REFLEKSI Devosi/Menghormati Maria Bukan Menyembah Apalagi "Mempertuhankan" Dia 01 Oct 2024 13:16
Devosi kepada Bunda Maria menunjukkan rasa cinta yang murni, penghormatan yang wajar kepada sosok "Mater Dei", ibu yang mengandung dan melahirkan "Salvator mundi"
Oleh Valens Daki-Soo
Dulu, ketika saya siswa SMP Seminari Todabelu Mataloko, saya sakit cukup lama dan mungkin cukup berat pula. Ini bikin Pater Alfons Engels, SVD (pastor asal Jerman yang mahir dalam bidang medis dan pernah jadi tentara Jerman) kepikiran juga. Beliau katakan ini, "Kamu harusnya dirawat di rumah sakit besar."
Saya cukup terganggu dengan ujaran itu, maka saya berdoa lebih sering. Dalam suatu doa, berjanjilah saya kepada Bunda Maria, "Bunda Maria, tolong saya, doakan saya. Kalau saya sembuh saya akan berjuang sungguh-sungguh hingga menjadi imam."
Lalu, luar biasa ajaibnya, hari-hari berikutnya saya berangsur membaik dan sembuh. Saya ceritakan itu kepada Pater Engels (kini sudah almarhum) dan beliau bilang beliau juga selama itu mendoakan saya.
Setelah tamat SMP-SMA Seminari Mataloko, saya lanjut menjadi frater/calon imam SVD di Seminari Tinggi Ledalero, Maumere. Oleh karena alasan tertentu saya gagal menjadi imam. Saya mengundurkan diri dari Seminari Tinggi Ledalero dan berjuang jadi awam/umat yang baik. Entahlah, apakah saya sudah baik atau belum, itu tentu selalu dalam "proses menjadi".
Yang pasti, saya sungguh yakin pada kekuatan doa. Ya, maksudnya yakin pada Tuhan yang dengan-Nya saya berkomunikasi dalam dan melalui doa.
Saya juga percaya dan bahagia karena merasa selalu dibaluti kasih keibuan Bunda Maria. Meski saya tak berhasil memenuhi janjiku kepadanya untuk menjadi imam, itu tak mengubah Daya Ilahi mencurahkan berkat-Nya melalui doa-doa Bunda Maria.
Devosi saya kepada Bunda Maria berakar pada pengalaman pribadi di atas. Jadi, bukan semata karena himbauan dan tradisi Gereja Katolik. Saya yakin, banyak orang khususnya dari keyakinan Katolik memiliki dan memelihara tradisi devosional kepada Bunda Maria. Mendekatkan diri kita dengannya berarti serentak pula merapatkan kehidupan kita pada Yesus anaknya. Itu sekaligus bermakna penyerahan diri dalam iman, kasih dan harapan yang mendalam kepada Tuhan.
Bagi para kerabatku yang non-Katolik saya perlu menjelaskan, tradisi berdoa dan mendekatkan diri dengan Bunda Maria (devosi kepada Maria) bukan berarti 'mempertuhankan' Maria. Sama sekali tidak. Umat Katolik tidak melakukan -- dan tak diperkenankan serta tak dibenarkan untuk -- penyembahan kepada Maria. Adorasi atau penyembahan hanya ditujukan kepada Tuhan.
Maria adalah tetap seorang manusia biasa namun serentak istimewa karena dipilih Allah untuk melahirkan Kristus (Sang Terurapi). Devosi kepada Bunda Maria menunjukkan rasa cinta yang murni, penghormatan yang wajar kepada sosok "Mater Dei", ibu yang mengandung dan melahirkan "Salvator mundi".
Sebenarnya, Maria dihormati bukan hanya oleh umat Katolik. Islam pun melihat dan percaya sosok Maria sebagai "perempuan shalehah", salah satu wanita terbaik yang pernah diciptakan Allah SWT. Kisahnya pun banyak dituangkan dalam ayat-ayat al-Quran, terutama surat al-Imran.
Nabi Muhammad SAW pun bersabda, "Setiap anak Adam akan disentuh oleh setan pada hari ia dilahirkan oleh ibunya kecuali Maryam dan anak laki-lakinya (Isa)." (HR Bukhari dan Muslim).
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam kitabnya "Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah" menyatakan bahwa Allah SWT memilih Siti Maryam "di atas segala wanita di dunia". Penulis buku ini pasti merujuk pada firman Allah SWT, "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku. (QS Ali Imran: 42-43).
Jika ajaran Islam saja menunjukkan rasa hormat yang tinggi pada posisi Maria, bagaimana mungkin kita yang Kristiani mengabaikan atau menganggap tidak penting posisi Maria? Saya tidak perlu menguraikan argumentasi tentang ini berdasarkan teologi tentang Maria (Mariologi).
Lalu, soal patung Bunda Maria, apakah kita (umat Katolik) menyembah patung itu? Tentu saja, sama sekali tidak. Pribadi Maria saja tidak kita sembah, apalagi patungnya. Patung, gambar, lukisan dan berbagai ornamen lainnya hanyalah sarana yang secara simbolis memudahkan terciptanya suasana religius atau aura spiritual yang membantu kita lebih khusyuk berdoa.
Bagi umat Katolik, selamat memasuki Oktober, bulan Rosario, bulan yang didedikasikan bagi devosi khusus kepada Sang Bunda, "Theotokos".
"Per Mariam ad Iesum", melalui Maria menuju Yesus.
Sancta Maria, ora pro nobis. Amen.
Penulis adalah peminat filsafat dan psikologi, pengusaha dan politisi, Pendiri & Pemimpin Umum IndonesiaSatu.co
Komentar