Breaking News

REGIONAL Gelar Diskusi, Alumni Ledalero se-Jabodetabek Kritisi Pemaparan Program Para Cagub-Cawagub NTT 23 Apr 2018 08:07

Article image
Para alumni STFK Ledalero se-Jabodetabek sedang berdiskusi. (Foto: Ist)
Pada pertemuan ini, para alumni memberikan catatan (evaluasi kritis) terhadap pemaparan dan penjabaran visi-misi para calon pemimpin NTT itu.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero se-Jabodetabek mengadakan diskusi bertema “Catatan atas Debat Pertama Pilgub NTT 2018” di Jakarta, Sabtu, di Graha VDS, Jl. Tebet Raya No. 25, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (19/2/2018) malam.

Adapun narasumber dalam diskusi tersebut adalah dua orang peneliti muda Alumni Ledalero yaitu Arman Suparman (peneliti KPPOD) dan Yanto Fulgens (peneliti Kebijakan Publik). Diskusi ini dilaksanakan untuk memberikan beberapa catatan atas debat pertama Pilgub NTT sekaligus rekomendasi bagi para calon gubernur NTT.

Pada diskusi ini, para alumni memberikan catatan (evaluasi kritis) terhadap pemaparan dan penjabaran visi-misi para calon pemimpin NTT itu. Ada beberapa catatan terhadap pemaparan setiap calon gubernur.

Calon nomor satu Esthon Foenay-Christian Rotok berbicara tentang sektor kesehatan tetapi belum menjelaskan bagaimana konsep tersebut nantinya dijalankan pada kondisi riil.

“Sebagai contoh, konsep tentang upaya preventif model apa yang akan digunakan untuk menyokong sektor kesehatan? Ini masih menjadi pertanyaan,” ungkap para alumni.

Catatan yang sama juga diberikan pada calon nomor dua yang berbicara tentang konsep membangun dari desa. Paket Marianus Sae-Emi Nomleni dinilai belum secara detail menjelaskan model pembangunan dari desa macam apa yang akan secara riil dibuat.

“Paket ini belum secara detail membedakan program membangun desa yang akan mereka lakukan dengan program pusat tentang pembangunan dari pinggiran (desa),” papar pra alumni.

Alumni juga mengkritik gagasan calon nomor tiga Benny Harman-Benny Litelnoni yang menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur mesti membutuhkan pinjaman dana dari luar. Namun, mereka belum menjelaskan pihak mana yang akan dijadikan mitra untuk mendukunan sokongan finansial tersebut serta sistem peminjaman model apa yang akan dilakukan sehingga tidak merugikan masyarakat nantinya.

Calon nomor empat Viktor Laiskodat-Josef Nai Soi berbicara tentang aspek kesehatan namun menyederhanakan permasalahan kesehatan (gizi buruk) pada konsumsi tumbuhan tertentu (kelor).

“Paslon ini tidak menyentuh aspek struktural yang lebih dalam semisal aspek kultural serta sosial (kemiskinan),” beber para alumni.

--- Redem Kono

Komentar