Breaking News

INVESTASI Marves Kunjung Fuel Terminal Tanjung Gerem Cilegon Siapkan Bisnis Bunkering MFO Low Sulphur 21 Aug 2021 17:58

Article image
Deputi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves RI berdiskusi dengan Manager Fuel Terminal Tanjung Gerem Pertamina, Ade Supriadi. (Foto: ist)
Pertamina Tanjung Gerem saat ini melayani lebih dari 1500 kiloliter untuk MFO baik bagi kapal dan industri di Cilegon-Banten.

SERANG, IndonesiaSatu.co -- Menindaklanjuti kerja sama Bunkering Marine Fuel Oil (MFO) low sulphur sesuai standard IMO untuk kapal niaga antara Krakatau International Port (KIP) dan Patra Pertamina pada Juli 2021 lalu, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Basilio Dias Araujo, SS.,MA melakukan kunjungan kerja ke Fuel Terminal Tanjung Gerem Pertamina di Cilegon pada Jumat (20/08/2021).

Menurut Basilio, kunjungan tersebut tak hanya untuk mempertegas komitmen Kemenko Marves dalam memaksimalkan pendapatan negara di bisnis maritim, tapi juga mendorong implementasi kerja sama pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil antara Krakatau International Port (KIP) dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk bunkering MFO low sulphur bagi kapal-kapal yang melintas Selat Sunda.

Mencermati besarnya peluang ekonomi yang masih dapat dioptimalkan selama ini, terutama ribuan kapal baik ukuran besar dan kargo internasional yang melintas di sepanjang Selat Sunda, Mantan penerjemah Mendagri ini meyakini bahwa “economic and opportunity loss” akibat belum adanya jasa bunkering bahan bakar minyak untuk kapal di Selat Sunda hingga Selat Malaka sangat besar potensinya untuk dikembangkan.

"Opportunity loss karena banyak kapal yang melintas di sepanjang selat Sunda untuk mengisi MFO low sulphur ini akan mampu menyumbang trilliunan untuk negara" kata Deputi Basilio.

Eks Jubir Pro Integrasi Tim-Tim ke Indonesia  ini memperkirakan sekitar 173 milyar dollar opportunity loss dari jasa bunkering, crew change, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka)

“Kita telah siapkan beberapa Pelabuhan Strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO low sulphur ini” jelas Deputi Basilio.

Pertamina Tanjung Gerem saat ini melayani lebih dari 1500 kiloliter untuk MFO baik bagi kapal dan industri di Cilegon-Banten.

“Kami yakin, melalui pengembangan bisnis MFO low sulphur di berbagai pelabuhan strategis, ke depannya, Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik (untuk bunkering MFO low sulphur) dan berani bersaing dengan negara tetangga lainnya,” tegas mantan Sespri Dubes Portugal.

Melalui kerjasama bisnis bunkering MFO low sulphur ini, lanjut Basilio, potensi ekonomi akan semakin meningkat dan kesiapan Kepelabuhanan Indonesia sebagai bagian dari rantai-pasok energi (energy security) khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal MFO Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group dapat diandalkan.

MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5% wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020.

 

---Bernad Baran

Komentar