Breaking News

GAYA HIDUP Hadapi Kritikan? Ini Kiatnya 02 Nov 2018 11:20

Article image
Kita harus terbiasa menerima dan melakukan kritik. (Foto: Ist)
Akan tetapi apapun itu bentuknya, entah suka maupun tidak suka, kritik selalu berperan besar dalam membangun dan memperbaiki kualitas seseorang.

KRITIK? Kebanyakan orang mengartikan itu sebagai sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan, tidak mengenakan, negatif, pedas, bahkan hingga menyamakannya dengan cabai bhut jolokia dari India. Ya tentu saja perasaan sakit hati, stres, terpojok, tercabik, dan lainnya yang paling mendasari ketidaksenangan itu. Tapi banyak juga yang tidak mempermasalahkan hal itu. Ya itu juga tergantung bagaimana cara kritik itu dikemas sehingga terlihat menarik. Dua sisi ini cukup untuk menggambarkan betapa dominannya si pemberi kritik menguasai hidup seseorang. Kita tidak bisa melarang, sebab semua orang berhak untuk menyampaikan pendapatnya.

Akan tetapi apapun itu bentuknya, entah suka maupun tidak suka, kritik selalu berperan besar dalam membangun dan memperbaiki kualitas seseorang. Permasalahannya justru terletak pada diri sendiri tentang bagaimana mengolah sebuah kritikan secara tepat, mengambil sisi positifnya, dan menjadikan cabai sebagai penambah cita rasa masakan kita. Untuk itu, 5 kiat di bawah ini bisa dijadikan alternatif dalam menghadapi sebuah kritikan.

Pertama, mengambil sudut pandang yang sama.

"... ada baiknya jika kamu menambahkan sesuatu di sini."

Tujuan dari sebuah kitikan pada dasarnya adalah ingin menunjukan sesuatu mengenai Anda yang luput dari perhatian Anda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengambil sudut pandang yang sama dengan si pemberi kritik. Dengan demikian kita dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman dan juga bisa memahami dengan lebih jelas maksud dari sebuah kritikan. Jika pada akhirnya kritikan tersebut salah sasaran, paling tidak kita sudah meminimalisir potensi terjadinya perselisihan dan dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam menghadapi sebuah kritikan.

Kedua, melihat sisi positifnya.

"Cara kerjamu sudah bagus, tapi ... "

Tentunya tidak semua kritik yang kita dapatkan selalu bernilai positif. Bahkan meskipun kritik itu kedengaran positif, bisa saja banyak hal negatif turut serta di dalamnya. Atau bisa jadi kritik yang datang semuanya bermuatan positif, lalu karena kita memandangnya secara negatif, nilai positifnya terbuang sia-sia. Pada dasarnya kritik itu bertujuan membangun, oleh karena itu, kita perlu memandang setiap kritikan dari sisi yang positif. Dengan cara seperti ini, kita dapat menemukan sisi yang bermanfaat untuk diambil dan pikiran kita tidak akan terbeban dengan hal-hal negatif yang tidak membangun.

Ketiga, berhenti terlarut dalam perasaan.

"... kalian semua lihat, dia sama sekali tidak berguna!"

Tajamnya sebuah kritikan memang berbeda-beda tergantung pada pengkritiknya, gaya bahasa, serta tujuannya. Jika tajamnya hanya sanggup untuk menandingi gigitan seekor nyamuk tentu tidak menjadi persoalan. Akan tetapi bagaimana jika tajamnya seperti pedang bermata dua yang sanggup menembusi jiwamu? Banyak orang mengalaminya, lalu hanyut dalam perasaan sakit hati dan dendam. Jika sampai seperti itu, yang rugi tentunya adalah diri sendiri, bukan orang lain, bahkan tidak menjadi masalah bagi si pemberi kritik. Oleh karena itu, cepatlah bangun!

Keempat, kritikan sebagai sebuah tantangan.

"... hasilnya jelek. Apakah cuma sebatas ini kemampuanmu?"

Sudah berusaha semaksimal mungkin dan kritikan tetap saja datang. Pernah merasakannnya? Jika iya, maka berbahagialah. Itu menandakan bahwa Anda adalah orang yang bertanggung jawab, mampu menyelesaikan suatu tugas, dan membuat sebuah karya. Harus menjadi sebuah kebanggaan bahwa dengan mendapat kritik berarti Anda telah menghasilkan sesuatu. Dengan itu Anda akan terus didorong untuk menjadi yang lebih baik dan menjadikannya sebuah tantangan untuk mengukur sampai sejauh mana batas kemampuan Anda.

Kelima, menyatakan pendapat secara bijak.

"... seharusnya kamu lebih banyak lagi berlatih."

Banyak kritikan yang terkadang justru salah arah, tidak sesuai dengan kenyataan, dan bahkan sangat tidak masuk akal untuk dijalankan. Hal seperti ini tentunya bisa menjadi masalah tersendiri untuk kita. Tetap kalem menghadapinya? Tidak selamanya. Jika diperlukan, kita harus berani mengambil resiko dengan menyatakan pendapat, mengekspresikan perasaan, dan mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur dan terbuka demi kebaikan diri kita. Tentunya hal ini harus dilakukan secara bijak dengan memperlakukan orang lain secara terhormat. Tujuannya adalah untuk menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

---Redem Kono

 

Komentar