Breaking News

SENI BUDAYA Seruan ‘Sa Suka Papeda’ dari Pojok Sumarecon Mall Serpong 27 Sep 2019 15:53

Article image
Suasana
"Papeda itu enaknya dimakan saat panas dengan kuah ikan ekor kuning. Panas itu memberi kehangantan. Kehangatan itu muncul saat bersama-sama, tidak muncul saat sendiri-sendiri..."

INDONESIA yang damai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote adalah harapan bersama seluruh anak bangsa. Kedamaian hanya bisa terwujud kalau seluruh komponen bangsa memiliki kepedulian yang sama terhadap pentingnya merawat keberagaman di bumi nusantara yang sangat heterogen ini.

Insiden rasis dan diskriminasi terhadap mahasiswa asal Papua yang terjadi di Surabaya beberapa waktu yang lalu, telah mencederai keberagaman Indonesia. Insiden itu telah berimbas pada terjadinya kerusuhan dan gangguan keamanan di beberapa daerah di tanah Papua. Dan karenanya insiden-insiden itu patut menjadi keprihatinan bersama, dan berharap tidak akan pernah terjadi lagi terhadap siapapun dan di wilayah manapun. Karena kita semua bersaudara.

Sadar akan hal itu, Komunitas Masyarat Indonesia Timur di wilayah Provinsi Banten menggelar acara bertajuk "Sa Suka Papeda" (Papua Pentas Damai) di pelataran Sumarecon Mall Serpong, Sabtu (21/9) malam pekan lalu.

Dibuka dengan beberapa tarian, yakni tarian Jai dari tanah Ngada, Pula Flores-NTT dan tarian Kataga dari Tanah Sumba-NTT, prsembahan para pemuda dan mahasiswa asal Indonesia Timur yang tengah menuntut ilmu di beberapa Perguruan Tinggi di Provinsi Banten, acara 'Sa Suka Papeda' disempurnakan oleh Talk Show yang menampilan beberapa putera-puteri berprestasi dari Papua yang kini menjadi Pilot maskapai Garuda, maupun yang sedang menjalani sekolah Pilot di Garuda dan Citylink. 

Simon Wenehenubun, Perwakilan Masyarakat Indonesia Timur di Propinsi Banten dalam sambutannya mengatakan, inovasi dan kreativitas para milenial asal Indonesia Timur ini patut diapresiasi.

“Ini adalah ekspresi kepedulian mereka yang menginginkan agar negeri yang gemah ripah loh jinawi ini selalu damai dan aman. Aman dari persekusi bangsa sendiri, serta aman dari gangguan bangsa dari lain,” tegasnya.

Sejalan dengan itu, melalui pagelaran ini, Masyarakat Indonesia Timur di wilayah Provinsi Banten menyerukan kepada seluruh anak bangsa, untuk bersama-sama menjaga persatuan dan késatuan dan terus merawat kebhinekaan kita sebagai satu bangsa yang sangat heterogen.

“Kita harus menolak segala bentuk persekusi dan -rasis terhadap siapapun dan di wilayah manapun. Menolak campur tangan negara lain yang hingga saat ini masih terus berupaya dengan berbagai cara untuk memisahkan Tanah Papua dari Negara Kesatuan RI,” pungkas Simon.

Tak lupa dia mengingatkan untuk mendukung langkah-langkah dan upaya Pemerintah Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia Unggul, Kreatif dan Inovatif dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0.

Filosofi Papeda

Dalam sambutannya, Simon juga mengungkapkan kearifan lokal dari Papeda yang sesungguhnya. Selain masyarakat Papua, Papeda juga menjadi makanan khas masyarakat Maluku, dan beberapa daerah di Sulawesi. Diolah dari bahan baku  sagu, Papeda sangat cocok disajikan dengan ikan tongkol yang dibumbui dengan kunyit atau kuah kuning.

“Papeda itu enaknya dimakan saat panas dengan kuah ikan ekor kuning. Panas itu memberi kehangantan. Kehangatan itu muncul saat bersama-sama, tidak muncul saat sendiri-sendiri. Maka kalau kami makan Papade, harus saat masih panas dan duduk bersama membentuk lingkaran. Inilah kekuatan Papeda dengan makna mempererat persatuan. Meski sehelai, Papeda mempersatukan,” jelas Simon.

Singkat kata, Papeda adalah tanda persatuan dan kesatuan. Dengan makan (Papeda) bersama artinya semua bersatu, bahkan dari para pemimpin kampung. “Kalau sudah duduk bersama makan papeda, maka tidak ada perselisihan. Hal itu yang kami pegang terus sampai sekarang," tutur Simon.

--- Sandy Javia

Komentar