Breaking News

INFRASTRUKTUR Pertama di Asia Tenggara, Kereta Api Panoramic Dekatkan Penumpang dan Alam 05 Jan 2023 08:22

Article image
Kereta api menjadi salah satu moda transportasi massal paling diandalkan untuk mempercepat perjalanan masyarakat ke segala tujuan.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Indonesia menjadi pemakai ular besi beratap kaca pertama di Asia Tenggara. Memanfaatkan gerbong eksekutif, kereta besutan anak negeri itu berpeluang ekspor.

Kereta api menjadi salah satu moda transportasi massal paling diandalkan untuk mempercepat perjalanan masyarakat ke segala tujuan. Angkutan yang mampu membawa ratusan penumpang itu sudah hadir di tanah air sejak 158 tahun silam.

Mengutip website Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Indonesia menjadi negara kedua di Asia yang mempunyai infrastruktur kereta api. Itu terjadi sewaktu dimulainya pembangunan rel pertama dari Semarang ke Solo oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJ Baron Sloet van de Beele pada 17 Juni 1864.

Jalur tadi resmi dioperasikan pada 10 Agustus 1867. Kala itu, kereta api dibutuhkan untuk membawa hasil perkebunan seperti tebu, selain mengangkut penumpang. Seiring perjalanan waktu, keberadaan angkutan berjuluk ular besi ini sudah semakin memanjakan para pemakainya. Kini, semua kereta penumpang yang beroperasi di tanah air dipastikan telah berpendingin udara, baik di kelas ekonomi, bisnis, dan premium.

Sejumlah fasilitas di dalam gerbong dibuat meniru interior pesawat. Misalnya, tempat duduk, demikian pula peturasannya sangat bersih dan wangi. Tersedia pula rak khusus untuk meletakkan koper. Tiap gerbong ada televisi layar lebar untuk menikmati hiburan. Pada tipe premium, bahkan TV layar mini ada di tiap bangku untuk menikmati aneka hiburan memanfaatkan teknologi Audio Video On Demand (AVOD).

Lewat beragam inovasi tadi, kereta api tetap menjadi pilihan utama masyarakat untuk bepergian jarak jauh. Terobosan terbaru adalah hadirnya dua unit gerbong kereta berkonsep khusus yakni panoramic atau panorama sebagai inovasi terbaru dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku operator bekerja sama dengan Balai Yasa KAI Surabaya Gubeng, bengkel kereta yang telah beroperasi sejak tahun 1913 silam. Basisnya adalah gerbong kereta eksekutif dan telah dikerjakan sejak awal 2022 dengan mencontoh produk sejenis dari operator kereta Glacier Express di Swiss.

KAI menamai produk anyarnya ini sebagai KA Panoramic. Indonesia adalah pemakai pertama kereta panorama untuk kawasan Asia Tenggara dan berpeluang untuk diekspor ke mancanegara.

Seperti dikutip dari akun media sosial Balai Yasa Surabaya Gubeng di kanal Youtube, dijelaskan kalau bagian luar atau eksterior keretanya dibalut warna royal green glossy dengan garis livery emas sehingga memunculkan kesan mewah. Tampilan ruang dalam atau interiornya berupa gerbong berjendela sangat besar di kedua sisi dengan dinding bermotif panel kayu jati (wooden panel) krem.

 

Atap Transparan

Pada bagian atap, diberi kaca membentuk pola persegi (emerald panoramic roof) memanjang transparan dari depan hingga belakang. Sepintas mirip konsep panoramic roof pada atap mobil. Kacanya dari tipe khusus, karena selain tak mudah pecah oleh timpukan benda keras dari luar kereta, juga mampu menyerap panas sinar matahari sehingga kabin gerbong tidak panas. Tak perlu khawatir silau oleh terpaan sinar matahari meski gerbong sudah sejuk, karena ada tirai canggih yang akan menutup otomatis (automatic roller blind) jika kita menekan tombol di salah satu sisi kursi penumpang.

Mau menikmati pemandangan alam yang indah di luar kereta pun tak perlu memutar kepala. Karena ke-46 unit kursi empuknya dapat diputar menghadap ke jendela besar. Ada colokan listrik disediakan di salah satu sudut kursi untuk menyalakan laptop atau mengecas gawai. Tepat di ujung gerbong disediakan rak bagasi khusus untuk meletakkan koper atau sepeda dan di salah satu sudutnya disiapkan kursi roda bila diperlukan.

Peturasannya selain luas lagi wangi, juga dilengkapi toilet duduk canggih serta keran air dan pengering nirsentuh. Lewat sentuhan teknologi canggih, air akan berhenti mengalir dalam hitungan beberapa detik untuk menghemat pemakaian. Fitur keselamatan pada KA Panoramic ini berupa alat pemadam api ringan (APAR), alat pemecah kaca, dan rem darurat.

Dengan semua kelebihan itu, keinginan kita untuk memuaskan diri melihat pemandangan hijaunya alam selama di perjalanan akan terbayar lunas. Apalagi bisa melihat keindahan gemerlap miliaran bintang di langit lewat emerald panoramic roof saat perjalanan malam hari. Sistem sensor cahaya otomatis dipasang di dalam kereta. Ini berguna saat masuk terowongan, maka lampu di dalam gerbong akan menyala otomatis.

