Breaking News

TOKOH Pater Bollen In Memoriam 24 Dec 2020 11:20

Article image
Pastor Heinrich Bollen, SVD. (Foto: Ist)
Sekarang saya cukup percaya bahwa harum mewangi seperti itu adalah aroma orang suci.

Oleh: Didy Nong Say*

RESENSI, IndonesiaSatu.co-- Kidung Natal sudah bergema. Di hampir sudut-sudut rumah dan kapel, berhiaskan pohon dan kandang Natal. Kelahiran Sang Juru Selamat merupakan peristiwa iman bagi segenap umat Kristiani. Natal adalah tanda kelahiran baru dalam Tuhan.

Di sela-sela persiapan menyambut sukacita Natal, dukacita mendalam dirasakan segenap masyarakat (umat) Nian Tana Sikka, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pastor Heinrich Bollen, SVD, merupakan salah satu pelaku dan saksi sejarah perubahan di Maumere, Kabupaten Sikka.

Sang Misionaris dengan jiwa pengbdi tanpa pamrih itu telah pergi menghadap Sang Khalik.

Usai ditahbiskan sebagai imam Serikat Sabda Allah pada tanggal 14 Agustus 1959, Pastor Bollen kemudian diutus sebagai misionaris ke tanah Misi Indonesia. 

Sejak tahun 1960, Pastor Bollen hadir di Maumere 1960 ketika suhu politik lokal mulai memanas. Perseteruan politik antara Jan Jong, Cs dengan Bupati P. Samador da Cunha semakin meningkat setelah Jan Jong dilengser dari posisi sebagai Ketua DPRD Sikka. Perseteruan politik sengit berlatar sejarah sarat primordialisme dan cenderung menjadi personal.

Pastor Bollen lantas bertugas sebagai gembala di Paroki Watublapi. Selain menjaga dan merawat iman umat, Pastor Bollen juga mulai mendekati 'moat' Jan Jong yang kala itu orientasi politiknya mulai bergeser kekiri-kirian. 

Target Pastor Bollen adalah penyelamatan umat dari kisruh politik lokal bahkan nasional berikut dampaknya. Umat di kawasan Iwang (Watublapi dan sekitar) yang masih sangat minim wawasan itu perlu dihindarkan dari berbagai kesalahpahaman dan penyelewengan kekuasaan serta konflik politik. Namun Jan Jong bergeming terhadap pendekatan Bollen. 

Resistensi Jan Jong bahkan tidak terpengaruh ketika dirinya dilarang menerima Sakramen.... "Pastor, saya rela bergabung dengan partai setan sekalipun, asal bisa untuk melawan dominasi dan nepotisme," demikian sanggah Jan Jong kepada Pastor Bollen.

Bahwa kemudian akhirnya moat Jan Jong terjungkal setelah G-30S tahun 1965, lalu sebagian keluarga berasumsi ada peran Bollen di situ, saya tidak berargumen.

Yang pasti, Pater Bollen seperti pastor Groot, pastor Pede da Lopez, dr. Hillers, dan lain-lain, sangat menentang pembantaian umat di tahun-tahun gelap awal rezim Orde Baru (Orba). Umat tidak bersalah yang ditengarai masuk dalam daftar penerima mata pacul atau pupuk dan bibit tanaman dari Jan Jong, Cs.

Merawat Iman dan Kultur Lokal Umat

Watublapi dan Pastor Bollen itu ibarat sekeping mata uang dengan dua sisi. Seluruh Maumere bahkan Flores, lazim mengenang Watublapi dan Pater Bollen secara bersamaan. Selama bertugas, Misionaris Jerman ini berhasil menanamkan iman Katolik secara kukuh di sanubari umat, tanpa mencabut nilai kearifan lokal dan agama domestik setempat. Alhasil, bibit panggilan tumbuh bersemi menjadi tidak sedikit awam tangguh, rohaniwan-rohaniwati bahkan sampai setingkat Uskup. 

Sementara itu, budaya setempat juga terawat dengan baik dalam berbagai bentuk. Sanggar kesenian dan budaya di Paroki Watublapi selalu menampilkan penari dan tarian terbaik berikut kain tenun dan lain-lain hasil budaya.

Namun 'karya' Pastor Bollen yang paling monumental yakni menginisiasi perubahan paradigma budidaya pertanian yang bermanfaat bagi ekonomi sosial. Ketergantungan masyarakat pada tanaman musiman dan hasil hutan, dikonversi dengan pertanian budi daya komoditi jangka panjang bernilai tinggi.

