KOLOM Gaya Hidup Orang Jerman untuk Kita 25 Oct 2016 11:40
Kita harus mengurangi pemborosan, karena uang memang milik kita, tetapi sumber daya alam itu milik bersama.
Oleh Santisima Gama
MARI kita belajar tentang Jerman. Narasi tentang sejarah Jerman menunjukkan kebijaksanaan penduduknya. Kita memang pernah menyaksikan bagaimana Hitler memaksa penduduk Jerman melakukan kekerasan kepada Bangsa Yahudi. Namun, sejarah kelam tersebut tidak serta menutup pelbagai kebijaksanaan yang dapat diambil dari Bangsa Jerman.
Selain melahirkan para filsuf yang terkenal di dunia, Jerman juga dijuluki sebagai negara buku. Generasi Jerman mulai dibiasakan untuk membaca buku sedari kecil. Saat ini di bawah kepemimpinan Ibu Bangsa Angela Merkel, Jerman semakin bersahabat dan menyatu dengan negara-negara Uni Eropa. Merkel telah mampu mengubah wajah politik Jerman.
Bagaimana dengan gaya hidup masyarakat Jerman? Ternyata mereka memiliki gaya hidup unik sebagai tradisi hemat. Tidak saja hemat dalam segi finansial tetapi juga bisa memengaruhi penghematan sumber daya alam nabati maupun hewani. Ini dua gaya hidup yang penting untuk dipelajari, kemudian dilakukan.
Selain karena Jerman merupakan salah satu negara maju di dunia, ternyata begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang didapat para mahasiswa dan alumni yang mengenyam pendidikan tinggi di Jerman. Seperti juga para alumni Jerman di Lembaga Alumni Eropa (LAE) yang berada di Kebayoran, Jakarta. Termasuk sebuah kisah nyata dari seorang sahabat yang berbagi di sosial media, pengalaman ketika berkunjung ke Jerman.
Baiknya menyimak cerita sahabat alumni Jerman dapat menggugah hati. Ketika tiba di Hamburg, Ia bersama rekan-rekan masuk ke restoran. Di sana banyak meja kosong; hanya ada satu meja di mana sepasang anak muda sedang makan. Di meja makan anak muda itu ada 2 piring makanan dan 2 kaleng minuman. Kemudian datang ada lagi beberapa wanita tua di meja lainnya. Ketika makanan dihidangkan, mereka menghabiskan tiap butir makanan yang ada di piring mereka.
Saat bersamaan perut keduanya pun sedang dililit kelaparan. Rekan saya memesan lebih banyak makanan. Saat selesai makan, masih ada sisa makanan kira-kira sepertiganya yang tidak dapat dihabiskan. Begitu sahabat saya dan temannya hendak meninggalkan restoran, wanita tua dari meja sebelah berbicara pada mereka dalam bahasa Inggris. Sahabat dan temannya paham bahwa mereka tak senang karena masih ada sisa makanan.
“Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian berapa banyak makanan yang tersisa”, kata sahabat pada para wanita tua tersebut. Wanita-wanita itu menunjukkan ekspresi marah. Salah satunya segera mengeluarkan HP dan menelpon seseorang. Sebentar kemudian seorang lelaki berseragam Sekuriti tiba. Setelah mendengar tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda 50 Euro pada sahabat dan temannya. Mereka berdua heran namun berusaha diam saja.
Petugas tersebut berkata dengan suara yang cukup keras, “Pesan yang hanya sanggup Anda makan, uang itu milikmu tapi sumber daya alam ini milik bersama. Ada banyak orang lain di dunia ini yang kekurangan. Kalian tidak punya alasan untuk sia-siakan sumber daya alam tersebut”. Mereka tersadar bahwa benar adanya demikian. Pola pikir dan gaya hidup orang Jerman sebagai masyarakat di negara makmur tersebut membuat mereka sangat malu. Peristiwa ini membuat mereka merenung dan memaknai tentang berbagai bencana kelaparan dunia yang pernah terjadi bahkan sampai saat ini.
Kita ini dari negara yang sedang berkembang bukan negara makmur. Hanya demi sebuah gengsi, kita sering memesan banyak makanan dan sering berlebihan saat menjamu orang. Juga saat dijamu di pesta, banyak makanan disisakan di piring; tidak dihabiskan. Ini pelajaran penting untuk kehidupan. Kita harus mengurangi pemborosan, karena uang memang milik kita, tetapi sumber daya alam itu milik bersama. Jerman adalah salah satu negara industri terkemuka. Produk-produk top seperti BMW, Mercedes Benz, Siemens asalnya dari sini. Banyak yang menyangka rakyatnya hidup kaya dan berfoya-foya. Namun, kenyataan menunjukkan sebaliknya.
Mari jadi panutan dalam keluarga sendiri, agar anak-cucu meniru kita untuk membenci pemborosan. Semoga peristiwa yang dialami para sahabat ini menjadi bahan permenungan kita agar memiliki kepedulian dan kepekaan rasa terhadap sesama yang sedang kesulitan memperoleh bahan makanan. Hidup harus senantiasa berdaya guna bagi orang lain.
Santisima Gama, Kontributor IndonesiaSatu.co Yogyakarta, Pegiat Literasi – Mahasiswa Pasca Sarjana Sanata Dharma Yogyakarta
Komentar