Breaking News

ANALISIS MILITER Lebih Dekat Mengenal Kopassus 18 Apr 2017 10:12

Article image
Pasukan Kopassus TNI AD mengikuti geladi upacara Peringatan HUT ke-70 TNI di Dermaga Indah. (Foto: Suara Pembaruan)
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merahnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah dengan moto "Berani, Benar, Berhasil".

Oleh Valens Daki-Soo

 

KOMANDO Pasukan Khusus atau yang disingkat Kopassus adalah bagian dari Komando Utama (Kotama) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat. Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, membunuh senyap, pengintaian, serta berbagai teknik dan taktik anti teror.

Tugas Kopassus dalam operasi militer perang (OMP) di antaranya direct action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, combat SAR, anti teror, advance combat intelligence (Operasi Inteligen Khusus).

Kopassus juga memiliki kemampuan operasi militer selain perang (OMSP) seperti bantuan kemanusiaan, operasi AIRSO (anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR khusus serta pengamanan VVIP.

Prajurit Kopassus  dapat mudah dikenali dari baret merah yang dipakainya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah dengan moto "Berani, Benar, Berhasil".

Dalam Kopassus, satuan setingkat brigade (pasukan regular) diberi nama Grup. Terdapat tiga grup di Kopassus, yakni Grup-1, Grup-2, dan Grup-3. Di samping grup, terdapat satuan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus yang berlokasi di Batujajar, Bandung, serta Satuan 81/Penanggulangan Teror bertempat di Cijantung, Jakarta Timur.

Setiap grup dipimpin seorang kolonel. Di bawah grup terdapat batalyon yang dikomandoi perwira berpangkat letnan kolonel. Di bawah grup ada detasemen, tim, unit dan satuan tugas khusus, masing-masing dikomandani perwira berpangkat letnan sampai mayor sesuai beban tugasnya.

Berikut ini perbedaan antara Grup-1, Grup-2, dan Grup-3 di dalam Kopassus. Grup-1dan Grup-3 Kopassus memiliki peran yang sama, yakni para komando atau disingkat Parako. Dalam penugasannya, mereka bisa diterjunkan di mana saja. Mulai dari operasi lintas udara, hingga penyerbuan amfibi dari laut. 

Grup I berdiri pada 23 Maret 1963, bermarkas di Serang, Banten dengan komandan pertama Mayor Benny Moerdani. Grup I membawahi 1.274 personel yang terbagi ke empat batalyon tempur, yakni Batalyon 11/Atulo Sena Baladhika, Batalyon 12/Asabha Sena Baladhika, Batalyon 13/Thikkaviro Sena Baladhika dan Batalyon 14/Bhadrika Sena Baladhika.

Sementara Grup-2 Kopassus yang bermarkas di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah didirikan pada 1962. Grup  ini membawahi 1.459 personel yang terbagi dalam tiga batalyon tempur, yakni Batalyon 21/Bhirawa Yudha, Batalyon 22/Manggala Yudha, dan Batalyon 23/Dhanuja Yudha.

Berbeda dengan dua Grup-1 dan Grup-2, Grup-3 memiliki penambahan spesialisasi, yakni di bidang intelijen. Hal itu bisa dilihat dari belakang nama satuan, Sandi Yudha. Satuan ini memiliki spesifikasi tugas perang rahasia berupa clandestine operation, di antaranya intelijen tempur atau combat intel, dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Satuan ini bermarkas di Cijantung.

Tidak mudah menjadi bagian dari satuan ini, setiap calon personel wajib menjalani seleksi yang sangat ketat, mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen akan dilatih lagi. Berikut profil singkat masing-masing grup.

 

Grup-1 Serang


Grup 1 Kopassus TNI-AD pada awalnya bernama Resimen Para Komando (RPKAD) yang dibentuk pada 16 April 1952. RPKAD saat itu terdiri dari dua kompi: Kompi A dan Kompi B yang berkembang menjadi Detasemen Pasukan Khusus (DPC) Batalyon 2 RPKAD serta Detasemen 3 RPKAD.

Beberapa operasi gemilang yang pernah dilakukan satuan ini antara lain perebutan kota Pekanbaru, lapangan terbang Tabing Padang, perebutan kota Medan, ketiganya dalam operasi melawan PRRI. Ada juga operasi di Mapanget (Manado) melawan Permesta, serta penerjunan di Irian Barat. Satuan ini juga hadir dalam setiap operasi melawan DI/TII di Jabar, Jateng , Aceh, Sulsel, RMS di Pulau Seram, PRRI/Permesta, serta Trikora di Irian Barat.

Berdasarkan Keputusan Men/Pangad No.260/3/1963 tertanggal 17-3-1963 disahkan berdirinya Batalyon 1 Para Komando di Jakarta. Nama Batalyon 1 Parako diubah menjadi menjadi Grup-1 Parako, termasuk perubahan organisasinya.

Pada 1966 RPKAD berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD) dan Batalyon 1 Parako menjadi Grup 1 Parako TNI-AD. Pada 1967 Puspassus berubah nama menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha). Grup 1 Parako berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. DAF 54-50-1969 tertanggal 30-8-1969 menjadi Grup 1 Kopassandha sekaligus diresmikan pula Dhuaja Grup 1 Kopassandha yaitu “Eka Wastu Baladika”, yang berarti wadah pertama prajurit pilihan (handal). Grup 1 Kopassandha banyak berperan dalam pergolakan Timor-Timur.

