Breaking News

SASTRA DI KAKI FAJAR (Puisi) 30 Jun 2024 20:06

Article image
Ilustrasi. (Foto: Pexels)
Di kaki fajar aku berdiri, kutulis puisi kendati mungkin tak berarti.

Di kaki fajar aku berdiri
Menanti pagi yang selalu kembali
Itu bukti kesetiaan matahari:
Setiap kali pergi, pasti balik lagi
Dan kehidupan terus bergulir pasti

Di kaki fajar aku berdiri
Rindu memeluk negeri dan bangsa ini
Kadang kita gak tahu (si)apa yang mesti dimarahi:
Presiden ataukah televisi,
Karena tiap hari kita dijejali
Berita tentang rampok atau korupsi
Media massa sudah tak punya energi
Untuk beri "santapan sehat" bagi pikiran dan hati
Yang ada cuma warta 'siap saji'
Tentang kebohongan politisi
Remuknya integritas akademisi
Redupnya api spirit anak negeri
Perilaku elite yang khianati nurani
Dan rakyat yang meniti hari-hari
Dalam pijar harapan yang kadang hidup-mati

Di kaki fajar aku berdiri
Kutulis puisi kendati mungkin tak berarti
Puisi bukanlah senjata api untuk perangi korupsi,
Bahkan filsuf dan para cendekiawan pun tak mampu mengubah kondisi,
Jika cuma membedah dengan kecanggihan metodologi,
Tanpa memberi bobot pada aksi

Di kaki fajar aku berdiri
Dan kita tak boleh surut lagi!
Gumpalkan tekad dan nyali berani,
Menghadapi segala dengan besar hati,
Bukankah Bung Karno pernah berseru dengan jiwa berkobar api:
"Jangan mengeluh!
Jangan mengeluh, karena itu tanda kelemahan jiwa!"

Maka wahai Saudara,
Tetap angkat kepala dengan jiwa perkasa!
Jika belum mampu mengubah bangsa,
Tak perlu kita dirundung nestapa,
Itu mungkin cuma pertanda:
Kita mesti terus berbenah
Diri sendiri sebagai langkah pertama.

Di kaki fajar aku berdiri,
Dan kulihat Indonesia tercinta ini,
Kelak jaya sejahtera bermartabat tinggi.

Jakarta, 30 Juni 2012
Valens Daki-Soo

Tags:
Puisi

Komentar