Breaking News

REFLEKSI Belajar Dari/Seperti Air 07 Jun 2023 13:58

Article image
Danau Mead dari Bendungan Hoover. (Foto: GreenBiz)
Dari air saya petik hikmah, teruslah mengalir meski diriku "dilempar" dengan sampah fitnah, kebencian dan sikap tidak layak lainnya.

Oleh Valens Daki-Soo

 

Kita sering mendengar ungkapan bijak ini, "Mengalirlah seperti air."

Sembilan bulan pertama setelah pembuahan di dalam rahim ibunda, kita tinggal dalam -- sekaligus dipelihara oleh -- cairan amniotik. Itulah "air" yang membungkus kita dengan cinta tanpa syarat (unconditional love).

Sekarang, tubuh fisik kita -- saya tidak sedang bicara tentang "tubuh astral" -- terdiri dari 75 persen air (bahkan otak kita 85 persen). Sisanya hanyalah "air berotot". Maksud saya, betapa air itu 'mendominasi' tubuh fisik kita.

Sedemikian vitalnya air berperan untuk kehidupan (vital dari kata "vita": hidup), sehingga tanpa air tiada kehidupan. Saya membayangkan, kalau saja air itu berkarakter seperti manusia, ditilik dari peran tersebut, pasti air berusaha "berdiri di puncak". Kalau jadi manusia, dengan merasa memiliki peran sehebat itu, ia akan berusaha mencari tempat paling tinggi agar berada di atas segalanya.

Namun, faktanya tidak begitu. Air selalu mencari tempat lebih rendah. Air bersedia menerima tempat paling bawah. Dia hanya 'bersedia' naik ke atas, menjadi segumpal awan untuk kemudian jatuh lagi sebagai hujan. Dia 'naik' untuk 'turun' lagi demi kehidupan.

Remaslah air, Anda tidak akan merasakan apapun. Genggamlah dia, tangan Anda akan menemui kehampaan. Namun, biarkan tangan Anda tetap lemas dan tergeletak tenang di dalamnya, maka Anda akan 'merasakan'nya. Ini analogi yang bagus untuk kebahagiaan. Ketika kita memburunya, kita tak merasakan apapun. Bersikaplah tenang di dalam batin, maka aura bahagia meresap di dalam dan memancar dari diri Anda.

Jonathan Adrian, MD, seorang penulis asal China dalam artikelnya berjudul "Life Lessons from Water What ancient Chinese philosophy can teach us about water" mengemukakan tiga keutamaan air sebagaimana yang tertulis dalam manuskrip berusia 2600 tahun. Manuskrip berjudul "Tao Te Ching" itu berisikan filosofi Tao Tiongkok kuno dan tiga kebajikannya tentang air:

1. Kerendahan hati

“Air selalu tetap rendah”

Air menyediakan nutrisi bagi tanaman untuk tumbuh, menopang ekosistem dari keanekaragaman hayati yang luas di dalamnya, dan melayani miliaran manusia yang menggantungkan hidupnya padanya. Air melakukan semua ini, tanpa menarik banyak perhatian pada dirinya sendiri. Di dunia yang menekankan nilai mengetahui jawaban atas segalanya, air mengajarkan kita untuk baik-baik saja dengan mengatakan "Saya tidak tahu, saya ingin belajar lebih banyak, dan saya butuh bantuan Anda."

Air mengajarkan kita untuk mengalihkan fokus kita dari saya, kepada Anda?— untuk mengalihkan perhatian dari diri Anda sendiri ke orang-orang di sekitar Anda. Daripada mempromosikan kesuksesan dan kejayaan diri sendiri, lebih memuaskan mempromosikan kesuksesan dan kejayaan orang lain. Dengan begitu, hidup dan dunia menjadi lebih seru.

 2. Harmoni

“Ketika air menghadapi hambatan, air mengalir di sekitarnya”

Ia tidak marah, tidak mengeluh, tidak marah. Air selalu menemukan solusi, tanpa paksaan, tanpa konflik. Masalah lama Raymond dengan buku self-help juga dapat dijelaskan dengan pendekatannya yang salah dalam bekerja melawan lingkungan di sekitarnya daripada bekerja selaras dengannya.

Air membuat Anda menjadi lebih nyaman di kulit Anda sendiri. Ini memungkinkan Anda untuk fokus hanya pada hal-hal yang dapat Anda kendalikan, dan bukan pada hal-hal yang tidak dapat Anda kendalikan. Dengan begitu, pekerjaan menjadi lebih mudah. Air mengubah keseluruhan rencana permainan, dari konsensus umum untuk mencapai lebih banyak kesuksesan, hingga konsep filosofis untuk mencapai lebih banyak harmoni.

 

3. Keterbukaan

“Air terbuka untuk berubah”

Berdasarkan suhu, air mengasumsikan tiga keadaan. Berdasarkan mediumnya, ia dapat mencakup banyak bentuk.

Dalam hidup, kita selalu mengalami perubahan. Beberapa bisa diinginkan, tetapi beberapa juga bisa tidak menyenangkan. Namun sebagian besar waktu, mereka berada di luar kendali kita. Ketika sebuah situasi dibingkai seperti ini, satu-satunya cara positif untuk mengatasinya adalah mengubah pola pikir Anda — dan menerima perubahan dengan tangan terbuka.

Dan seperti halnya kerikil kecil dapat memicu riak untuk mulai berkembang menjadi lingkaran cahaya besar, kita juga dapat memicu efek riak dengan perubahan pola pikir yang sederhana.

Hidup adalah petualangan rakit. rakit dibanjiri air yang berani, batu-batu besar, dan arus yang berbahaya. Rakit  dipenuhi dengan rintangan tak terduga di setiap putaran dan belokan. Rakit berawak itu diguncang dengan keras dan didorong hingga batasnya, seolah-olah air mencoba menelannya. Tetapi dengan perubahan halus dalam perspektif, rakit itu hanya dipeluk oleh sifat air, berenang di lautan kedamaian yang penuh gejolak, terus-menerus mengalir dalam harmoni.

Dari air saya belajar untuk menerima segalanya dengan lapang dada. Air mengajarkan saya untuk terus berbuat baik, meski kebaikan kita mudah dilupakan orang. Dari air saya petik hikmah, teruslah mengalir meski diriku "dilempar" dengan sampah fitnah, kebencian dan sikap tidak layak lainnya. Dari air saya ambil 'filsafat' kehidupan, kita tidak perlu mencari 'tempat tinggi', posisi penting, hanya untuk memuaskan diri dan segala hasrat duniawi. Kalaupun harus naik ke 'langit', itu hendaknya untuk menjadi gumpalan awan yang menjadi hujan berkat buat semua.

Dari air saya belajar menahan diri untuk tidak suka mengadili dan menghakimi orang lain. Justru kehormatan kita terletak pada sikap untuk tidak mencari posisi tertinggi. Ketika Anda bersikap sewajarnya dan tidak menganggap remeh orang lain, Anda akan diterima dengan rasa hormat secara alamiah.

Air tidak melakukan apapun selain mengalir saja, menghidupi yang lain tanpa berambisi bagi diri sendiri.

Semoga hidup Anda tetap bening mengalir di tengah dunia yang kadang diwarnai kekeruhan. Itulah kehidupan.

 

Penulis adalah peminat filsafat dan psikologi, pengusaha dan politisi, Pendiri & Pemimpin Umum IndonesiaSatu.co

Komentar