Breaking News

INTERNASIONAL Sekjen PBB Desak Semua Pihak Hentikan Kekerasan di Timur Tengah 24 Sep 2024 14:49

Article image
Sekjen PBB Antonio Guterres. (Foto: DPA)
Guterres: Perlu upaya maksimal untuk melindungi warga sipil dan memastikan keselamatan dan keamanan semua personel dan aset PBB.

NEW YORK, IndonesiaSatu.co -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak berupaya menghentikan kekerasan di Timur Tengah menyusul meningkatnya konflik antara Israel dan kelompok militan Hizbullah di Libanon.

Dilansir DPA, Selasa (24/9/2024), Guterres meminta Israel dan Libanon mematuhi semua aturan yang berlaku di wilayah Garis Biru.

Garis Biru berfungsi sebagai batas yang memisahkan Libanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan yang ditempati Israel.

"Sekretaris Jenderal sangat cemas dengan situasi yang memburuk di sepanjang Garis Biru dan prihatin dengan banyaknya korban jiwa dari kalangan sipil serta ribuan orang yang mengungsi di tengah baku tembak paling gencar di sepanjang Garis Biru sejak Oktober tahun lalu," ungkap juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam konferensi pers seperti dikutip dari DPA, Selasa (24/9/2024).

Dujarric mengatakan, Sekjen PBB menegaskan kembali kebutuhan mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan  mengupayakan solusi diplomatik.

Ia menegaskan, tidak ada solusi militer yang akan membuat kedua belah pihak lebih aman.

Selain itu, Sekjen PBB menekankan perlunya upaya maksimal untuk melindungi warga sipil dan memastikan keselamatan dan keamanan semua personel dan aset PBB.

Otoritas kesehatan Libanon mengatakan sedikitnya 356 orang tewas, termasuk wanita dan anak-anak, serta lebih dari 1.000 orang lainnya terluka dalam serangan Israel sejak Senin pagi (23/9/2024).

Ribuan warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Seperti diberitakan, konflik Israel dan Hizbullah terjadi di kawasan perbatasan sejak dimulainya perang Israel melawan Hamas di Gaza, sebagai balasan atas serangan Hamas terhadap warga sipil Israel pada 7 Oktober lalu.

 --- Hendrik Penu