Breaking News

HANKAM Mengapa Polisi Dengan Cepat Menyebut Pelaku Penyerangan Terhadap Wiranto Terpengaruh ISIS? 11 Oct 2019 10:08

Article image
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto. Wiranto diserang dua orang berpisau. (Foto: BBC.com)
Polri sudah mengidentifikasi bahwa pelaku berasal dari kelompok JAD Bekasi yang awalnya dari JAD Kediri, lalu pindah ke Bogor.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Setelah cukup lama sepi dari pemberitaan, aksi terorisme tiba-tiba mencuat kembali ke permukaan. Tidak seperti biasanya aksi terorisme menyasar ke fasilitas umum dan rumah ibadat, serangan kali ini menyasar kepada pejabat tinggi negara.

Modus serangan pun tidak menggunakan bom bunuh diri tapi menggunakan pisau. Yang menjadi korban kali ini adalah Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto. Wiranto diserang dua orang berpisau saat melakukan kunjungan kerja di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Akibat serangan tersebut, Wiranto mengalami luka pada bagian perut dan dilarikan ke RSUD Berkah Pandeglang dan selanjutnya diterbangkan menggunakan helikopter ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Meskipun proses penyelidikan belum tuntas, Polri segera menyimpulkan bahwa pelaku serangan terpengaruh ideologi radikal ISIS. Bagaimana polisi dengan cepatnya menyimpulkan bahwa para pelaku terpengaruh ideologi ISIS? Ternyata argumentasinya adalah bahwa ciri serangan simpatisan ISIS kerap menargetkan pejabat pemerintah.

"Mereka menganggap anggota Polri, pejabat publik, khususnya pejabat pemerintah itu sebagai thoghut atau musuh," kata Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo kepada BBC Indonesia.

"Pejabat itu yang mengancam keberadaan mereka," ujarnya.

Sejauh ini polisi telah mengidentifikasi dua pelaku penyerangan terhadap Wiranto sebagai Syahril Alamsyah alias Abu Rara dan Fitri Andriana binti Sunarto. Keduanya ditangkap dan ditahan di Polda Banten.

Kepada pers di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kepala Badan Intelijen Negara, Budi Gunawan, menuding Abu Rara berafiliasi dengan kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Budi mengatakan, polisi kini juga tengah berupaya mengejar anggota JAD lainnya yang berkaitan dengan terorisme.

"Kami sudah mengidentifikasi bahwa pelaku berasal dari kelompok JAD Bekasi. Abu Rara awalnya dari JAD Kediri, lalu pindah ke Bogor," kata Budi Gunawan.

"Setelah cerai dengan isteri pertama, dia pindah ke Menes. Dia difasilitasi oleh seseorang bernama Abu Samsudin untuk tinggal di sana," tambahnya.

"Dari awal kami mendeteksi kelompok JAD ingin membuat instabilitas dengan melakukan amaliyah, termasuk Abu Rara," tuturnya.

Wiranto berada di Pandeglang untuk meresmikan Gedung Kuliah Bersama Universitas Mathla'ul Anwar. Menurut kronologis yang dipaparkan Brigjen Dedi Prasetyo, serangan terhadap Wiranto terjadi usai seremonial tersebut.

Saat itu Wiranto dan rombongan pejabat setempat baru saja tiba di Alun-Alun Kecamatan Menes. Tak lama berselang, dua penyerang mendekat dan berusaha melukai Wiranto.

Selain Wiranto, penyerang juga disebut melukai Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto; seorang ajudan Danrem, dan pengurus Mathlaul Anwar, Fuad Syauqi.

"Dari hasil pemeriksaan sementara kita sudah bisa menganalisa (bahwa penyerang terpapar ISIS)," kata Dedi Prasetyo.

"Kami sedang mendalami tentang jejaring mereka, apakah termasuk dalam jaringan yang terstruktur atau hanya terpapar paham radikalisme saja," ucapnya.

Akibat kejadian tersebut Wiranto terluka di bagian perut.

Sejumlah pejabat negara menjenguk Wiranto di rumah sakit milik TNI Angkatan Darat itu, termasuk Presiden Joko Widodo. 

Dalam sesi jumpa pers, Jokowi meminta aparat keamanan mengusut tuntas peristiwa tersebut.

"Saya juga perintahkan kepada Kapolri, Kepala BIN, didukung TNI untuk mengusut tuntas dan menindak tegas pelaku dan seluruh jaringan yang terkait peristiwa tadi siang," ucapnya.

Pengamat terorisme Stanis Riyanta menilai penggunaan pisau dalam penyerangan terhadap Wiranto menunjukkan perubahan pola jaringan terorisme di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, teror yang awalnya cenderung dilakukan kelompok besar kini lebih sering dilakukan kelompok kecil bahkan individual (lone wolf).

"Kalau kelompok besar mereka punya sumber daya besar. Kalau tidak punya sumber daya, mereka akan melakukan aksi apapun, yang penting tuntutan ideologinya tercapai," ujar Stanis.

Hasil pemeriksaan sementara polisi, Abu Rara tercatat sebagai warga Desa Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara.

Sedangkan Fitri Andriana yang berstatus istri Abu Rara merupakan warga Desa Sitanggal, Kecamatam Karangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Kapolda Banten, Irjen Tomsi Tohir, memperkirakan keduanya baru dua bulan tinggal di Kampung Sawah, Desa Menes, Pandeglang. Tomsi mengatakan, Abu Rara awalnya menusukkan belati ke arah Wiranto, namun justru mengenai ajudan Komandan Korem 064/Maulana Yusuf (MY). Setelahnya, Abu Rara disebut melukai Fuad Syauqi. Tak lama setelahnya, Fitri Andriana ikut menerobos penjagaan, namun berhasil dihentikan oleh Kapolsek Kasemen, AKP Cuaib.

"Yang laki-laki (menusuk menggunakan) belati, perempuan (menusuk menggunakan) gunting," kata Tomsi.

--- Simon Leya

Komentar