Breaking News

INTERNASIONAL Terlibat Jaringan Penipuan Lintas Negara, Singapura Tangkap Antek-antek Dalang Kerajaan Scam Besar Kamboja 21 Dec 2025 00:27

Article image
Singapura tangkap antek-antek dalang kerajaan scam besar Kamboja. (Foto: AFP)
Dalam pernyataan resmi, Washington menyebut Prince Group sebagai kedok salah satu organisasi kriminal transnasional terbesar di Asia.

SINGAPURA, IndonesiaSatu.co-- Pria asal Singapura, Nigel Tang Wan Bao Nabil (32) yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat (AS) karena diduga terkait jaringan penipuan (scam) lintas negara, ditangkap saat kembali ke negaranya.

Nigel Tang ditahan pada 11 Desember 2025 lalu atas dugaan terlibat tindak pidana pencucian uang yang terkait dengan taipan Inggris-Kamboja, Chen Zhi, serta sejumlah perusahaan yang berafiliasi dengannya.

“Investigasi polisi sedang berlangsung,” kata Kepolisian Singapura dalam pernyataan kepada AFP, Jumat (19/12/2025) melansir Kompas.com

Menurut laporan Business Times, Tang bekerja sebagai kapten kapal pesiar mewah milik Chen.

Ia juga termasuk tiga warga Singapura yang dijatuhi sanksi oleh Departemen Keuangan AS pada Oktober 2025 karena memiliki keterkaitan langsung dengan Chen. 

Chen Zhi sendiri merupakan tokoh yang kini menjadi sorotan internasional. Ia dituduh menjalankan jaringan kerja paksa dan operasi penipuan siber (online scam) berskala besar di Kamboja melalui perusahaan konglomeratnya, Prince Holding Group.

Dalam pernyataan resmi, Washington menyebut Prince Group sebagai kedok salah satu organisasi kriminal transnasional terbesar di Asia. 

Namun, pihak Prince Group membantah tuduhan tersebut. 

Pada akhir Oktober 2025, polisi Singapura menyita lebih dari 115 juta dollar AS (Rp 1,92 triliun) dalam bentuk aset yang diduga terhubung dengan Chen. Aset-aset tersebut disita melalui operasi penggerebekan di sejumlah lokasi di Singapura.

Jaksa AS menduga, Chen mengelola fasilitas kerja paksa di Kamboja, tempat ratusan pekerja yang diduga korban perdagangan manusia ditahan secara paksa. Mereka dikurung di area berpagar tinggi dan dilengkapi kawat berduri, menyerupai penjara. 

Di bawah ancaman kekerasan, para pekerja dipaksa melakukan skema penipuan daring yang dikenal sebagai pig butchering. Skema ini biasanya dimulai dengan membangun hubungan kepercayaan dengan korban dalam jangka waktu tertentu, sebelum dana korban disalahgunakan dalam bentuk investasi palsu, termasuk kripto. 

Menurut Departemen Kehakiman AS, sejak 2015 Prince Group telah menjalankan operasi di lebih dari 30 negara, dengan kedok sebagai perusahaan properti, layanan keuangan, dan bisnis konsumen yang sah.

Keuntungan yang diperoleh dari jaringan kriminal ini kemudian diduga dicuci melalui bisnis perjudian dan penambangan kripto milik Prince Group itu sendiri.

--- Guche Montero

Komentar