SOSOK Kwik Kian Gie Di Mata Saleh Husin: Ekonom Keturunan dengan Jiwa Nasionalis Sejati 31 Jul 2025 12:17

"Kwik adalah pengingat bahwa kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga arah bangsa ini," tegas Saleh.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Di tengah pusaran dinamika ekonomi Indonesia yang penuh gejolak, nama Kwik Kian Gie bagaikan bintang utara—tetap teguh, terang, dan menjadi penunjuk arah. Ekonom senior keturunan Tionghoa ini bukan hanya sekadar pemikir ulung, tetapi juga simbol nasionalisme yang tak pernah luntur. Dengan analisisnya yang tajam bak pedang, ia kerap membuat penguasa gelisah, namun justru di situlah letak kebesarannya: keberanian untuk mengungkap kebenaran demi kepentingan bangsa. Kepergiannya baru-baru ini meninggalkan luka mendalam, tetapi warisannya sebagai penyeimbang, pengkritik, dan penjaga nurani ekonomi Indonesia akan terus bergema.
Pada malam yang penuh khidmat, Rabu, 30 Juli 2025, mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin melangkah ke rumah duka di RSPAD Gatot Soebroto untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Kwik Kian Gie. Ditemani putranya, Andzal Rizky Putra, Saleh bergabung dengan sederet tokoh terkemuka yang turut hadir: pengusaha sukses Anthony Salim, anggota DPR Prof. Hendrawan Supratikno, Guruh Soekarno Putra, hingga pengusaha Jahja Soenaryo. Di tengah suasana duka, rumah duka itu menjadi saksi perbincangan yang hidup—tak hanya tentang kehilangan seorang tokoh besar, tetapi juga tentang gagasan-gagasan yang pernah diperjuangkan Kwik.
Saleh Husin, yang dikenal sebagai sosok rendah hati namun berwawasan luas, mengenang Kwik sebagai figur yang tak tergantikan. "Pemikirannya yang kritis adalah cermin yang memantulkan realitas pahit, sekaligus alarm bagi penguasa agar tetap berpijak pada kepentingan rakyat," ujar Saleh dengan nada penuh hormat. Menurutnya, Kwik bukan sekadar ekonom yang mumpuni, tetapi juga penutur kebenaran yang tak gentar menghadapi kekuasaan. Dalam setiap tulisan dan pernyataannya, Kwik selalu menekankan pentingnya kebijakan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat luas, bukan sekadar memenuhi kepentingan segelintir elit.
Di rumah duka, percakapan singkat antara Saleh dan para tokoh lain mengalir dari kenangan tentang sepak terjang Kwik hingga diskusi mendalam tentang tantangan ekonomi Indonesia dan global. Salah satu yang menarik perhatian Saleh adalah optimisme Anthony Salim, pengusaha kelas kakap di balik Indofood. "Di tengah ketidakpastian ekonomi, Pak Anthony selalu melihat peluang. Itu adalah cara berpikir yang konstruktif, yang juga mencerminkan semangat Kwik dalam menghadapi masalah," ungkap Saleh. Obrolan itu tak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga cerminan bagaimana pemikiran Kwik mampu menyatukan berbagai perspektif—dari akademisi, politisi, hingga pelaku usaha—dalam satu visi untuk masa depan Indonesia yang lebih sejahtera.
Kwik Kian Gie bukanlah sosok yang mencari popularitas. Ia adalah seorang nasionalis sejati, yang meski berlatar belakang keturunan Tionghoa, menunjukkan cinta pada Indonesia melalui tindakan nyata dan pemikiran yang visioner. Ia kerap mengingatkan bahwa ekonomi bukan sekadar angka-angka, tetapi tentang keadilan, keseimbangan, dan martabat bangsa. Kritiknya terhadap kebijakan yang dianggapnya keliru—entah itu soal privatisasi yang tak terkendali atau ketimpangan ekonomi—selalu disampaikan dengan argumen yang terstruktur dan data yang kuat, menjadikannya suara yang disegani sekaligus ditakuti.
Kepergian Kwik meninggalkan kekosongan yang sulit diisi. Namun, seperti yang diungkapkan Saleh Husin, bangsa ini membutuhkan lebih banyak figur seperti Kwik—mereka yang berani bersuara, yang tak rela melihat Indonesia terjebak dalam kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang. "Kwik adalah pengingat bahwa kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga arah bangsa ini," tegas Saleh. Ia berharap, dari generasi mendatang, akan lahir kembali sosok-sosok seperti Kwik Kian Gie, yang dengan keberanian dan kecerdasannya mampu menjadi pilar penyangga kemajuan Indonesia.
Selamat jalan, Pak Kwik. Warisan Anda bukan hanya gagasan, tetapi juga semangat untuk terus memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Semoga Indonesia terus melahirkan putra-putri terbaik yang mewarisi jiwa nasionalisme Anda, yang tak pernah surut meski badai menerpa. ***
--- Sandy Javia
Komentar