Breaking News

KOLOM Bahaya Rasionalitas Neoliberal: Pedagang Politik Berbaju Agama 31 May 2017 06:36

Article image
Agama dapat dijadikan sarana kepentingan yang berwajah ganda dalam rasionalitas neoliberal. (Foto: Ist)
KITA sedang berhadapan dengan satu bentuk kekuasaan baru (penjajahan) yang sedang menyamar dalam rasionalitas neoliberal.

Oleh Felix Baghi

 

KITA sedang berhadapan dengan satu bentuk kekuasaan baru (penjajahan) yang sedang menyamar dalam rasionalitas neoliberal. Rasionalitas itu tampak dalam ide-ide, imajinasi dan proyek-proyek politik demokrasi yang berwajah ganda. 

Fokus utama rasionalitas neoliberal adalah bentuk-bentuk gramatika dan terminologi yang "mereka" (kaum kapitalis berbulu demokrasi) gunakan sebagai mekanisme ekspresi kekuatan rasionalitas mereka. Kekuatan itu tampak dalam kebajikan-kebijakan (polices) konkret yang meresap dalam infrastruktur, privatisasi kepentingan publik, deregulasi pasar, dan kehancuran solidaritas sosial. 

Dewasa ini banyak kebijakan kaum kapitalis neoliberal menyusup masuk secara normatif lewat ekonomisasi kehidupan berpolitik. Lihat saja proses penggodokan UU di kalangan legislatif dan eksekutif yang lebih condong ke spirit kapitalisme. Ada tendensi pergeseran kondisi manusia dari "homo politicus" ke "homo economicus". 

Regulasi bank yang ketat, investasi swasta di dunia pendidikan, kampanye reformasi finansial, pembaharuan komitmen menuju kesetaraan, yang semuanya sejalan dengan "economisation of political life". Proses pendidikan harus sesuai dengan standar pasar dan kebutuhan bisnis.  Profit lebih utama ketimbang kemanusiaan atau humaniora. 

Rasionalitas neoliberal mematok kepentingan pasar dan profit sebagai pilar utama.  Rasionalitas ini bersifat instrumentalistis.  Tindakannya bersifat strategis dan penuh dengan perhitungan untung rugi.  Orientasinya terarah pada kepentingan pasar. Seluruh sistim finansial dan teknologi dirancang untuk mengejar profit.  

Keputusan, kolaborasi, rencana masa depan, kebijakan hukum, demokrasi, semuanya tertuju pada kepentingan profit. Ini adalah bagian dari cara kerja rasionalitas neoliberal. Cara kerja rasionalitas ini sering memperalat agama dan rakyat sederhana, kelompok "yes-people"  untuk kepentingan kaum kapitalis dan para pedagang politik. 

Bukan tidak mungkin bahwa Indonesia, negara mayoritas Islam sedang digiring oleh ambisi para pedagang politik yang berbaju agama dengan senjata utamanya adalah rasionalitas instrumental yang amat strategis  itu. Rasionalitas ini tidak akan memperhitungkan nilai agama dan  etika hidup baik dalam suatu komunitas politik. Yang penting bagi mereka adalah profit dunia bisnisnya tidak boleh diganggu oleh siapapun dan dengan cara apapun.

Penulis sekarang menempuh kuliah Doktoral Filsafat di University St. Thomas Manila, Dosen STFK Ledalero

Komentar