Breaking News

SENI BUDAYA Hari Ini, Diaspora Ngada di Jakarta Gelar Seminar Nasional Budaya Ngada 07 Feb 2018 11:45

Article image
Upacara Reba di Ngada, Flores, NTT. (Foto: Ist)
Seminar tersebut akan dilakukan dalam tema: “Transformasi serta Integrasi Pengembangan Nilai Budaya Ngada dalam Konteks Masyarakat Majemuk dan Ekosistem Pariwisata Menuju Cagar Budaya Damai.”

JAKARTA, IndonesiaSatu.coDalam rangka menyambut acara adat Reba dan peresmian Sa’o Ngada Ine Sine (rumah Adat Ngada) pada Sabtu, (10/2/2018), Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jakarta akan menggelar Seminar Nasional Budaya Ngada hari ini di Kolose Kanisius Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2018).

Seminar tersebut akan dilakukan dalam tema: “Transformasi serta Integrasi Pengembangan Nilai Budaya Ngada dalam Konteks Masyarakat Majemuk dan Ekosistem Pariwisata Menuju Cagar Budaya Damai.”

Hadir sebagai pembicara kunci dalam kegiatan ini Dosen Unwira Kupang, Dr.Watu Yohanes Vianney yang akan membawakan makalah berjudul "Rumah Adat Ngadha Sa’o".

Pembicara selanjutnya adalah antropolog dan misiolog terkenal dari Ngada, Dr Hubert Muda, SVD. Pastor yang berkarya di Keuskupan Ruteng ini akan berbicara tentang “Transformasi Nilai Reba dan Kaitannya dengan Rumah Adat.”

Adapun pembicara selanjutnya adalah RD. Rofinus Neto Wuli, S.Fil, M.Si (Han). Pastor Ronny yang kini berkarya di Keuskupan TNI/Polri ini dan pengajar di Universitas Pertahanan Negara ini akan membawakan materi berjudul “Transformasi Nilai-Nilai Budaya Ngadha dalam Rangka Ketahanan Nasional.

Hadir sebagai pembicara terakhir dari perwakilan UNESCO. Adapun tema yang dibahas adalah kriteria penentuan cagar budaya daerah dan nasional menjadi cagar budaya dunia versi UNESCO.

Seorang panitia kegiatan seminar ini ketika dihubungi IndonesiaSatu.co menjelaskan bahwa pada 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Reba sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional.

Penetapan ini bukan suatu hal kebetulan. Reba dinilai memiliki kandungan Pata Dela (petuah leluhur) dan Lese Dhe Peda Pawe (pesan kebijaksanaan hidup) yang menembus lokalitas masyarakat Ngada. Artinya, pesan atau pedoman moral Reba memiliki nilai-nilai universal yang dapat dilakukan dalam kehidupa bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Nilai-nilai lokalitas etis Reba perlu di-glokalisasi, artinya diuniversalisasi demi terciptanya perdamaian ataupun solidaritas dalam hidup bersama,”paparnya.

--- Redem Kono

Komentar