GAYA HIDUP Orang yang Jarang Update di Medsos Punya Sifat Unik, Berikut Kepribadian Mereka 11 Jun 2024 08:28

Mereka lebih memilih untuk menjaga privasi dan tidak terlalu banyak memperhatikan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Di era internet dan media sosial (medsos), sebagian besar orang dengan mudah mengkespose segala hal tentang dirinya. Medsos telah menjadikan kaum narsis dan suka pamer dengan leluasa tanpa henti mempertontonkan siapa dirinya. Semua orang berlomba-lomba meng-update momen-momen berharga kapan dan dari mana saja.
Namun di tengah kegilaan orang pada medsos, ada segelintir orang yang sama sekali tidak terpengaruh dengan tren tersebut. Mereka adalah orang-orang yang meski memiliki akun medsos tapi jarang meng-update-nya. Orang-orang seperti ini ternyata memiliki kepribadian khusus yang tidak terpengaruh apalagi kecanduan medsos.
Bagi mereka, media sosial bukanlah garis hidup utama mereka. Mereka lebih memilih untuk menjaga privasi dan tidak terlalu banyak memperhatikan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.
Menurut Life Hack, Kamis (4/4/2024) yang dilansir liputan6.com, ada beberapa perbedaan besar antara mereka yang terus-menerus terpaku pada media sosial dan mereka yang tidak. Orang-orang yang jarang update status atau foto di media sosial memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda.
1. Tidak suka bersembunyi di balik layar
Namun, ada orang-orang yang tidak suka bersembunyi di balik layar dan tidak bergantung pada media sosial untuk menyampaikan pendapat mereka.
Orang-orang ini telah melatih diri mereka untuk memiliki keberanian untuk bersuara langsung, tanpa perlu melakukannya di dunia maya. Mereka tidak takut untuk mengungkapkan pemikiran mereka secara terbuka dan verbal. Mungkin Anda bertanya-tanya, dari mana kepercayaan diri mereka berasal?
Keberanian mereka berasal dari kemampuan mereka untuk mengungkapkan pemikiran mereka secara langsung. Mereka telah belajar untuk tidak mengandalkan medsos sebagai alat utama untuk menyampaikan pendapat mereka. Mereka memilih untuk berbicara secara langsung kepada orang-orang di sekitar mereka, baik itu dalam diskusi kelompok, pertemuan, atau bahkan percakapan sehari-hari.
Dalam dunia yang serba digital ini, seringkali kita terjebak dalam ketergantungan pada media sosial sebagai platform untuk menyampaikan pendapat kita. Namun, orang-orang yang tidak suka bersembunyi di balik layar telah menyadari bahwa kekuatan sebenarnya ada pada keberanian untuk bersuara langsung.
Mengapa mereka memilih untuk bersuara langsung? Salah satu alasan utamanya adalah karena mereka ingin memastikan bahwa pesan mereka benar-benar didengar dan dipahami oleh orang lain.
Dalam dunia maya, pesan kita seringkali terdistorsi atau tidak sepenuhnya dipahami oleh orang lain. Namun, dengan bersuara langsung, mereka dapat memastikan bahwa pesan mereka disampaikan dengan jelas dan tanpa ada ruang untuk salah tafsir.
Orang-orang yang tidak suka bersembunyi di balik layar juga menyadari bahwa dengan bersuara langsung, mereka dapat menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan orang lain.
Dalam percakapan langsung, kita dapat merasakan emosi dan ekspresi wajah orang lain, yang tidak dapat kita rasakan melalui tulisan di media sosial. Hal ini memungkinkan kita untuk lebih memahami dan menghargai sudut pandang orang lain.
2. Menikmati momen di dunia nyata
Dalam era media sosial yang kian mendominasi kehidupan kita, seringkali kita terjebak dalam siklus mencari perhatian dan validasi dari orang lain. Namun, dengan mengurangi penggunaan media sosial, kita dapat kembali menikmati momen-momen berharga di dunia nyata dan memperkuat hubungan dengan orang-orang terdekat.
Di tengah kecanggihan teknologi dan popularitas media sosial, banyak dari kita merasa tergoda untuk mengabadikan setiap momen dengan mengambil foto dan membagikannya online. Konser musik, misalnya, seringkali menjadi momen yang terganggu oleh kehadiran ponsel.
Banyak orang lebih sibuk menatap layar gadget mereka, mencoba memastikan bahwa setiap momen terekam dengan sempurna, daripada benar-benar menikmati penampilan langsung dari para musisi di atas panggung.
Namun, ada juga orang-orang yang memilih untuk tidak terlalu terikat dengan media sosial. Mereka menghadiri konser tanpa kekhawatiran akan penampilan mereka di depan kamera. Mereka benar-benar menikmati setiap detik dari pengalaman tersebut, menyerap suara dan penampilan nyata para musisi secara langsung.
Mereka tidak terganggu oleh keinginan untuk membagikan momen tersebut dengan dunia maya, melainkan benar-benar hidup dalam momen itu sendiri.
3. Suka menjaga hubungan secara langsung
Meskipun media sosial memudahkan kita untuk tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat, banyak orang lebih memilih menjaga hubungan secara langsung. Mereka rela meluangkan waktu untuk bertemu dan berinteraksi tatap muka dengan orang yang mereka sayangi.
Ketika mereka bertemu, ponsel mereka disimpan dengan sengaja di dalam saku. Hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar fokus pada keberadaan orang yang ada di hadapan mereka. Mereka saling mendengarkan dengan penuh perhatian, berbagi cerita dan pengalaman hidup, serta memberikan dukungan secara langsung.
Melalui interaksi langsung ini, mereka dapat berbagi detail kehidupan satu sama lain yang tidak ingin mereka bagikan secara online.
Mereka merasa lebih nyaman dan aman untuk berbicara secara terbuka, tanpa khawatir akan eksposur publik atau komentar yang mungkin muncul di media sosial. Kepercayaan dan kedekatan yang terjalin dalam pertemuan tatap muka ini tidak dapat digantikan oleh interaksi online.
4. Lebih sadar dengan lingkungan sekitar
Dalam era digital ini, media sosial telah menjadi jendela virtual bagi kita untuk melihat dunia. Namun, apakah itu benar-benar memberi kita pemahaman yang mendalam tentang apa yang terjadi di sekitar kita?
Nyatanya menjauh dari media sosial memberi kita kesempatan untuk menjelajahi dunia di sekitar kita dan membentuk sudut pandang kita sendiri. Dengan mengamati kehidupan melalui mata kita sendiri, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan sekitar kita.
Selain itu, dengan membentuk sudut pandang kita sendiri, kita dapat mengembangkan pemikiran yang kritis dan independen tentang hal-hal di sekitar kita.***
--- Simon Leya
Komentar