Tahun 1978 Komandan Grup-1 Kopassandha ke-7 dijabat Letkol Inf. Wismoyo Arismunandar yang tercatat sebagai komandan paling lama. Di bawah Wismoyo, terjadi peningkatan jumlah anggota menjadi 1.736 anggota yang menjadi bukti bahwa peran Kopassandha dalam penyelesaian Timor-Timur sangat menentukan.

Berdasarkan Keputusan Komandan Koppasandha STR/191/1981 , Grup 1 Kopassandha yang semula di Cijantung, Jakarta Timur digeser ke Serang Jawa Barat. Menempati area seluas 234 hektar, Kompleks Grup 1 baru ini diresmikan Menhankam Pangab Jenderal TNI M. Yusuf pada 20 Agustus 1981.
Pada 1984 Denpur-11 yang semula di Cijantung juga digeser ke Serang, Jawa Barat.

Grup-1 Kopassus terdiri atas 2 Batalyon operasional yaitu 1 batalyon berkemampuan Parako dan 1 batalyon berkemampuan Sandi Yudha.
Di tahun 1996 Grup-1 Kopassus mengalami validasi organisasi kembali yaitu menambah satu batalyon yang semula dua batalyon. Perubahan ini juga mengubah  motto Grup-1 Kopassus yang semula “Senyap dan Cepat kembali menjadi “Eka Wastu Baladika”.

 

Grup-2 Kartosuro

Grup -2 Kopassus/Para Komando adalah satuan setingkat brigade yang dibentuk pada 1962. Grup ini bermarkas di Kartasuro, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, dengan komandan grup pertama Mayor Inf Soegiarto. Dhuaja yang digunakan adalah Dwi Dharma Bhirawa Yudha, dengan lambang Naga Terbang yang bermakna satuan kedua dari Kopassus yang selalu siap sedia berjuang membela negara dan bangsa dengan gagah berani dan selalu jaya dalam setiap pertempuran.

Dalam rangka membersihkan basis PKI di Jawa Tengah, maka dibentuklah Batalyon-2 yang terdiri dari empat kompi yang bermarkas di Tuguran, Magelang. Batalyon-2 sempat dibubarkan pada 1964 sebelum dibentuk kembali pada 1965 dan tetap bermarkas di Tuguran Magelang. Setelah pemberontakan PKI tahun 1965, Batalyon-2 berubah menjadi Grup-2 RPKAD yang banyak menumpas anggota PKI di Jawa Tengah.

Pada 12 Februari 1966 RPKAD berubah nama menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassuad). Akibat perubahan itu, tugas Batalyon-2 adalah melakukan para komando dan Sandi Yudha.

Pada 17 Februari 1971 kembali terjadi perubahan nama menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha Angkatan Darat (Kopassandha). Praktis Grup-2 menjadi Grup-2 Kopassandha. Markas pun pindah dari Tuguran di Magelang ke Kartasura.

Pada Desember 1986 nama Kopassandha berubah menjadi Kopassus. Grup-2 sendiri ketika itu terdiri dari dua batalyon. Batalyon-21 bermarkas di Kartasura dan Batalyon-22 di Cijantung. Pada 2002 Grup-2 bertambah satu batalyon, Batalyon-23. Lokasi latihan Grup-2 Kopassus terletak di lereng Gunung Lawu.

 

Grup-3 Cijantung

Grup-3/Sandhi Yudha adalah satuan Kopassus yang memiliki spesifikasi tugas perang rahasia clandestine operation, termasuk kemampuan dalam intelijen tempur, dan counter insurgency (kontra pemberontakan).

Grup-3 dibentuk pada 24 Juli 1967, bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur. Calon personel di grup ini diseleksi sangat ketat di internal mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen yang kemudian akan dilatih lagi. Dhuaja yang digunakan adalah "Catur Kottaman Wira Naraca Byuha".

Di antara seluruh jenis prajurit di Kopassus yang paling spesifik pendidikannya adalah prajurit di Grup-3/Sandhi Yudha.

Dalam operasi militer, sebelum gerakan pasukan besar maka dilakukan operasi intelijen tempur, untuk mengetahui kondisi dan situasi lapangan.

Dasar latihannya sama dengan prajurit Kopassus lainnya yaitu Kursus Para (2,5 bulan), sekolah komando (7 bulan) ditambah kursus lainnya seperti perang hutan (PH), perang jarak dekat (PJD), sekolah tempur khusus (Spursus), pendaki serbu (Dakibu).

Setelah itu para calon intel tempur ini dididik lebih khusus lagi yaitu pendidikan Sandhi Yudha di Pusdik Passus, Batujajar dengan materi intelijen dan pengetahuan pendukung untuk intelijensia di medan operasi seperti penyamaran, navigasi, bela diri khusus, penggunaan alat-alat khusus intelijen dan lain-lain. Beberapa personel terpilih dari gGrup ini dikirim ke pusat pendidikan intelijen militer di luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, bahkan Israel.

Satuan Sandhi Yudha ini juga sering di BKO-kan ke Kodam-Kodam atau satuan-satuan lain. BIN (Badan Intelijen Negara) dan tentu saja Bais (Badan Intelijen Strategis) adalah salah satu institusi yang banyak memanfaatkan personel yang memiliki latar belakang Sandhi Yudha.

 

Penulis adalah pengamat masalah militer, Chairman PT Veritas Dharma Satya (VDS), Pendiri dan Pemimpin Redaksi IndonesiaSatu.co

 

Komentar