Breaking News

NASIONAL Berbusana Adat Tanimbar, Presiden Jokowi Sampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR 2023 17 Aug 2023 10:58

Article image
Presiden Jokowi dengan busana adat Tanimbar, Maluku saat menghadiri Sidang Tahunan MPR RI 2023. (Foto: BPMI Setpres)
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dalam membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk mendongkrak produktivitas nasional, Indonesia harus mengembangkan sektor ekonomi baru.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Seperti tahun-tahun sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan dalam Sidang Tahunan MPR RI 2023 bersama DPR RI dan DPD RI, sehari sebelum Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.

Dalam sidang tahunan yang berlangsung di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023) pagi itu, Presiden Jokowi mengenakan baju adat Tanimbar, Maluku.

Terdapat sejumlah poin penting yang disampaikan Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya dan nota keuangan terkait Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Pasalnya, Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akan mengakhiri masa jabatannya pada 2024.

Adapun RAPBN 2024 berisi perincian kebijakan fiskal atau keuangan negara, baik mencakup aspek penerimaan, belanja, pembiayaan, hingga utang negara.

Posisi RAPBN 2024 menjadi menarik karena bukan hanya sebagai kebijakan ekonomi terakhir dari kepemimpinan Jokowi, tetapi juga kebijakan transisi yang akan dilanjutkan Presiden setelahnya. Selanjutnya, RAPBN 2024 juga menjadi kebijakan fiskal pertama setelah Indonesia lepas dari status pandemi Covid-19.

Berikut poin-poin penting Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR RI 2023:

Potensi Naiknya Pendapatan Per Kapita Indonesia

Presiden Jokowi menyebut bahwa pengolahan nikel dan hilirisasi berpotensi meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia.

Proyeksinya, dalam 10 tahun ke depan pendapatan per kapita akan mencapai Rp 153 juta (US$10.900), 15 tahun lagi menjadi Rp 217 juta (US$15.800), dan 22 tahun lagi menjadi Rp 331 juta (US$25.000).

"Sebagai perbandingan, tahun 2022 kemarin, kita berada di angka Rp 71 juta. Artinya, dalam 10 tahun lompatanya bisa 2 kali lipat lebih. Di mana fondasi untuk menggapai itu semua sudah kita mulai, pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita," ujar Jokowi.

Energi Hijau dan Peningkatan Ekonomi Bukan Hanya dari SDA

Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dalam membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk mendongkrak produktivitas nasional, Indonesia harus mengembangkan sektor ekonomi baru.

Tujuannya, untuk meningkatkan nilai tambah sebesar-besarnya.

"Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity kita untuk meraih kemajuan, karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam [SDA] termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan," ujar Jokowi.

Presiden menyebut bahwa tidak cukup bagi Indonesia jika hanya kaya akan SDA, karena dapat membuat kita menjadi bangsa pemalas, yang hanya menjual bahan mentah. Oleh karena itu, Jokowi ingin negara mampu mengolah sumber dayanya.

Pemimpin Harus Punya Kepercayaan Publik

Presiden Jokowi menyebut bahwa kepercayaan publik merupakan faktor penentu bagi seorang pemimpin untuk bisa mengambil keputusan yang sulit dan keputusan tidak populer.

Hal itu disampaikan Jokowi karena tantangan Indonesia ke depannya tidak mudah.

"Menurut saya, pemimpin itu harus punya public trust karena kepercayaan adalah salah satu faktor penentu. Bisa berjalan atau tidaknya suatu kebijakan, bisa diikuti atau tidaknya sebuah keputusan. Ini adalah modal politik dalam memimpin sebuah bangsa. Selain itu seorang pemimpin juga membutuhkan dukungan dan kerjasama dari seluruh komponen bangsa," ujar Jokowi.

Bonus Demografi dan Penguatan Kapasitas SDM

Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa bangsa ini perlu memanfaatkan potensi dari puncak bonus demografi pada 2030, agar bisa meraih Indonesia Emas 2045.

Oleh karena itu, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci.

"(Pada 2045), 68 persen adalah penduduk usia produktif. Di sinilah kunci peningkatan produktivitas nasional kita," kata Jokowi.

Menurut Kepala Negara, salah satu capaian yang sejalan dengan target Indonesia Emas 2045 yakni penurunan angka stunting menjadi 21,6 persen pada 2022, naiknya Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9 pada 2022, juga naiknya Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5 pada 2022.

Presiden Bukan Penentu Kandidat Capres dan Cawapres

Saat membuka pidatonya, Presiden Jokowi menyinggung soal sejumlah politisi yang menyebut sosok "Pak Lurah."

Konteksnya, politisi dan partai politik mengaku belum memiliki kandidat capres dan cawapres, karena belum mendapatkan arahan dari "Pak Lurah."

Jokowi lantas mengakui bahwa sosok "Pak Lurah" itu merujuk pada dirinya.

Namun, Jokowi juga menegaskan bahwa "Pak Lurah" atau dirinya bukan penentu Fapres dan Cawapres.

"Yang menentukan Capres dan Cawapres adalah partai politik dan koalisi partai politik. Jadi, saya ingin menyatakan, itu bukan wewenang saya, itu bukan wewenang 'Pak Lurah'," ujar Jokowi.

--- Guche Montero

Komentar