KESEHATAN Jaga Kesehatan Jantung dari Teror Hipertensi dan Diabetes Melitus 20 Jul 2023 12:37
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Sebagai angkah preventif dalam meningkatkan kesehatan para pegawai, BPH Migas kembali menggelar seminar kesehatan dengan tema "Jantung sehat tanpa Hipertensi dan Diabetes Melitus" pada Selasa (18/7/2023) lalu bertempat di Kantor Pusat BPH Migas, Jakarta.
Kepala BPH Migas Erika Retnowati saat membuka seminar kesehatan tersebut menegaskan bahwa edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh, lebih khususnya kesehatan jantung.
"Seminar ini sangat baik dan harus rutin dilakukan karena seluruh karyawan butuh diingatkan, disegarkan kembali terkait informasi kesehatan," papar Erika.
Untuk diketahui, penyakit jantung masih menjadi ancaman dunia dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.
"Serangan jantung merupakan kondisi dimana aliran darah pembuluh koroner tersumbat sehingga mengakibatkan suplay darah ke otot jantung berhenti. Namun bila ditangani segera (sumbatan dibuka kembali) pasien dapat pulih kembali," ujar Dr. dr. Jajang Sinardja Sp JP (K) selaku nara sumber dalam seminar tersebut.
Dia menyebutkan, hampir 75 persen masalah jantung disebabkan oleh hipertensi (darah tinggi) dan Diabetes Melitus.
"Jika tekanan darah serta kadar gula darah dalam tubuh di jaga dan dikontrol dengan baik, maka jantung pasti sehat serta angka kesakitan jantung akan menurun drastis," ungkap dr. Jajang.
Lantas siapa saja yang beresiko menderita hipertensi dan diabetes melitus?
Pada dasarnya semua manusia beresiko terkena hipertensi dan diabetes melitus. Namun semua itu kembali kepada gaya hidup seseorang.
dr. Jajang pun mengungkapkan klasifikasi penyebab hipertensi dan diabetes melitus. Pertama faktor usia, usia 35 tahun ke atas sangat beresiko terkena hipertensi dan diabetes melitus. Hal ini dikarenakan mulai terjadi penurunan fungsi organ tubuh.
Kedua, riwayat penyakit keluarga. "Tentu kita semua tahu bahwasannya hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit yg dapat diturunkan ke anak cucu," katanya.
Ketiga adalah pola hidup. Pola hidup yang dimaksudkan adalah kebiasaan yang kurang sehat yang dilakukan oleh seseorang.
"Sebagai contoh, makan makanan yang kadar gula tinggi, tinggi garam, tinggi lemak, kurangnya olah raga teratur, stress yang berkepanjangan, waktu tidur yang kurang," sebutnya.
Keempat adalah Obesitas. Berat badan yang berlebihan sudah pasti akan memicu peningkatan tekanan darah. Karena jantung akan berusaha keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, nutrisi dalam tubuh.
Selain itu berat badan yang berlebihan akan membuat tubuh kesulitan dalam menggunakan insulin yang dihasilkan. "Atau sederhananya produksi insulin tidak sebanding dengan kebutuhan insulin dalam tubuh," tegasnya.
Kelima adalah Hipertensi sekunder. Yakni hipertensi yang muncul akibat penyakit lain yang di derita seseorang (gagal ginjal, tumor, sindrome metabolik, obesitas, gangguan kelenjar tyroid).
Sementara itu, pada kasus diabetes melitus terjadi akibat kehamilan, dimana kondisi bayi lebih dari 4 kg. "Hal ini dapat mengakibatkan seorang ibu hamil mengalamai diabetes gestasional," tambahnya.
Cara Mencegah
Untuk mencegah terjadinya hipertensi dan diabetes melitus, dr. Jajang mengatakan dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup.
"Kita dapat mmembatasi asupan garam (< 5 gram/hari), makan buah dan sayur secara teratur, hindari lemak jenuh dan lemak trans, stop merokok kurangi konsumsi alkohol, beraktivitas fisik (berolahraga) secara teratur, jaga berat bedan ideal, hindari stressstress. Bila sudah ada indikasi hipertensi dan diabetes melitus, segera periksakan diri ke dokter. Bila dianjurkan untuk minum obat, maka minumlah obat secara teratur," jelasnya.
Beberapa faktor resikonya hampir sama pada kasus jantung dan diabetes. Namun dia menegaskan bahwa hipertensi dan diabetes termasuk faktor resiko dari gangguan jantung.
Untuk faktor resiko ini masih dapat dimodifikasi, yakni dengan cara dijaga dan diperbaiki gaya hidupnya. Namun ada pula faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, yakni faktor usia, jenis kelamin, faktor keturunan dan suku.
Selain beberapa faktor di atas, adapula faktor pencetus dari serangan jantung, yakni beban kerja yang banyak, konsumsi makanan yang berlebihan, tingkat stress yang tinggi serta waktu istirahat (tidur) yang kurang.
dr. Jajang menekankan agar selalu waspada terhadap serangan jantung, bila menemui tanda nyeri dada yang khas seperti nyeri hebat, rasa terbakar, tertekan, jantung seperti diperasdiperas atau ditindih beban berat. Nyeri akan terasa pada area lain dari tubuh bagian atas, yakni pada leher, rahang, bahu, lengan dan punggung. Selain itu akan terasa sesak napas, mual, lemas seperti melayang.
Beliau juga mengingatkan jika mengalami tanda-tanda tersebut, maka segera menghubungi rumah sakit (pastikan rumah sakit yang dituju lengkap fasilitasnya) atau telpon 118, hentikan semua aktivitas, istirahat sambil menunggu ambulans tiba, gunakan obat aspirin atau nitrat (bila ada).***
--- Maria Aurelia
Komentar