Breaking News

PERTAHANAN Babak Baru Pengembangan Jet Tempur RI-Korsel 27 May 2023 07:47

Article image
Pesawat tempur yang dijuluki sebagai Baby Raptor karena bentuknya mirip F-22 Raptor milik Angkatan Bersenjata AS, adalah proyek bersama Pemerintah Indonesia dan Korsel.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Penerbang TNI berhasil menyelesaikan tahap awal uji terbang pesawat jet tempur KF-21 Boramae. Pada 2026, Indonesia menerima satu dari enam prototipe jet tempur generasi 4,5 tersebut.

Matahari belum lagi tinggi ketika kesibukan sudah dimulai dari salah satu hanggar di Training Wing 3rd Pangkalan Udara Angkatan Bersenjata Korea Selatan di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, atau sekitar 300 kilometer dari ibu kota Seoul, Selasa (16/5/2023) pagi waktu setempat.

Beberapa orang berompi hijau bertuliskan "KAI" di bagian belakangnya sibuk mempersiapkan sebuah pesawat jet tempur. Pada kiri dan kanan ekor kembar pesawat yang sekilas seperti bentuk huruf V itu terdapat tulisan "KF-21" disusul tiga angka "004".

Kanopi atau pintu pesawat yang tembus pandang dalam kondisi terbuka. Pada sisi kirinya telah terpasang dua tangga menuju kursi ganda atau tandem chair. Sejurus kemudian, dua orang berpakaian penerbang warna hijau melangkah ke arah pesawat.

Selama beberapa saat mereka berputar, mengecek kondisi pesawat, sebelum akhirnya menuju tangga yang mengantarkan mereka ke dalam kokpit. Deru mesin pesawat pun akhirnya terdengar, langsung menyeret burung besi seberat 17,2 ton keluar dari hanggar dan selanjutnya menuju selatan dari Lanud Sacheon.

Suara mesin kembar F414-GE-400K, keluaran pabrik General Electric, semakin keras terdengar ketika pesawat sudah mencapai ujung landasan dan berancang-ancang melakukan take-off. Tepat pukul 10.35 waktu Sancheon, dengan dorongan mesin yang menyemburkan tenaga hingga 97,9 kiloNewton (kN), badan pesawat pun terangkat. Ia melesat meninggalkan tarmac dari landasan sepanjang 2.743 meter di lanud yang dikelola oleh Angkatan Udara Korsel (RoKAF). Pesawat pun mengangkasa di langit Sacheon.

Itulah uji terbang perdana yang dilakukan oleh penerbang dari TNI Angkatan Udara Kolonel (Pnb) Muhammad Sugiyanto. Penerbang tempur lulusan Akademi AU tahun 2000 dengan 3.000 jam terbang berkode panggil (call sign) "Mammoth" itu mengudara ditemani Jim Tae-bom, pilot uji dari Korea Aerospace Industries (KAI) yang berada di kursi depan (front chair).

Pagi itu, keduanya sedang menguji purwarupa atau prototipe dari pesawat jet generasi terbaru hasil kolaborasi Korsel dan Indonesia bernama KF-21. Kepala Dinas Penerangan TNI-AU Marsekal Pertama Agung Sasongkojati, seperti dikutip dari siaran persnya di Jakarta, Rabu (17/5/2023), menjelaskan bahwa Muhammad "Mammoth" Sugiyanto dan Tae-bom mengangkasa selama satu jam dan menyudahi terbang mereka pada pukul 11.43 waktu setempat.

Selama uji terbang itu, kedua penerbang dikawal oleh jet tempur F-16 milik RoKAF. Marsma Sasongkojati yang juga penerbang F-16 TNI-AU dan mempunyai call sign "Sharky" itu menjelaskan, kedua pilot sedang menguji sistem communication, navigation and identification (CNI-1) dan core avionics pada jet tersebut.

Selain Muhammad "Mammoth" Sugiyanto, penerbang jet tempur Hawk 100/200 yang bermarkas di Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak, Indonesia, juga mengirimkan Letkol (Pnb) Ferrel "Venom" Rigonald. Mereka bagian dari empat pilot uji TNI-AU yang akan melakukan uji terbang KF-21 di Korsel. Selama di Korsel, mereka juga bertindak sebagai chaser dari uji terbang KF-21 oleh para pilot uji KAI.

Pesawat chaser para pilot uji Indonesia itu adalah T-50i milik RoKAF. Saat ini pun ada sekitar 37 insinyur asal PT Dirgantara Indonesia yang sedang mempelajari segala aspek KF-21 bersama KAI di pusat produksi mereka di Sacheon. Nantinya, para insinyur itu akan dipercaya KAI untuk memproduksi secara terbatas komponen KF-21 seperti sayap, ekor, dan pylon di PT DI.

Mengutip pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Herindra dari website Kemhan, sesuai Peraturan Presiden nomor 136 tahun 2014 disebutkan bahwa Indonesia diharapkan dapat melaksanakan beberapa kegiatan terkait KF-21. Misalnya, perakitan akhir (final assembly), uji terbang dan resertifikasi KF-21 yang di Indonesia akan menjadi IF-21. PT DI juga diharapkan dapat melakukan pemeliharaan, modifikasi, dan peningkatan (upgrade) IF-21.

