REFLEKSI PRAJURIT DUA (PRADA) LUCKY NAMO 08 Aug 2025 22:06

Tahukah kalian, tindakan keji itu bisa menimbulkan rasa kuatir dan takut dalam hati masyarakat Mbay/Nagekeo yang mulanya positif menerima kehadiran Anda?
Oleh: Valens Daki-Soo
Sejumlah teman menelepon/WA saya, meminta komentar tentang meninggalnya seorang prajurit TNI, Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23) secara mengenaskan.
Dari luka-luka dan lebam di tubuhnya, anggota Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP) 834/"Wakanga Mere" yang bermarkas di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, itu (diduga kuat) merupakan korban tindak kekerasan rekan-rekan dan seniornya.
Itu adalah pengakuan Prada Lucky sendiri kepada seorang Dokter di RSUD Aeramo, Nagekeo, sebelum dia melepas napas penghabisan.
Sudah banyak berita dan komentar di media/portal berita, maupun media sosial tentang kematian yang tragis itu.
Mungkin saya akan menulis dalam suatu opini untuk media tentang profesionalisme TNI yang mencakup "military skills" dan "military character."
Kita patut prihatin dan sangat menyesalkan kejadian itu, sambil menunggu -- dan harus mengawal -- proses hukum yang akan/sedang dimulai oleh SubDen Polisi Militer di Ende dan seterusnya.
Saya merasa perlu menulis dan bicara di ruang publik tentang peristiwa ini, karena ikut berduka bersama keluarga Almarhum Lucky.
Selain itu, kita mendesak pimpinan TNI dan otoritas hukum TNI untuk serius menangani kasus berat ini dan tegas menghukum para pelaku.
Secara umum, para prajurit TNI harus mawas diri, menjaga diri dan menerapkan nilai-nilai keprajuritan.
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit tidak cukup hanya diucapkan, melainkan mesti menjadi roh, spirit yang menghidupkan seluruh gerak langkahnya sebagai prajurit TNI.
"Wakanga Mere" (diambil dari istilah dalam bahasa Nagekeo Selatan) kurang-lebih berarti: pancaran wibawa, aura cemerlang, karakter kuat, gagah-perkasa, bermartabat tinggi. Itulah makna nama yang seharusnya dihayati dan diperlihatkan para prajurit Yonif 834/WM.
Namun, tindakan sadis dan brutal terhadap Prada Lucky mencuatkan pertanyaan:
Apakah kalian, (sejumlah) oknum prajurit BTP WM, pantas menyandang nama gagah itu?
Mengapa kalian bisa sejahat itu kepada rekan/juniormu sendiri?
Jika memang dia bersalah (misalnya) -- apapun itu, bukankah ada cara lain yang lebih beradab dan bermartabat untuk mengoreksi dia?
Apakah kalian tidak memiliki "esprit de corps" (jiwa korsa) yang selama ini dibentuk dalam dirimu?
Mengapa kalian melakukan perbuatan jahat itu, dan dengan begitu memadamkan api kesatriaan prajurit TNI dalam dadamu?
Tahukah kalian, tindakan keji itu bisa menimbulkan rasa kuatir dan takut dalam hati masyarakat Mbay/Nagekeo yang mulanya positif menerima kehadiran Anda?
Bahkan, sadarkah kalian, sikap positif warga bisa menjadi resisten (tidak suka, menentang) akibat kejadian ini?
Saya bisa menulis catatan panjang-lebar tentang TNI.
Memang, saya bukan anggota TNI, tetapi sejak 1994 pada usia teramat muda, saya sudah bekerja di lingkungan TNI bersama beberapa Jenderal (berturut-turut ataupun merangkap): Brigjen TNI Alex Dinuth (Direktur Komunikasi Bakin), Mayjen TNI Marinir Rusdi (Waka Bais TNI), Letjen TNI Arie J Kumaat (Kepala BIN), Letjen TNI Kiki Syahnakri (sejak Asops KSAD hingga Wakil KSAD), Letjen TNI Doni Monardo (sejak Danjen Kopassus hingga Sesjen Wantannas), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (sejak Pangkostrad, KSAD dan Panglima TNI).
ORANG TUA PRAJURIT: TAK PERLU TERLALU KUATIR
Setelah saya menulis status di wall Facebook (FB) tentang meninggalnya Prada Lucky Namo (anggota Yon TP/Wakanga Mere, Mbay) akibat penganiayaan beberapa seniornya, cukup banyak orang yang mengirim pesan lewat Messenger maupun Whattsapp (WA).
Ada wartawan yang minta opini saya untuk dimuat di media mereka, tetapi yang terbanyak justru dari orang tua prajurit.
Terbersit rasa kuatir bahkan takut yang mendalam tentang nasib anak-anak tercinta mereka yang sudah memilih jalan hidup: menjadi tentara, anggota TNI.
Para orang tua prajurit, saya mau bilang ini: Tenanglah. Tidak perlu kuatir berlebihan. Sistem pendidikan dan pembinaan di TNI sudah berjalan baik selama ini.
Kasus macam di Mbay itu tidak selalu terjadi. ITU PENGANIAYAAN, BUKAN PEMBINAAN!
Pendidikan di TNI sejak reformasi sudah merujuk pada Hak Asasi Manusia (HAM) dan hukum humaniter internasional.
Mereka akan baik-baik saja. Beri mereka motivasi atau semangat untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, bersikap ksatria sebagai prajurit TNI, penjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.
Salam sehat dan sukses.
Valens Daki-Soo
Komentar