Breaking News

EKONOMI Kinerja Positif Neraca Perdagangan Indonesia Masih Berlanjut 01 Aug 2025 16:42

Article image

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Kinerja positif neraca perdagangan Indonesia kembali berlanjut. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus US$19,48 miliar sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, atau naik US$3,90 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu. Indonesia telah mencatatkan surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Secara rinci,nilai ekspor sepanjang Januari-Juni 2025 tercatat US$135,41 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$115,94 miliar. 

”Surplus sepanjang Januari–Juni 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$23,81 Miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$8,83 Miliar”, ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Jakarta (1/8).

Nilai ekspor Januari-Juni 2025 naik 7,70 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pudji menjelaskan, peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$107,60 miliar, atau naik 16,57 persen.

Kinerja positif sejumlah komoditas unggulan masih berlanjut sepanjang Januari-Juni 2025. Ekspor besi dan baja capai US$13,79 miliar, naik 9,79 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya naik 24,81 persen menjadi US$11,43 miliar. Namun, tak semua komoditas unggulan mencatat kinerja positif. Ekspor batubara turun 21,09 persen menjadi US$11,97 miliar. ”Total ketiganya memberikan share sekitar 28,97 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–Juni 2025”, jelas Pudji.

Pudji melanjutkan, ”Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Share ketiga negara ini sekitar 41,34 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada Januari-Juni 2025”. Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas Indonesia dengan nilai mencapai US$29,31 miliar (22,83 persen), disusul Amerika Serikat sebesar US$14,79 miliar (11,52 persen) dan India sebesar US$8,97 miliar (6,99 persen). Ekspor ke Tiongkok didominasi oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Sementara ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya.

Dari sisi impor, nilai impor Indonesia pada Januari-Juni 2025 mencapai US$115,94 miliar atau meningkat 5,25 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama masih berasal dari sektor non migas, dengan nilai impor US$100,07 miliar, naik 8,60 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 11,91 persen menjadi US$15,86 miliar. Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada bahan baku atau penolong, serta barang modal. ”Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai US$23,00 miliar atau naik 20,90 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu”, rinci Pudji.

Sepanjang periode Januari-Juni 2025, Tiongkok menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan nilai US$40,00 miliar (39,97 persen), diikuti Jepang sebesar US$7,47 miliar (7,47 persen), dan Amerika Serikat sebesar US$4,87 miliar (4,86 persen). Impor dari Tiongkok didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

Surplus perdagangan nonmigas sepanjang enam bulan pertama tahun ini sebagian besar ditopang oleh lima komoditas utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (US$15,74 miliar), bahan bakar mineral (US$13,28 miliar), besi dan baja (US$9,04 miliar), produk nikel (US$3,99 miliar), serta alas kaki (US$3,18 miliar).

Dari sisi negara mitra, periode Januari-Juni 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan nonmigas tertinggi dengan Amerika Serikat (US$9,92 miliar), India (US$6,64 miliar), dan Filipina (US$4,36 miliar). Komoditas penyumbang surplus terbesar dengan Amerika Serikat adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, alas kaki, dan pakaian dan aksesorisnya.

Sebaliknya, masih pada periode Januari-Juni 2025, defisit terdalam perdagangan non migas tercatat dengan Tiongkok (US$10,69 miliar), Australia (US$2,39 miliar), dan Brasil (US$0,83 juta). Defisit terbesar dengan Tiongkok disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, dan kendaraan dan bagiannya.

Untuk bulan Juni saja, nilai ekspor mencapai US$23,44 miliar, naik 11,29 persen dibanding Juni 2024. Sementara nilai impor mencapai US$19,33 miliar, naik 4,28 persen dibanding Juni 2024.***

--- Sandy Javia

Komentar