KESEHATAN Sekolah Harapan Bangsa ModernHill Gelar Literasi Bahaya Rokok bersama dr. Mario Reggynal : Generasi Sehat Tanpa Rokok 09 Dec 2025 11:44
Edukasi literasi kesehatan tentang bahaya rokok bagi remaja menjadi fokus utama penyuluhan yang disampaikan dr. Mario Reggynal, SpP kepada siswa Sekolah Harapan Bangsa, Pondok Cabe, pada 9 Desember 2025.
IndonesiaSatu.co - Di aula Sekolah Harapan Bangsa, Pondok Cabe, Selasa pagi itu, ratusan siswa duduk berjejer sambil menatap layar besar di depan ruangan. Di sudut panggung, seorang dokter paru berbicara dengan suara tenang namun tegas. Namanya dr. Mario Reggynal, SpP, dokter spesialis paru yang biasa menangani pasien dengan masalah pernapasan, dari infeksi hingga kanker paru.
Hari itu, ia tidak berada di rumah sakit. Ia hadir di tengah para pelajar untuk satu tujuan yang bagi dirinya sangat penting: menyelamatkan generasi muda dari bahaya rokok.
Rokok Bukan Sekadar Kebiasaan, tapi Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Di awal pemaparannya, dr. Mario menampilkan angka-angka yang membuat suasana seketika hening. Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (2023), jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang, dan 7,4% di antaranya adalah anak usia 10–18 tahun.
“Ini alarm serius,” kata dr. Mario. “Fakta bahwa anak dan remaja sudah mulai merokok menunjukkan bahwa industri rokok berhasil memasarkan produk yang secara medis terbukti mematikan.”
Ia juga menyebutkan data Global Youth Tobacco Survey, yang menemukan kenaikan prevalensi perokok usia sekolah (13–15 tahun), dan kelompok usia 15–19 tahun menjadi perokok terbanyak. “Anak-anak adalah target empuk. Padahal, di usia itu otak masih berkembang, dan nikotin bisa merusaknya,” tambahnya.
Rokok Elektrik: Tren Baru, Bahaya Tak Berkurang
Meski rokok konvensional telah lama diperingatkan sebagai penyebab kanker, tren baru yang kini merambah remaja adalah rokok elektrik atau vape. Rokok elektrik kerap dipromosikan sebagai pilihan “lebih aman”, namun menurut dr. Mario, klaim itu tidak berdasar.
“Yang dihisap itu bukan udara segar beraroma vanilla,” ujarnya. “Itu aerosol yang mengandung nikotin, partikel logam, formalin, akrolein, hingga zat-zat yang bersifat karsinogen.”
Dalam slide presentasinya, ia menunjukkan daftar kandungan vape: Nikotin – menyebabkan adiksi berat; Logam berat – memicu kerusakan sel; Aldehida & formaldehida – zat karsinogen; Partikel ultrafine – masuk ke paru hingga darah.
Riset menunjukkan risiko meningkatnya asma, bronkitis, pneumonitis, hingga EVALI (kerusakan paru akut akibat vape).
Bagaimana Nikotin Mengambil Alih Otak Remaja
Salah satu bagian yang paling banyak menyita perhatian siswa adalah penjelasan tentang efek nikotin pada otak. “Nikotin itu licik,” kata dr. Mario.
“Dia masuk ke reseptor otak dan membuat pengguna merasa nyaman melalui pelepasan dopamin. Lama-lama, otak menagih sensasi itu.”
Ketika berhenti merokok, tubuh akan bergejolak: gelisah, marah, sulit tidur. Itulah gejala putus nikotin yang membuat banyak remaja kembali merokok. “Bukan karena keren,” katanya. “Tapi karena otak mereka sudah dikendalikan nikotin.”
Paru-Paru: Organ yang Diam-Diam Rusak
Dr. Mario kemudian menunjukkan gambar perbandingan paru normal, paru perokok, hingga paru dengan kanker. Beberapa siswa spontan menahan napas. Ada yang saling berbisik lirih.
“Paru-peru tidak punya saraf perasa. Ia tidak sakit pada awalnya,” jelas dr. Mario. “Justru itu bahayanya. Kerusakan berlangsung diam-diam.”
Kerusakan akibat vape maupun rokok konvensional dapat berupa: inflamasi saluran napas, risiko pneumotoraks, bronkiolitis obliterans, kerusakan permanen jaringan paru, hingga kanker paru.
Upaya Berhenti Merokok: Ada Banyak Jalan
Ketika sesi mulai memasuki tanya jawab, seorang siswa bertanya, “Dok, kalau sudah terlanjur coba-coba, bagaimana berhentinya?”
Dr. Mario tersenyum. “Pertama, jangan malu untuk minta bantuan.”
Ia menjelaskan berbagai metode berhenti merokok—mulai dari nasihat singkat, konseling, terapi perilaku, hingga terapi farmakologis seperti Nicotine Replacement Therapy (NRT).
“Yang penting adalah kemauan. Saat kalian memilih berhenti, kalian sedang menyelamatkan diri kalian sendiri,” katanya.
Menutup dengan Pesan: ‘Tidak Ada Dosis Aman’
Sebelum acara ditutup, dr. Mario mengulang satu kalimat penting yang menjadi inti pesan hari itu: “Tidak ada dosis aman untuk rokok—baik konvensional maupun elektrik. Berhenti merokok adalah pilihan terbaik untuk kesehatan kalian.”
Para siswa berdiri dan bertepuk tangan. Di luar aula, beberapa di antara mereka saling berbagi cerita: tentang teman mereka yang mencoba vape, tentang tekanan lingkungan, dan tentang keputusan mereka setelah mendengar penjelasan hari itu.
Di Sekolah Harapan Bangsa, literasi bahaya rokok bukan sekadar penyampaian materi—tetapi upaya menyelamatkan masa depan. Dr. Mario menutup presentasinya dengan satu pesan sederhana: “Generasi hebat adalah generasi yang paru-parunya sehat.” ***
--- Maria Aurelia
Komentar