Breaking News

POLITIK Seruan Jembatan Serong: Demokrasi Kehilangan Adab Karena Penguasa Memanipulasi 27 Nov 2023 19:13

Article image
Direktur Pascasarjana STF Driyarkara, Dr Karlina Supelli, saat membuka acara membuka acara Forum Lintas Generasi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Senin (27/11). (Foto: hasil tangkapan layar)
Kami menolak peremehan terhadap kaum muda sebagai kelompok dangkal, apatis, yang hanya bisa "lucu-lucu"/gemoy. Anak muda adalah salah satu pilar kemajuan bangsa.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Ratusan aktivis, tokoh antikorupsi, tokoh pers, pengajar dan guru besar mengeluarkan “Seruan Jembatan Serong”, menjelang kampanye pemilu yang akan dimulai besok, Selasa (28/11).

Seruan itu diinisiasi oleh Forum Lintas Generasi dalam mimbar akademik terbuka di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Senin (27/11).

Direktur Pascasarjana STF Driyarkara, Dr Karlina Supelli, saat membuka acara mengajak seluruh rakyat Indonesia agar berani bersuara jujur dan jernih.

“Kami mengajak seluruh rakyat Indonesia agar berani Bersuara Jujur dan Jernih dalam menghadapi Pemilu demi menghidupkan kembali budaya yang mengutamakan kemaslahatan umum, bukan kepentingan sempit elit politik,” ujar Karlina.

Tuan rumah forum tersebut yaitu Simon Petrus Lili Tjahjadi, Ketua STF Driyarkara, Yustinus Prastowo, Ketua Ikatan Alumni Driyarkara, Omi Komaria Madjid, Ketua Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society, Sulistyowati Irianto, Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia, Erry Riyana Hardjapamekas, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi 2003-2007, Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI 2014-2019, Goenawan Mohamad, sastrawan dan perupa, Adrianus Lambu, Ketua Senat Mahasiswa STF Driyarkara, Acep Jamaludin, Poros Anak Muda Sosia Politika, dan Alan Pasaribu, Rublikpol UIN Jakarta, dan dimoderasi oleh Alif Iman, mahasiswa STF Driyarkara, salah satu inisiator Maklumat Juanda.

Forum tersebut diisi dengan pernyataan-pernyataan di antaranya dari Ketua AJI Sasmito Madrim, tokoh pers Arif Zulkifli, pengajar Yanuar Nugroho, Salman Alfathan dari Bijak Memilih. Turut hadir psikolog Tika Bisono dan mantan Ketua KPK Taufiequrrahman Ruki. Mimbar ini diikuti juga melalui daring oleh puluhan guru besar, tokoh pendidikan, seniman, aktivis dan wartawan.

Dalam pernyataannya, Forum Lintas Generasi mengeluarkan “Seruan Jembatan Serong”. “Hari-hari mendatang ini, nasib demokrasi Indonesia dipertaruhkan. Apakah tanah air akan berjalan sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan dasar Pancasila, atau sebaliknya menjadi ajang permainan politik dinasti dan oligarki,” demikian bunyi seruan tersebut.

Mereka mengatakan bahwa demokrasi telah kehilangan adab karena penguasa memanipulasi lembaga negara untuk kepentingan politik keturunannya.

“Praktik ini memprihatinkan dan mengingatkan kita kepada amanat reformasi, yakni penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme. Ini berarti spirit republik hilang dalam penyelenggaraan negara. Politik dipertontonkan tanpa peduli pada kepantasan etik dan moral bangsa demi kelanjutan kekuasaan”.

“Untuk itulah kami berseru dan bertekad untuk menegakkan negeri yang adil dan merdeka, yang menyediakan kesempatan yang setara kepada tiap putra-putri Indonesia. Tanpa nepotisme, tanpa kelompok dan keluarga dengan hak-hak istimewa,” lanjutnya.

Berikut, isi lengkap Seruan Jembatan Serong:

“Hari-hari mendatang ini, nasib demokrasi Indonesia dipertaruhkan. Apakah tanah air akan berjalan sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan dasar Pancasila, atau sebaliknya menjadi ajang permainan politik dinasti dan oligarki.

Demokrasi kita kehilangan adab karena penguasa memanipulasi lembaga negara untuk kepentingan politik keturunannya. Praktik ini memprihatinkan dan mengingatkan kita kepada amanat reformasi, yakni penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme. Ini berarti spirit republik hilang dalam penyelenggaraan negara. Politik dipertontonkan tanpa peduli pada kepantasan etik dan moral bangsa demi kelanjutan kekuasaan.

Untuk itulah kami berseru dan bertekad untuk menegakkan negeri yang adil dan merdeka, yang menyediakan kesempatan yang setara kepada tiap putra-putri Indonesia. Tanpa nepotisme, tanpa kelompok dan keluarga dengan hak-hak istimewa.

Kami meminta seluruh lembaga tinggi negara menjamin pemilu yang jujur dan adil.

Kami menolak dengan keras penyusutan kekuasaan ke tangan eksekutif, perusakan batas-batas tegas dan pemisahan kekuasaan, persekongkolan para elit politik, aparatur dan lembaga-lembaga negara bagi kepentingan-kepentingan orang atau kelompok tertentu dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.

Kami menolak peremehan terhadap kaum muda sebagai kelompok dangkal, apatis, yang hanya bisa "lucu-lucu"/gemoy. Anak muda adalah salah satu pilar kemajuan bangsa. Kami menganggap anak muda sebagai bagian penting dalam perjuangan serius menyelamatkan demokrasi, yang tidak apatis, yang bisa mencetuskan perubahan.

Kami menuntut proses Pemilihan Umum 2024 yang memberikan pendidikan politik yang sehat bagi kaum tua dan muda. Indonesia yang adil dan beradab lima tahun ke depan dimulai dari kesadaran dan praktik Pemilu yang jujur dan jernih di atas gagasan yang bernas, bukan hanya ajang meraup suara di atas kertas.

Kami menyerukan kepada seluruh anggota masyarakat untuk aktif mengawal dan mengawasi proses pemilihan umum dengan segala sarana dan perangkat yang dimiliki”. ***

 

--- F. Hardiman

Komentar