking) hingga anti teror.

“Salah satu di antaranya adalah Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian,” ungkap Valens.

Gories, demikian cerita Valens, diakui sebagai reserse bereputasi internasional dan disegani -- untuk tidak mengatakan "ditakuti" -- karena keberanian dan prestasinya. Oleh media di Amerika Serikat, dia pernah disamakan dengan polisi terbaik Amerika, Eliot Ness, polisi anti mafioso di Chicago yang disegani karena bisa menggoyang mafia yang merupakan "The Untouchable" di AS.

Atas kesuksesannya melacak dan menggulung jaringan teroris di Indonesia, Gories menerima penghargaan dari sejumlah kepala negara asing. Dia juga mendapat penghargaan dari Direktur Central Intelligence Agency (CIA) langsung di markas pusat badan intelijen AS itu, Fort Langley.

“Bahkan Malaysia pun memberikannya anugerah "Panglima Jasa Negara" dengan gelar "Dato Sri", papar Valens.

Secara internasional, Gories satu-satunya polisi Indonesia -- bahkan orang Asia pertama yang pernah menjadi Kepala Asosiasi Lembaga-Lembaga Anti Narkotika se-Dunia. Posisinya itu membuat dia sangat sering melanglang buana ke berbagai negara.

--- Redem Kono

Komentar