Breaking News

TOKOH Prof Arif Satria: Pentingnya Growth Mindset, Kemauan Kuat, dan Ketekunan dalam Mencapai Impian 27 May 2025 21:03

Article image
Rektor IPB University, Prof Arif Satria, dalam kegiatan ESQ Leadership Forum yang digelar di BSD, Sabtu (24/5). (Foto: Humas IPB University)
Namun, pesan sang ayah yang mengingatkan dirinya untuk terus berlatih selalu terngiang.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Rektor IPB University, Prof Arif Satria, membagikan kisah perjuangannya selama 13 tahun. Ia harus belajar menulis, dan terus berjuang agar bisa berbicara di depan publik.

Kisah tersebut diungkapkannya dalam kegiatan ESQ Leadership Forum yang digelar di BSD, Sabtu (24/5).

Dalam sesi yang penuh inspirasi itu, Prof Arif menekankan pentingnya growth mindset, kemauan kuat (will power), dan ketekunan (grit) dalam mencapai impian.

Di hadapan peserta, Prof Arif bercerita bahwa ia membutuhkan waktu 13 tahun untuk bisa melihat tulisannya muncul di publik. Ia mengisahkan bagaimana dirinya sempat berkali-kali ditolak oleh media kampus maupun luar kampus. 

Namun, pesan sang ayah yang mengingatkan dirinya untuk terus berlatih selalu terngiang. Keteguhan hatinya membuahkan hasil saat di semester 5 perkuliahan, tulisannya untuk pertama kali berhasil dimuat.

“Itu kebanggaan yang luar biasa. Bukan karena tulisannya, tapi karena perjuangannya. Sekarang tulisan saya bisa masuk koran regional, nasional, jurnal internasional, bahkan saya diwawancara media, tv, itu proses 13 tahun, kesabaran yang luar biasa,” ucapnya melalui pernyataan resmi.

Tak hanya soal menulis, Prof Arif juga berkisah tentang perjuangannya untuk berbicara di depan umum. Ia mengaku saat masih di bangku sekolah sulit berbicara di depan orang lain. 

Namun, mimpi besar untuk menjadi pembicara publik terus mendorongnya. Salah satunya saat dirinya menghadiri seminar dan forum-forum.

“Setiap kali saya duduk di seminar, saya hanya bisa kagum pada para pembicara. Dalam hati saya berkata: ‘Saya ingin seperti mereka.’ Padahal waktu itu, ngomong saja saya tidak bisa,” ceritanya.

Meski sempat diragukan, bahkan oleh keluarganya sendiri, Prof Arif akhirnya memilih Program Studi (Prodi) Komunikasi Penyuluhan Pertanian di IPB. Sebab, prodi tersebut diyakini dapat membantunya tampil hingga menyampaikan ide-idenya di depan publik.

“Saya memilih jurusan ini bukan karena saya sudah bisa bicara, tapi karena saya ingin bisa bicara. Kalau saya tidak memaksa diri, saya tidak akan pernah tumbuh,” ujarnya.

Prof Arif pun sempat beberapa waktu berkonsultasi ke psikolog. Dari berbagai sesi yang dijalani, ia mendapat nasihat sederhana dari sang psikolog yang mengubah hidupnya.

“Ubah mindset-mu, bahwa ini bukan kendalamu, ini potensimu,” ujar Prof Arif mengulangi nasihat dari psikolognya.

Sejak saat itu, ia terus melatih diri dan membangun keyakinan bahwa kemampuan bisa diasah jika punya kemauan kuat. Prof Arif juga menjelaskan terkait perbedaan fixed mindset dan growth mindset, serta bagaimana kemauan yang kuat bisa menuntun manusia hingga mendapat kesempatan.

“Kalau saya punya fixed mindset, saya sudah berhenti sejak dulu. Tapi karena saya percaya bahwa kemauan lebih penting daripada kemampuan, saya terus belajar. Kata kuncinya adalah will power,” pungkasnya. *

--- F. Hardiman

Komentar