REFLEKSI Tunjangan Anggota DPR RI: Sebuah Ironi 20 Aug 2025 11:34

Oleh : Valens Daki-Soo*
Belakangan ini media (portal berita dan medsos) meluncurkan berita tentang penambahan tunjangan rumah Rp 50 juta per bulan untuk setiap Anggota DPR RI. Berita ini direspon keras oleh kalangan masyarakat, dari rakyat kecil hingga akademisi dan pengamat politik.
Sebatas yang dapat dicek di Google, gaji pokok anggota DPR RI sebenarnya pas-pasan, untuk tidak mengatakan kecil. Yang bikin pendapatan anggota DPR itu besar adalah berbagai tunjangan yang diterimanya. "Pengakuan" Krisdayanti saat menjadi anggota DPR tentang besaran uang yang mereka terima hingga ratusan juta setiap bulan sempat menghebohkan jagat publik.
Bagi masyarakat, apalagi rakyat kecil yang "diwakili" anggota DPR, pengakuan Krisdayanti itu menorehkan luka. Juga sekaligus mengonfirmasi kebenaran rumor tentang mewahnya kehidupan para anggota DPR. Kalau Anda ke Senayan, cobalah "tengok" parkiran. Seperti 'show room' besar: banyak mobil mewah di sana.
Kemewahan itu pula yang mungkin memecut semangat overdosis banyak orang untuk menjadi anggota DPR. Yang sudah lama menjabat berperiode-periode di DPR ingin terus merasakan hangat, enak dan empuknya kursi DPR sampai lupa diri, "lupa daratan dan lautan" bahwa mereka mestinya berpikir tentang pentingnya kaderisasi.
Sementara bagi banyak orang yang belum/tidak pernah menjadi anggota DPR, usaha menjadi wakil rakyat tampak pada setiap kali gelaran Pemilu. Puluhan atau bahkan ratusan ribu caleg berebut hanya sedikit kursi yang tersedia. Saya percaya, banyak yang ingin jadi anggota parlemen karena rasa terpanggil untuk mengabdi rakyat, bangsa dan NKRI tercinta ini. Namun, mungkin tidak sedikit pula yang semata berorientasi pada kekuasaan, status, harta dan kemewahan itu.
Bagi yang merasa terpanggil menjadi anggota DPR karena termotivasi untuk mendedikasikan diri dan hidupnya demi rakyat dan bangsa-negara, apresiasi tertinggi kita berikan. Namun, bagi kalangan orang yang memandang DPR sebagai "pekerjaan penghasil uang" dan status elite yang mesti diburu, mereka perlu berpikir ulang dalam refleksi diri yang jujur.
Kembali ke tunjangan perumahan Rp 50 juta per bulan bagi anggora DPR RI, rasanya tidak bijak, tidak elok dan tidak tepat di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit ini. Tentu "sulit" untuk rakyat, bukan untuk para anggota DPR dan kaum elite politik-ekonomi lainnya. Sungguh ironis, mereka sudah terima banyak setiap bulan dalam kecukupan bahkan kelimpahan, sementara banyak rakyat kecil kesulitan beli beras.
Ah ya, pasti atau mungkin ada yang menanggapi catatan ini dengan pertanyaan atau pernyataan, "Bung VDS bilang begitu karena bukan anggota DPR. Coba kalau menjabat, pasti bikin yang sama."
Ya, bisa jadi begitu, kalau saya punya libido politik alias hasrat berkuasa tinggi sekali sampai lupa diri. Bisa jadi begitu, kalau saya mengidamkan kemewahan dalam kolam materialisme dan hedonisme. Bisa jadi begitu, kalau saya tidak punya kepekaan moral dan sensitivitas sosial. Bisa jadi begitu, kalau saya punya ambisi jadi pejabat atau pemimpin hanya untuk memperkaya diri.
Namun, jika saya setia kepada hati nurani dan masih punya sepercik idealisme, punya nilai-nilai yang dijunjung tinggi, punya rasa cinta yang berkobar kepada Ibu Pertiwi, punya rasa malu sama Bung Karno, Bung Hatta dan Pak Dirman (Jenderal Besar Soedirman) yang tidak mengumpulkan kekayaan, saya pastikan punya sikap yang berbeda.
Setidaknya, selama belasan bahkan 25 tahun menjadi staf kepercayaan sejumlah pejabat/jenderal TNI & Polri, saya tidak pernah tergiur untuk memanipulasi kedekatan dengan para jenderal guna memperkaya diri. Sebagai staf dan orang kepercayaan seorang jenderal polisi yang punya reputasi tinggi, saya sering diminta bantuan oleh banyak kalangan untuk membantu "menangkan" kasus hukum mereka dengan imbalan tinggi. Saya tidak pernah sekali pun tergoda.
Dengan para jenderal, saya bekerja dan mengabdi NKRI. Kalau untuk menjemput rezeki berupa uang, saya bikin usaha/bisnis sendiri. Kita perlu uang, memang. Namun, tidak mengejar uang dengan cara memalukan dan memilukan.
Syukur kepada Tuhan, saya dilimpahi Tuhan dengan cinta dan belas kasih-Nya: rezeki kesehatan yang prima (pada usia tak muda lagi), penghasilan yang memadai, jaringan pertemanan dengan orang-orang baik, dan sahabat-sahabat sejati. ***
*) Penulis adalah pengusaha dan politisi, Pendiri & CEO PT Veritas Dharma Satya (VDS Group)
Komentar