Bermitra dengan bupati L. Say yang didukung Viator Pareira, dkk, ekstensifikasi kakao, cengkeh, kopi, alpokat, dan aneka komoditi lain, merupakan pilot project di wilayah Watublapi dan sekitarnya yang sangat berhasil dan segera menjadi contoh bagi para petani di Maumere bahkan di seluruh Flores. Bahkan Bupati Jan Jos Botha dari Ngadha, Gadi Djou dari Ende dan Sales Lega dari Manggarai, datang belajar tentang pertanian dan mengambil bibit di Maumere. Gubernur El Tari yang bersemboyan "tanam, tanam tanam" berkali-kali di berbagai forum memuji Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang digawangi oleh Paator Bollen. 

Raja Don Thomas da Silva jauh-jauh hari telah memiliki visi tentang kawasan Iwanggete sebagai sentra produksi komoditi jangka panjang. Tetapi baru di masa Pastor Bollen dan L. Say, visi itu mulai terwujud nyata. Ekonomi masyarakat mulai membaik, tingkat pendapatan meningkat, generasi ke generasi boleh makan dan berpakain lebih layak, pendidikan semakin tinggi, dan seterusnya.

Sayangnya, para petani di rebis Watublapi dan sekitarnya hanya dilatih Pastor Bollen untuk  berproduksi dan tidak dilatih berdagang. Sehingga, akhirnya yang paling beruntung secara ekonomis oleh ledakan komoditi jangka panjang tersebut di tahun 70-an adalah papalele dan pedagang perantara di Geliting dan Maumere.

Sang Perintis

Pastor Bollen juga sangat piawai dalam hal membangun pemberdayaan masyarakat melalui lembaga swadaya NGO. Ia mendirikan Yayasan Pembangunan (Yaspem) yang kini memiliki aset luar biasa. Pastor Bollen memang memiliki akses ke berbagai lembaga donor di Eropa maupun Amerika.

Catatan penting dari upaya pemberdayaan masyarakat oleh Pater Bollen ini adalah soal kaderisasi. Terlepas dari oknum aktivis busuk yang menjual proposal kemiskinan rakyat untuk memperkaya diri, pelatihan yang didorong oleh Pastor Bollen bagi tenaga pemberdayaan masyarakat  berhasil menciptakan kultur pelayanan publik dengan tenaga-tenaga tangguh seperti Donatus Hure, Yosef Doing di masa awal dan dilanjutkan oleh Trix Mali, Rafael Raga, Henny Doing, Silvester Nong Manies, dan lain-lain di masa kini.

Sekira tahun 1975, sebuah resort  wisata di pantai Waiara yang dikelola oleh bule Italia mengalami masalah manajemen dan keuangan. Pemilik resort tersebut bertemu Bupati L. Say untuk melepaskan sahamnya kepada pemerintah daerah. Karena Pemda Sikka tidak boleh berbisnis, maka Bupati L. Say mencoba menawarkan bisnis tersebut kepada beberapa pihak. Ternyata Pater Bollen memiliki insting bisnis pariwisata luar biasa. Masa itu pariwisata di Maumere (piknik) masih merupakan hal baru dan mewah. Bahkan wisata Indonesia masih terbatas di Bali dan beberapa destinasi tertentu. Saat itu, Bollen bersedia 'take over' resort tersebut yang sekarang menjelma menjadi Sea World Club Waiara yang mendunia. Pastor Bollen adalah perintis pariwisata Sikka.

Mengenang Pater Bollen, pertama-tama adalah mengingat ruang tamu di paroki Watublapi yang harum beraroma anggur dan cokelat. Ketika kanak-kanak, tahun 1970-an, Paroki Watublapi adalah tempat singgahan favorit saat pulang dari kampung di Bola. Karena di tempat itu, pasti dapat cokelat dan permen dari Pater Bollen. Cokelat dan permen yang dikirim oleh saudaranya di Jerman dan Swiss. Bau harum dan wangi anggur itu juga masih terasa tebal ketika mengunjungi ruangan Pater Bollen  yang selalu resik dan tertata apik di Sea World Club.

Sekarang saya cukup percaya bahwa harum mewangi seperti itu adalah aroma orang suci.

Meski ragamu tak terlihat lagi, namun karya-karyamu tak lekang hilang oleh masa. Tuhan menyambutmu di Palungan Natal nan Damai.

Selamat jalan Sang Misionaris Perintis.

Requiem In Pacem, Pastor Bollen.

 

* Penulis adalah Putera Sikka, pengagum sosok, keteladanan dan kesederhanaan dari Pastor Bollen.

--- Guche Montero

Komentar