Breaking News

INDUSTRI Industri AMDK Jadi Pilar Penguatan Manufaktur Nasional 12 Nov 2025 20:39

Article image
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Musyawarah Nasional ke-XI Perkumpulan Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) di Jakarta, Selasa (12/11).
Industri AMDK dinilai tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum berkualitas, tetapi juga menjadi bagian dari rantai nilai industri makanan dan minuman yang kian berdaya saing di tingkat global.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) terus menunjukkan kinerja positif dan berperan penting dalam memperkuat sektor manufaktur nasional.

Industri AMDK dinilai tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum berkualitas, tetapi juga menjadi bagian dari rantai nilai industri makanan dan minuman yang kian berdaya saing di tingkat global.

“Industri AMDK memiliki posisi strategis dalam ekosistem manufaktur nasional karena menopang sektor makanan dan minuman yang menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Musyawarah Nasional ke-XI Perkumpulan Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) di Jakarta, Selasa (12/11).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulan – III Tahun 2025, kinerja sektor industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,58 persen (year-on-year), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen. Sektor ini menyumbang 1,04 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 17,39 persen dan penyerapan tenaga kerja mencapai 20,31 juta orang.

Selaras dengan kinerja positif yang tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional tersebut, sub sektor Industri Makanan dan Minuman merupakan salah satu sub sektor yang mencatatkan kinerja kuat dengan pertumbuhan 6,49%.

Menperin menuturkan, industri AMDK merupakan salah satu subsektor yang berhasil menjaga pertumbuhan stabil. Jika pada tahun 1973 hanya terdapat satu pabrik dengan kapasitas enam juta liter per tahun, kini jumlahnya meningkat signifikan menjadi 707 pabrik dengan kapasitas produksi nasional mencapai 47 miliar liter per tahun dan menyerap sekitar 46 ribu tenaga kerja langsung.

“Selama lima tahun terakhir, tingkat utilisasi industri AMDK konsisten di atas 70 persen, menandakan daya tahan industri ini terhadap berbagai dinamika ekonomi,” ungkapnya.

Hingga saat ini, sektor AMDK juga memberikan kontribusi terhadap ekspor makanan dan minuman dengan pertumbuhan rata-rata 11,4 persen per tahun. Saat ini, terdapat 1.348 sertifikat SNI aktif untuk produk AMDK sebagai bukti komitmen pelaku usaha terhadap kualitas dan standar nasional.

Dalam upaya transformasi industri menuju era digital, dua pabrik AMDK yakni PT Tirta Investama Plant Pandaan dan Banyuwangi telah ditetapkan sebagai National Lighthouse Industry 4.0, sebagai contoh penerapan teknologi industri cerdas dan efisiensi energi.

“Dari jumlah yang masih dibawah satu persen tersebut, saya men-challenge rekan-rekan ASPADIN untuk menambah lagi jumlah pabrik AMDK yang nantinya akan menjadi National Lighthouse Industry 4.0,” katanya.

Menperin menyampaikan, sektor industri manufaktur termasuk AMDK, dituntut untuk semakin adaptif terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Industri AMDK merupakan pengguna besar bahan plastik, khususnya untuk kemasan berbahan PET. Karena itu, Menperin memacu pelaku industri untuk memperluas penggunaan bahan daur ulang dan memperkuat penerapan prinsip ekonomi sirkular.

“Saya mengajak seluruh pelaku usaha industri AMDK untuk lebih inovatif dalam menggunakan komponen PET daur ulang serta mengurangi timbulan sampah plastik. Selain itu, pengelolaan sumber air baku harus menjadi prioritas bersama. Kita harus memastikan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar,” tegasnya.

Dalam konteks pengembangan industri halal, Menperin menuturkan, sektor AMDK juga berperan penting mendukung penguatan ekosistem makanan dan minuman halal nasional. Berdasarkan State of The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/2025, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam ekosistem industri halal setelah Malaysia dan Arab Saudi, serta menjadi negara dengan peningkatan skor tertinggi dibanding 2022.

“Industri AMDK memiliki kontribusi strategis dalam mendukung penguatan sektor makanan dan minuman halal yang menjadi salah satu unggulan Indonesia di pasar global,” ujarnya.

Menperin menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan industri untuk memastikan seluruh proses produksi memenuhi standar halal yang berlaku. Oleh karena itu, Menperin sangat mengapresiasi langkah ASPADIN dalam menyelenggarakan Munas ke-XI sebagai wadah memperkuat kolaborasi antar pelaku industri.

“Kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha menjadi kunci keberlanjutan serta kemajuan sektor industri AMDK. Semoga Munas ini menjadi momentum penting untuk merumuskan arah pengembangan industri yang solid dan berdaya saing menyongsong Indonesia Emas 2045,” pungkas Menperin. *

--- F. Hardiman

Komentar