BUDAYA Peringati Korban Tsunami Waeteba, Warga Riabao Gelar Misa dan Pelepasan Lilin di Pantai 20 Jul 2024 23:01
Tradisi pelepasan lilin di tengah laut bukan hanya simbol duka, tetapi juga harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.
LEMBATA, IndonesiaSatu.co-- Pada Kamis (18/7), masyarakat Desa Riabao, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, mengadakan misa bersama untuk memperingati para korban bencana alam tsunami yang melanda Waiteba, Kecamatan Atadei, pada tahun 1979. Lebih dari sekadar ritual tahunan, acara ini menyimpan makna mendalam bagi para penyintas dan generasi penerus.
Misa tersebut di pimpin oleh Romo Yeremias Rianghepat, misa tersebut diikuti oleh seluruh warga Desa Riabao yang sebagian besar merupakan pengungsi dari Waiteba. Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pelepasan lilin di pantai Loang, sebagai simbol penghormatan dan doa bagi arwah para korban.
Bapak Stef Lejab, salah satu warga yang selamat dari bencana tersebut, mengungkapkan bahwa peringatan ini lebih dari sekadar mengenang tragedi.
"Dengan ini kita mengenang kembali dan mendoakan arwah para korban bencana alam tsunami Waeteba," ujarnya.
Stef Lejab menekankan pentingnya menjaga ingatan kolektif atas peristiwa ini sebagai bentuk penghormatan dan pembelajaran bagi generasi mendatang.
Peringatan ini juga menjadi refleksi atas ketangguhan dan kebersamaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Tradisi pelepasan lilin di tengah laut bukan hanya simbol duka, tetapi juga harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.
"Jadi nanti hantar ke laut, sampai di laut kita bakar lilinnya terus kita pakai perahu ke tengah laut kemudian kita lepas di tengah laut," jelas Stef Lejab tentang prosesi tersebut.
Setiap tahun, acara ini mengingatkan masyarakat akan pentingnya kebersamaan dan solidaritas. Bencana alam yang pernah melanda Waiteba tidak hanya meninggalkan luka, tetapi juga pelajaran berharga tentang kekuatan komunitas dan pentingnya menjaga alam.
Dengan menjalankan tradisi ini, masyarakat Desa Riabao berusaha untuk tetap menghormati dan mengenang para korban, sambil meneguhkan tekad untuk terus maju dan membangun masa depan yang lebih baik, berlandaskan pada kebersamaan dan rasa saling peduli.
Acara ini merupakan kegiatan wajib yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Riabao. Masyarakat Desa Riabao sebagian besar merupakan warga asli Waiteba yang mengungsi setelah kejadian tsunami tersebut. Tradisi ini dijalankan untuk menjaga ingatan kolektif dan menghormati para korban yang telah tiada.*
Komentar