SASTRA JELANG PROKLAMASI (Puisi) 16 Aug 2024 15:50

Jelang proklamasi, aku menatap Indonesia, di raut muka Bung Karno-Hatta.
Jelang proklamasi
Aku menatap wajah Sang Putra Fajar,
Kulihat matahari di matanya,
Berkilau-kilau sinarnya,
Jiwanya berdentum dalam gemuruh semangat,
"Hei, dunia,
Lihat ke sini!
Lihat!
Inilah Firdaus yang hilang
Ditelan samudera imperialis-kolonialis!
Berabad-abad melintasi malam kelam
Tubuh molek Pertiwi hanya siluet di balik duka.
Jelang proklamasi
Aku menatap Indonesia
Di raut muka Bung Karno-Hatta
Di jalan Pegangsaan Timur mereka sibak cakrawala
Bung Karno tak sekadar baca teks tanpa nyawa,
Bukan hanya lantangkan kata-kata,
Karena proklamasi adalah
Pantulan kerinduan anak bangsa
Bertimbun dalam dada
Berkobar di jiwa,
Api yang membara
Karena disiram darah dan air mata.
Jelang proklamasi
Aku terlempar ke hari ini
Bertanya diri dalam nada retoris-ironis:
"Tak tahu malukah Anda,
Para pemimpin dan politisi,
Hanya bisa nikmati buah proklamasi
Untuk diri sendiri,
Tanpa peduli
Rakyat dan negeri ini?"
Jawablah!
Aku lalu hanya mampu teriak:
Merdeka!
Meski teriakan itu habis dilumat pertanyaan yang menggigit nurani sendiri:
Memang sudah merdeka,
Tapi itukah merdeka yang ingin dibingkai proklamasi Bung Karno-Hatta?
Jika martabat bangsa kembali tegak berdiri,
Dengan mata menyala dan jiwa berseri,
Baru kita bisa teriak dengan gagah berani:
Merdekaaa!!!
Salemba, 16 Agustus 2013
Valens Daki-Soo
Tags:
Puisi
Komentar