Breaking News

NASIONAL DPR RI Resmi Sahkan Revisi UU IKN Dalam Rapat Paripurna 03 Oct 2023 13:09

Article image
Rapat Paripurna DPR RI terkait pengesahan RUU IKN. (Foto: Ist)
Delapan dari sembilan Fraksi di DPR menyetujui pengesahan RUU IKN, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PPP, PAN.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Lembaga Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI resmi mengesahkan revisi UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) menjadi Undang-Undang melalui Rapat Paripurna yang digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Delapan dari sembilan fraksi di DPR menyatakan setuju dengan revisi UU tersebut.

"Selanjutnya, kami akan menanyakan kepada setiap fraksi; apakah RUU tentang perubahan atas UU 3/2022 tentang Ibu Kota Negara dapat disetujui untuk disahkan menjadi Undang-Undang?" tanya Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad kepada peserta rapat.

"Setuju, setuju" jawab anggota dewan yang hadir sehingga Dasco lalu mengetuk palu tanda pengesahan.

Delapan dari sembilan Fraksi di DPR menyetujui pengesahan RUU IKN, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PPP, PAN.

Partai Demokrat menyetujui dengan catatan, sedangkan PKS menolak.

"Fraksi Demokrat menyetujui dengan catatan atas RUU untuk dilakukan dalam pembicaraan tingkat dua untuk disahkan menjadi UU. Sedangkan PKS menolak RUU untuk dilanjutkan dalam paripurna hari ini," ucap Dasco.

Pada rapat pleno tingkat satu yang digelar pada Selasa (19/9/23) lalu, anggota Komisi II Fraksi Demokrat, Mohamad Muraz mengatakan melalui revisi UU IKN, otorita IKN akan memiliki kewenangan yang lebih luas lagi.

Muraz menyampaikan lembaga itu akan berwenang untuk membuat perencanaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan aset, pengelolaan SDM, penguasaan tanah, perjanjian kerjasama hingga perbuatan peraturan-peraturan lainnya.

"Dalam kegiatan persiapan pembangunan pemindahan Ibu Kota Negara serta penyelenggaraan pemerintahan daerah khusus," tutur Muraz.

Muraz menilai kewenangan yang melekat pada otorita itu berpotensi tumpang tindih dengan kementerian atau lembaga lainnya.

Selain itu, ia menilai kewenangan khusus itu dianggap sangat besar untuk lembaga setingkat kementerian.

"Karena itu pengawasan otorita IKN harus secara tetap dilakukan agar proses check in balances tetap terlaksana," ucapnya.

Sementara itu, Teddy Setiadi mewakili Fraksi PKS menyatakan penolakan. Namun, ia tidak menjelaskan catatan dari partai terkait sikap itu.

--- Guche Montero

Komentar