Breaking News

INTERNASIONAL Setelah Berabad-Abad, Makam Yesus Akhirnya Direstorasi 21 Jun 2016 08:17

Article image
Makam Yesus di Gereja Makam Suci Yerusalem sedang dalam proses restorasi. (Foto: Deutsche Welle).
Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks, dan Gereja Armenia sering berselisih paham tentang siapa yang paling bertanggung jawab menjadi pengelola tempat suci ini. Bahkan perselisihan mengarah pada adu fisik di antara para biarawan.

YERUSALEM, IndonesiaSatu.co -- Setelah berabad-abad terlibat cekcok dan beda pendapat, akhirnya tiga gereja yang selama ini secara bersama-sama mengelola Gereja Makam Suci Yerusalem sepakat untuk melakukan restorasi bagian paling suci dari gereja tersebut. Bagian yang akan direnovasi disebut Edicule, yakni sebuah ruang kuno yang dipercaya sebagai tempat di mana Yesus pernah dibaringkan, diurapi, dibungkus, dan dimakamkan sebelum kebangkitan-Nya.

Tiga gereja yang selama ini mengelola Gereja Makam Suci Yerusalem yakni gereja Ortodoks Yunani, Katolik Roma, dan Gereja Armenia. Dengan mengesampingkan perbedaan pandangan, tiga otoritas gereja sepakat untuk bersama-sama mendukung upaya restorasi Edicule ini.

Antonia Moropoulou, seorang insinyur kimia pada the National Technical University di Athena yang menjadi manajer proyek tersebut menegaskan bahwa pekerjaan yang akan ditangani timnya tidak akan mudah.

"Kami memiliki pekerjaan yang sangat sulit dan menantang di sini," kata Moropoulou, yang mengepalai tim yang terdiri atas 25 orang sebagaimana dilansir NBC News (20/6/2017).

Makam Yesus pertama kali dibangun pada tahun 335, dihancurkan oleh pasukan Persia 300 tahun kemudian, dan dibangun kembali oleh penguasa Bisantium, Kaisar Constantine Monomachus pada 1048. Setelah terjadi gempa hebat pada tahun 1927, dilakukan pamasangan sistem perlindungan berupa penyanggah dari besi

Pekerjaan pertama yang dilakukan tim Moropoulou adalah memasang pilar-pilar yang menopang kubah di atas Edicule. Pilar-pilar tersebut dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertahankan struktur yang mulai rapuh. Hal ini yang mendorong pihak kepolisian Israel menutup tempat suci tersebut untuk sementara setelah pada tahun 2015 Otoritas Kepurbakalaan menyatakan bahwa bangunan tersebut dalam kondisi tidak aman.

Proses renovasi butuh kehati-hatian mengingat di atas tempat tersebut oleh umat Kristen diyakini sebagai lokasi di mana Yesus pernah diminyaki, dibungkus kain, dan dimakamkan sebelum  kebangkintan.

Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks, dan Gereja Armenia sering berselisih paham tentang siapa yang paling bertanggung jawab menjadi pengelola tempat suci ini. Bahkan perselisihan mengarah pada adu fisik di antara para biarawan. Pada perayaan Paskah beberapa tahun silam, biarawan Ortodoks Yunani dan Gereja Armenia saling pukul. Seperti kebanyakan konflik di sini, kejadian itu merupakan sengketa wilayah. Yang satu takut yang lain mencoba melanggar batas wilayah yang bukan miliknya.

Tapi sekarang para pihak yang bertikai selama ini sepakat untuk dilakukan restorasi. "Kami sama-sama memutuskan bahwa restorasi sangat perlu dilakukan, jadi kami menyetujuinya," kata Rev. Samuel Aghoyan, pimpinan tertinggi Gereja Armenia kepada AP.

Perhatian atas makam suci tersebut juga datang dari orang pertama Kerajaan Yordania. Raja Abdullah II bin Hussein berjanji akan membantu proyek tersebut dari dana pribadinya. Uskup Yerusalem Mgr William Shomali dalam pernyataan yang dirilis Vatikan pada 7 Juni 2016 mengatakan bahwa pengumuman yang disampaikan Raja Abdullah menggambarkan, "Kepedulian untuk mempertahankan warisan Kristiani."

Yordania mengambil alih kontrol atas Kota Suci Yerusalem sampai diduduki Israel pada 1967 dan mengambil alih peran pengamanan situs-situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem.

Saat ini, tim Moropoulou secara perlahan dan penuh hati-hati memindahkan lempengan marmer yang menutup Edicule. Lebih lanjut, tim membersihkan setiap lempengan dari endapan lilin yang dipasang para peziarah menggunakan kapas yang dicelupkan cairan Ethanol. Selama berabad-abad, para peziarah memasang lilin di atas pualam sehingga bisa merusak batu tersebut.

Proyek restorasi diharapkan selesai pada Maret 2017.

"Situs suci ini adalah simbol kebangkitan dan perdamaian," katanya. "Kami perlu mempertahankan setiap lapisan dari tempat suci ini untuk memberi pelajaran bagi generasi yang akan datang."

 

--- Simon Leya

Komentar