Elang Tempur

Pesawat tempur yang dijuluki sebagai Baby Raptor karena bentuknya mirip F-22 Raptor milik Angkatan Bersenjata AS, adalah proyek bersama Pemerintah Indonesia dan Korsel. Untuk pengembangannya dibantu oleh KAI.

KF-21 masuk kategori jet tempur generasi 4,5 yang saat ini sudah diisi oleh F-18 Super Hornet buatan McDonell Douglas, Eurofighter Typhoon buatan empat negara Eropa, dan Rafale produksi Dassault. Kantor berita Yonhap menulis, proyek KF-21/IF-21 hadir lewat sebuah perjanjian kesepakatan pada 2015.

Pemerintah Korsel mendanai 60 persen dari proyek, dan Indonesia sebanyak 20 persen, dan sisanya 20 persen ditanggung oleh KAI. Ini bukanlah jet tempur pertama yang diproduksi KAI, karena sebelumnya sudah meluncur T-50i, satu dari sedikit jet latih di dunia yang bertipe supersonik atau mampu melesat di atas kecepatan suara.

Indonesia sendiri telah memiliki jet latih T-50i sebanyak 16 unit sejak pertama kali diterima pada September 2013. KAI menggandeng pabrikan pesawat AS, Lockheed Martin, untuk kedua proyek prestisiusnya itu.

Lockheed Martin merupakan produsen F-22 Raptor dengan kemampuan mengecoh radar musuh atau stealth, hal serupa yang juga dikembangkan untuk KF-21. KAI menamai pesawat tempur anyar mereka itu sebagai KF-21 Boramae, yang artinya elang muda atau elang tempur.

Pihak Lockheed Martin pun sudah meminta kepada KAI supaya ketika produksi massal Boramae dilakukan untuk pasar dunia, KF-21 akan mereka namai F-33 Fighting Hawk. Rencananya, di dalam pengembangan Boramae oleh Korsel dan Indonesia, akan diproduksi sebanyak 200 unit, rinciannya sebanyak 150 unit dipakai oleh Angkatan Udara Korsel dan 50 unit lainnya untuk TNI-AU.

Seperti dikutip dari Korea Herald, proyek pengembangan KF-21 Boramae ini menelan anggaran 8,8 triliun won atau USD6,77 miliar, sekitar Rp101,55 triliun. Untuk tahap awal, dibuat enam unit prototipe KF-21 yang mulai dikerjakan pada 2020 dan akan dituntaskan menjelang 2026 dan selanjutnya memasuki produksi massal.

Unit perdana untuk Indonesia akan mulai diterima setelah 2028. Kehadiran Boramae tentu saja untuk menggantikan peran jet-jet tempur tua dari kedua negara.

Jet tempur ini berperan ganda, karena selain untuk bertempur di udara (dogfight), juga berfungsi sebagai penyusup (intercept) serta pengebom (bomber). KAI sudah menyiapkan pengembangan lanjutan dari KF-21/IF-21 dari saat ini Blok I ke Blok II dengan kemampuan lebih kuat serta berkategori generasi 5 serta Blok III yang masuk kategori jet tempur masa depan generasi 6.

KF-21 didesain sanggup memanggul rudal udara ke udara seperti MBDA Meteor, AIM-120 AMRAAM, AIM-9X Sidewinder. Kemudian rudal udara ke darat Taurus dan rudal antikapal dan kapal selam Harpoon. Belum lagi sistem amunisi berpemandu elektronik canggih. Seperti dikutip dari Defense News, purwarupa perdana dari pesawat yang dapat terbang nonstop sejauh 2.900 kilometer itu ditampilkan ke publik, Juli 2021.

Diikuti uji terbang perdana dari prototipe bertipe kursi tunggal (single chair) pada 19 Juli 2022. Selanjutnya, prototipe kedua juga berkursi tunggal mengudara 10 November 2022, disusul prototipe ketiga masih berkursi tunggal mengangkasa pertama 5 Januari 2023. Sedangkan prototipe keempat berkursi ganda seperti yang dipiloti Muhammad Sugiyanto, mengudara pertama kali 20 Februari 2023.

Saat hari uji terbang KF-21 004 bersama pilot uji Indonesia, pihak KAI juga sekaligus menerbangkan perdana prototipe kelima yang berkursi tunggal. Rencananya prototipe kelima itu akan diserahkan kepada Indonesia pada 2026. Prototipe keenam akan didesain berkursi ganda dan seluruh pesawat harus melewati uji terbang sebanyak 2.200 jam sebelum diproduksi massal.

Sejak Juli 2021 hingga Mei 2023, KF-21 total sudah mengumpulkan 200 jam uji terbang untuk menguji sebanyak 260 item seperti sistem hidrolik saat mengudara dan mendarat, kecepatan terbang, dan sistem operasional senjata yang diangkut. Semoga kehadiran Boramae di tanah air dapat menambah kekuatan udara TNI dalam menjaga keamanan dan keutuhan NKRI.*** (ip)

--- Sandy Javia

Komentar