Breaking News

NASIONAL Jelang Senja di Santiago: Tekad dan Keyakinan pada Tuhan Pasti Akan Meraih Impian 26 May 2023 17:38

Article image
Acara “Cakrawala Ambassador Talks” - Vol. 4, dan diskusi buku "Menjelang Senja di Santiago", pada 19 Mei 2023. (Foto: Ist)
Di zaman apapun, kegigihan dan ketekunan itu tidak bisa ditinggalkan. Sehebat apapun Anda, jika tidak gigih, maka tidak akan mendapatkan apapun.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Fakultas Komunikasi LSPR meluncurkan program edukasi publik bertajuk “Cakrawala Ambassador Talks” - Vol. 4, pada 19 Mei 2023.

Narasumber yang hadir antara lain Duta Besar Rumania periode 2013-2017, dan Plt. Direktur NAM CSSTC Diar Nurbintoro, Dr. Aloysius Lele Madja, yang juga Duta Besar Chile periode 2010-2014 dan Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Trias Kuncahyono, Jurnalis Senior Kompas, dan Dr. Indra Kusumawardhana, M.Hub.Int., Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, selaku moderator.

Topik yang dibahas yakni “Soft Power Diplomasi Publik Indonesia Bersama GNB Mengarungi Dinamika Politik Internasional dan Bedah Buku “Menjelang Senja di Santiago”.

Ambassador Talks dikemas untuk menjadi sarana edukasi dan diskusi antara Mahasiswa LSPR dan para praktisi diplomatik, seperti para Duta Besar RI di mancanegara dan Duta Besar Negara-negara sahabat di Indonesia. Acara tersebut untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi, motivasi, dan manfaat terkait diplomasi kepada para civitas akademik dan masyarakat umum.

CEO LSPR, Prita Kemal Gani dalam sambutannya mengatakan bahwa cakrawala memiliki arti lengkungan langit. Sedangkan dalam percakapan umum sehari-hari, kata cakrawala dapat dimaknai untuk menggambarkan luasnya pengetahuan seseorang.

“Begitu luasnya sampai tak bertepi, batasnya pun nun jauh di tepi langit, di Cakrawala,” ujarnya memberi contoh.

Tak hanya itu. Kata cakrawala juga menggambarkan betapa luas dan kayanya negara Republik Indonesia, mulai dari alam, budaya, hingga masyarakatnya yang plural. Namun dapat bersatu dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diikat dengan komitmen kebangsaan “Bhinneka Tunggal Ika.”

“Oleh sebab itu, program edukasi publik yang akan membahas isu-isu dunia Komunikasi Hubungan Internasional yang lingkupnya seluas Indonesia tersebut diberi nama ‘Cakrawala Ambassador Talks’,” tambahnya.

Prita dalam sesi pertama diskusi tersebut membahas tentang peran Indonesia sebagai pendiri Non-Aligned Movement (Non-Blok) yang keberadaanya masih relevan hingga saat ini. “Dunia semakin terfragmentasi dan penuh dengan tantangan baik dari sisi politik maupun ekonomi. Hal ini tentunya menarik untuk mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Pada sesi kedua dibahas terkait perjalanan seorang diplomat yang merefleksikan kembali perjalanan karirnya hingga menjadi Duta Besar di Republik Chile pada tahun 2010 hingga 2014 lalu. Perjalanan itu telah ditulis dalam buku autobiografi oleh Duta Besar Aloysius Lele Madja.

“Dari perjalanan karir beliau, banyak pelajaran hingga pengetahuan yang dapat diperoleh dan dijadikan motivasi bagi para mahasiswa yang bermimpi untuk mengikuti jejaknya,” ujarnya.

 

Tekad Membara Disertai Keyakinan terhadap Tuhan

Seiring perkembangan komunikasi hubungan internasional yang semakin mengglobal, tugas dan fungsi seorang Duta Besar menjadi semakin menantang. Pasalnya, mereka dituntut untuk lebih antisipatif dalam merespons perkembangan dunia di era globalisasi dengan salah satu cirinya adalah digitalisasi komunikasi dan informasi.

Diar Nurbintoro mengatakan Gerakan Non-Blok (GNB) pada situasi dunia saat ini adalah berupa gerakan yang memperhatikan kehati-hatian dalam mengambil langkah, seperti mengurangi upaya aspek politik yang dapat menggoyahkan eksistensi GNB.

“NAM CSSTC hadir dan berperan dalam menguatkan posisi dan kredibilitas Indonesia dalam dunia Internasional, melalui aspek ekonomi dan sosial-budaya dengan upaya dalam meningkatkan capacity building di negara-negara yang memerlukan bantuan kemampuan dalam menciptakan kesejahteraan,” ujarnya.

“NAM itu bukanlah sekadar bentuk ceremonial, melainkan upaya yang dilakukan oleh negara anggotanya untuk berperan dalam membangun kehidupan yang lebih baik di dunia,” ujar Diar Nurbintoro.

Dr. Aloysius Lele Madja, selaku Duta Besar Chile Periode 2010-2014 dan Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR mengulas buku yang ditulisnya.

“Buku ini ditulis melalui waktu yang panjang untuk akhirnya diputuskan dapat disebar secara luas. Tulisan yang didasari dengan tekad dan gigih dalam buku ini menjadi dorongan untuk menceritakan kisah saya yang berisikan tantangan dalam hidup yang berasal dari daerah terpencil hingga dalam menjadi diplomat negara. Maka dari itu, buku dapat dijadikan sebagai referensi untuk memberikan dorongan dan inspirasi bagi para generasi penerus bangsa dalam mengambil langkah dalam hidup,” ujarnya.

“Kalau kita berusaha dengan gigih dan keyakinan terhadap Tuhan, pasti usaha kita akan terbentuk dan berhasil,” kata Dr. Aloysius.

Trias Kuncahyono mengatakan, banyaknya upaya penulisan buku oleh para tokoh penting hingga diplomat negara menjadi hal yang menarik yang perlu diberikan apresiasi secara luas.

“Buku ‘Menjelang Senja di Santiago’ merupakan salah satu bentuk nyata bahwa dengan tekad yang gigih, maka kita dapat meraih impian yang diinginkan dari usaha yang dicurahkan,” ujarnya.

“Dengan cerita yang menarik dan apa adanya, buku ini memberikan banyak pelajaran dan inspirasi dengan pengalaman-pengalaman beliau yang tidak terduga memberikan pembelajaran dan inspirasi bagi diplomat muda hingga generasi penerus bangsa lainnya,” tambahnya.

Menurut Trias, kinerja diplomatik tersebut penting dikomunikasikan kepada mahasiswa dan masyarakat umum khususnya kalangan muda agar mereka lebih memahami seluk-beluk keunikan kerja diplomasi yang sering dianggap rumit.

Oleh karena itu, program Cakrawala Ambassador Talks ini juga dirancang untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kinerja diplomatik kepada kalangan mahasiswa, generasi muda penerus bangsa agar mereka lebih memahaminya dan memotivasi mereka untuk lebih siap dalam mewujudkan cita-cita Para Pendiri Bangsa, dan untuk memperjuangkan kepentingan nasional.

“Di zaman apapun, kegigihan dan ketekunan itu tidak bisa ditinggalkan. Sehebat apapun Anda, jika tidak gigih, maka tidak akan mendapatkan apapun,” pungkasnya. ***

 

--- F. Hardiman

Komentar