Breaking News

POLITIK Politisi PDIP: Tetap Kunjung Afghanistan, Presiden Komit Dukung Perdamaian Dunia 29 Jan 2018 15:32

Article image
Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira. (Foto: Ist)
Menurut Andreas, kedatangan Jokowi justru membantu penyelesaian konflik di Afghanistan. Kunjungan ini mewakili sikap bangsa Indonesia yang menginginkan perdamaian di Negara mayoritas muslim tersebut.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Keteguhan Presiden Jokowi untuk tetap berkunjung ke Afghanistan meski negara tersebut baru saja dilanda serangan bom menuai pujian dari PDI Perjuangan. Seperti diketahui, baru saja terjadi serangan bom yang menewaskan 103 orang di Afghanistan. 

Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/1/2018) memuji keberanian Presiden yang selalu menunjukkan tindakan nyata.

"Keberanian Presiden ini tentu bukan tanpa risiko, tetapi itulah yang ditunjukkan oleh seorang Jokowi, bahwa dukungan itu bukan hanya melalui kalimat-kalimat indah dalam statement politik, tetapi juga melalui sikap dan tindakan nyata," ujar Andreas.

Menurut Andreas, kedatangan Jokowi justru membantu penyelesaian konflik di Afghanistan. Kunjungan ini mewakili sikap bangsa Indonesia yang menginginkan perdamaian di Negara mayoritas muslim tersebut.

"Sikap Presiden Jokowi yang memutuskan untuk tetap mengunjungi Kabul, Afganistan, di tengah situasi konflik yang masih berlangsung dan instabilitas keamanan menunjukkan komitmen seorang presiden yang merupakan representasi bangsa dan negara Indonesia untuk mendukung penyelesaian perdamaian di Afghanistan," jelas anggota Komisi I DPR ini.

Sebelumnya, melalui Facebook, Jokowi menyampaikan keinginannya tetap ke Afghanistan pascateror di Kota Kabul. 

"Beberapa hari lalu, kota ini diguncang bom mobil menggunakan ambulans, yang menewaskan lebih seratus orang. Lalu pagi ini terdengar kabar serangkaian ledakan juga terdengar di Kabul, tak jauh dari sebuah akademi militer," ujarnya. 

Jokowi menyadari kota Kabul sedang diteror ledakan bom yang menewaskan ratusan jiwa. Namun dia tidak gentar untuk tetap pergi ke sana.

"Beberapa hari lalu, kota ini diguncang bom mobil menggunakan ambulans, yang menewaskan lebih seratus orang. Lalu pagi ini terdengar kabar serangkaian ledakan juga terdengar di Kabul, tak jauh dari sebuah akademi militer," ujarnya.

Jokowi pun mengungkap alasannya tetap pergi. Seperti yang dia sampaikan di depan Parlemen Pakistan, Jumat (26/1/2018) lalu, umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang dan terorisme. 

"Datanya sangat memprihatinkan: 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim dan 60 persen konflik bersenjata di dunia terjadi di negara Muslim. Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, 67 persen pengungsi berasal dari negara Muslim," katanya.

Menurut Jokowi, ancaman radikalisme dan terorisme terjadi di mana-mana, hampir seluruh negara di dunia. Tidak ada satu pun negara yang kebal, termasuk Indonesia, Pakistan, dan Afghanistan.

"Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi? Tentu tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita, dunia, berada dalam situasi konflik. Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity, seharusnya yang menjadi pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara," pungkasnya.

---Hendrik Penu

Komentar