Breaking News

BERITA Apresiasi Program 'Co Firing PLN', Menteri Sandiaga: Solusi Peningkatan Ekonomi Daerah 27 Jun 2021 12:35

Article image
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. (Foto: Ist)
"PLN siap sinergi untuk menjalankan program ini," tutur Wiluyo.

ENDE, IndonesiaSatu.co-- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi program 'Co Firing PLN' yang memanfaatkan hasil olahan sampah biomassa (Pelet) menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Ropa di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Selain untuk pembangkit, Pelet juga dimanfaatkan warga Ende sebagai bahan bakar memasak. Menteri Sandiaga berharap, program ini harus terus dilanjutkan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Menteri Sandiaga juga mengajak setiap pihak mendorong kualitas dan keberlanjutan pariwisata di Ende, mengingat di wilayah tersebut terdapat ratusan destinasi wisata, baik itu wisata alam maupun budaya.

"Ayo gerak bersama antara PLN, Pemerintah Kabupaten Ende, garap potensi pariwisata bersama. Pada intinya kami sangat support, karena pariwisata yang berkualitas di era pandemi mengutamakan pariwisata yang bersih, ramah dan berkelanjutan," ujarnya saat 'Kickoff Continuous Run Cofiring' di PLTU Ropa dan Wisata Energi Bersih di Kabupaten Ende, Jumat (25/6/2021).

Sementara itu, Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto, menjelaskan bahwa program 'co firing' merupakan bagian dari transformasi PLN untuk mendukung program peningkatan bauran energi baru terbarukan 23 persen hingga tahun 2025 mendatang.

Selain di Ende, program 'co firing' juga dilakukan PLN di 54 lokasi PLTU di Indonesia hingga 2024. 

Wiluyo berharap program ini dapat menjadi solusi penanganan sampah sekaligus membangun ekonomi kerakyatan di daerah.

"PLN siap sinergi untuk menjalankan program ini," tutur Wiluyo.

Diterangkan, PLN memulai program 'co firing' di Ende pada tahun 2020 lalu. 

Melalui program ini, PLN melatih warga setempat untuk mengolah sampah biomassa menjadi Pelet dengan membangun tempat pengolahan sampah.

Adapun sampah yang dijadikan pelet ini berasal dari sampah sisa masakan, dedaunan, sampah rumput dan organik lainnya.

Awalnya, pelet yang dihasilkan warga Ende hanya akan dimanfaatkan untuk program 'co firing' di PLTU Ropa. Namun karena selama ini, warga Ende masih banyak menggunakan minyak tanah dan kayu bakar untuk memasak, PLN didukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ende mengajak warga memanfaatkan pelet sebagai bahan bakar memasak.

Selain lebih ramah lingkungan, pemanfaat pelet bisa menekan biaya pembelian minyak tanah yang biasanya bisa mencapai Rp 200 ribu-Rp 700 ribu per bulan.

PLN mengalokasikan dana Rp 855,73 juta melalui PLN Peduli, yang melibatkan peran serta masyarakat untuk mendukung program 'co- firing' PLTU Ropa.

"Pelet yang digunakan sangat mempengaruhi perekonomian. Selain itu, pelet mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah organik, diberikan ruang untuk diolah dan hasilnya terbukti pelet sampah menjadi pengganti minyak tanah untuk memasak," kata General Manager Unit Induk NTT, Agustinus Jatmiko.

Dikatakan, kehadiran program ini juga telah mendorong berkembangnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setempat yang bergerak di bidang pembuatan kompor pelet.

"UMKM ini bisa membuat kompor pelet yang murah dan diproduksi massal. Selain produksi UMKM, SMK Negeri 2 Ende membuat kompor pelet," ujar Jatmiko.

PLN juga menyambut baik dukungan Pemda dalam meningkatkan kapasitas produksi pelet dengan menambah lokasi pengolahan sampah. 

Jatmiko memastikan PLN siap menjadi pembeli (offtaker) produksi pelet yang dihasilkan warga.

"Bapak Bupati memiliki ide inovasi, bagaimana caranya PLTU Ropa bisa menggunakan bahan bakar biomassa bahkan sampai dengan 100% serta menggerakkan ekonomi rakyat. Dari sisi PLN, Kami siap menjadi offtaker produksi pelet berapapun yang dihasilkan, " ucap Jatmiko.

Angkat Ekonomi Rakyat

Bupati Ende, Djafar H. Achmad, mengatakan bahwa program pemanfaatan sampah jadi pelet merupakan upaya terobosan Pemda, PLN bersama dengan sejumlah pihak untuk mengatasi permasalahan sampah di Ende.

"Program ini sangat luar biasa karena bisa mengangkat ekonomi rakyat. Selain untuk 'co firing' pelet juga bisa untuk mengganti minyak tanah," katanya.

Untuk itu, lanjut Bupati, pihaknya siap mendorong pemanfaatan sampah untuk diolah menjadi pelet. Selain itu, pelet dari sampah juga dapat menunjang peningkatan pariwisata daerah.

"Program ini sangat membantu kami dalm mengatasi permasalahan sampah 110 ton setiap harinya," kata dia.

Bupati Djafar berharap, ke depan pemerintah dapat terus mendukung pengembangan program ini. 

"Mohon dukungan dari Kementerian LHK, Mendagri dan Menparekraf untuk dukungan perluasan implementasi pengolahan sampah menjadi energi kerakyatan," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan pemanfaatan pelet untuk co-firing PLTU Ropa merupakan bentuk inisiatif nyata Pemda Ende dan PLN dalam pengelolaan sampah yang lebih baik.

"Dengan inisiatif 'co-firing' kita mengganti persepsi sampah kumpul-angkut-buang, sekarang kita pakai sampah sebagai bahan yang punya nilai ekonomi," tegasnya.

Rosa menambahkan, dalam pemanfaatan pelet dari sampah di Ende, pemerintah daerah patut bersyukur karena PLN menjadi pembeli. Sebab salah satu tantangan pengelolaan sampah menjadi pelet adalah adanya kepastian pembeli.

"Pemanfaatan pelet untuk bahan bakar PLTU Ropa juga memberi pesan bahwa bahan baku biomassa untuk 'co-firing' pembangkit sangatlah fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan potensi biomassa setempat dengan tetap memperhatikan standar teknis dan kebutuhan pembangkit," pungkasnya.

--- Guche Montero

Komentar