KA Panoramic sudah melewati serangkaian pengujian dan lulus sertifikasi uji kekuatan struktur kereta, uji statis, dan uji dinamis oleh Tim Penguji Sarana Perkeretaapian Balai Pengujian Perkeretaapian Kemenhub. Lewat akun Instagram Balai Pengujian Perkeretaapian, mereka menyebutkan rangkaian pengujian sudah termasuk uji dimensi, uji rancang bangun, uji kebocoran, uji intensitas cahaya, uji sirkulasi udara, uji temperatur bearing, dan uji kebisingan.

Menurut Vice President Public Relations KAI Joni Martinus, seperti diwartakan Antara, kereta yang resmi meluncur dari Balai Yasa Surabaya Gubeng 11 Agustus 2022 itu diperkenalkan kepada masyarakat pada 24 Desember 2022. KA Panoramic dirangkaikan dengan KA Taksaka tambahan untuk melayani rute Stasiun Gambir-Yogyakarta.

 

Incaran Turis

Konsep kereta panorama dijadikan penarik minat wisatawan di sejumlah negara. Bahkan operator-operator kereta di Amerika Serikat menjadi pionirnya sejak 1945 silam untuk melayani rute ke wilayah utara. Mereka menyebutnya sebagai vistadome dan dibuat khusus sebagai kereta mewah yang atapnya dibuat kubah kaca (glass dome) agar bisa melihat langit luas.

Swiss juga sukses mengembangkan wisata kereta panorama di kawasan Eropa. Seperti dilansir Swiss Activities, ada lima operator kereta yang mengoperasikannya. Termasuk lintas antarnegara, seperti dilakukan Bernina Express yang membuka rute dari Chur di Swiss menuju Tirano, kota kecil di Lombardy, Italia. Glacier Express sendiri punya rute spesial melintasi lautan salju dari St Moritz menuju Zermatt sejauh 291 km dan ditempuh dalam delapan jam pada kecepatan maksimal 35 km per jam.

Konsep vistadome ini juga diadopsi India yang mulai membangunnya pada 2015 dan diluncurkan Desember 2016 untuk melayani rute wisata menyusuri lembah dan pegunungan di Kashmir. Selanjutnya, pada Maret 2018 diluncurkan Jan Shatabdi Express dari Mumbai ke Madgaon, lagi-lagi melintasi lembah Kashmir. Perdana Menteri Narendra Modi dalam akunnya di Twitter memuji vistadome ini saat menjajalnya pada Januari 2021.

Seperti diwartakan Conde Nast Traveller, Indian Railways per 3 Agustus 2022 telah mengoperasikan 33 gerbong vistadome yang dirangkaikan pada 23 rute kereta. Kereta-kereta panorama ini menyusuri rute-rute berpemandangan alam hijau, menembus hutan taman nasional, menyusuri tepian air terjun, dan melintasi sungai-sungai lebar.

India Railways juga mengoperasikan vistadome Him Darshan Express di rute bersejarah Kalka-Shimla sejauh 96 km dan berada di kaki Pegunungan Himalaya. Ini adalah rute kereta yang menjadi Situs Warisan Dunia versi UNESCO karena sudah ada sejak 1855. Jalur relnya menjangkau kawasan di ketinggian antara 2.200 meter-2.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Saat musim dingin, permukaan relnya akan tertutup salju.

Kecepatan kereta dibatasi maksimal 40 km per jam saja karena di rute Kalka-Shimla terdapat 912 tikungan berbahaya, 969 jembatan, dan 103 terowongan. Termasuk Terowongan Barog sepanjang 1.143 meter dan menjadi yang terpanjang di India. Pemandangan di rute ini luar biasa indah karena melewati pegunungan bersalju, hutan pinus, dan lembah yang dalam. Vistadome ini di India diminati oleh turis domestik dan mancanegara dan menurut Indian Railways, setiap tahunnya rata-rata mengangkut satu juta penumpang.

Peru Rail juga mengoperasikan vistadome untuk rute menuju objek wisata terkenal dan bagian dari Tujuh Keajaiban Dunia UNESCO, Machu Picchu. Kereta vistadome melayani rute Cusco di ketinggian 3.486 mdpl, menuruni Pegunungan Andes menuju Machu Picchu di lembah Urubamba (2.438 mdpl). Selama perjalanan sejauh 111 km atau hampir empat jam, kita tidak hanya disuguhi pemandangan indah pegunungan saja.

Tepat di gerbong paling belakang ada semacam lounge dengan pengaturan kursi bak di restoran. Supaya penumpang tidak bosan, kru kereta menyiapkan aneka kegiatan seperti pertunjukan musik hidup (live music), tari topeng Saqras dari Suku Paucartambo dengan kostum berwarna cerah seperti pelangi. Setelah itu, penumpang disuguhi atraksi peragaan busana dengan model para awak kereta.

Tentu saja aneka makanan berat dan snack turut disuguhi kru kepada penumpang selama perjalanan. Uniknya, di gerbong paling buncit ini ada semacam lobi dengan kursi berbentuk sofa memanjang. Tepat di ujungnya ada sebuah pintu besar menuju balkon terbuka dengan pembatas besi. Balkon ini bisa dimanfaatkan penumpang untuk berfoto ria dengan latar belakang salju Pegunungan Andes atau sekadar berdiri mematung menyaksikan keindahan alam. Keren ya.

Nah, kapan kamu terakhir kali naik si ular besi? Kalau belum pernah, tunggu apa lagi. Yuk kita jalan-jalan naik kereta api.***

--- Sandy Javia

Komentar