Breaking News

BUDAYA Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat, Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya Gelar FGD 03 Jun 2024 10:48

Article image
Para Narasumber dalam acara FGD yang digagas Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya di Jakarta. (Foto: Kopas.com)
Rahmad mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut dilatarbelakangi oleh kegelisahan dari Dompet Dhuafa dan diskusi dengan Bina Trubus Swadaya.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya mengadakan Fokus Grup Diskusi (FGD) Budaya dan Pemberdayaan yang diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Rabu (29/5/2024).

Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB ini mengangkat tema "Revitalisasi Cerlang Budaya Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat."

Dalam acara ini, hadir tokoh-tokoh nasional untuk membahas formulasi budaya Indonesia dalam upaya memberdayakan masyarakat.

Ketua acara FGD, Rahmad Riyadi menyatakan bahwa pertemuan dan diskusi tersebut penting untuk memahami perubahan budaya dan membangun jaringan silaturahmi antara pegiat budaya dan pemberdayaan masyarakat.

Menurutnya, kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam pemberdayaan masyarakat.

“Dompet Dhuafa dan peserta diskusi perlu mengetahui praktik pemberdayaan kebudayaan dari inisiatif lokal yang telah berhasil secara berkelanjutan baik secara etos maupun mitos,” ujar Rahmad melansir Kompas.com, Sabtu (1/6/2024).

Rahmad mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut dilatarbelakangi oleh kegelisahan dari Dompet Dhuafa dan diskusi dengan Bina Trubus Swadaya.

Rahmad mengatakan, Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), pulau-pulau, provinsi, ragam suku, budaya, dan bahasa. Kekayaan ini bisa menjadi keunggulan bangsa, tetapi juga bisa menimbulkan ancaman disintegrasi.

“Oleh karena itu, perlu strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan budaya lokal sangat dalam pembangunan bangsa. Masih banyak peluang untuk itu,” imbuh Rahmad.

Kegelisahan Terhadap Kemiskinan

Pada kesempatan yang sama, inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi mengungkapkan kegelisahannya terhadap kemiskinan dan kemajuan Indonesia.

Ia menyoroti bahwa bangsa Indonesia memiliki Pancasila yang luhur, tetapi dampaknya belum terasa nyata.

Parni juga mengkritisi mental korup dan kemerosotan budi pekerti yang semakin marak di masyarakat. Ia menekankan pentingnya tindakan nyata dan langkah konkret yang bisa diterapkan.

"Mari kita cari gagasan praktis. Jangan hanya bisa berbicara saja, tapi tidak melakoni. Bedah dan bongkar pada FGD hari ini, kemudian kita rumuskan dan lahirkan langkah konkret yang bisa diterima dan dipraktikkan,” kata Parni.

Sementara itu, Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Bina Trubus Swadaya, Bambang Ismawan menyatakan komitmennya untuk terus melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui Bina Trubus Swadaya.

Meski sudah berdiri selama 57 tahun, Bina Trubus Swadaya merasa masih belum berdaya sepenuhnya.

Hal ini mendorong mereka untuk membuka diri dan belajar bekerja sama, terutama dengan membangun budaya bersama Dompet Dhuafa.

Bambang Ismawan menekankan pentingnya pendekatan "silih asah, asuh, dan asih" yang diterapkan oleh Bina Trubus Swadaya.

"Menurut kami, selalu coba gunakan langkah-langkah bijak tapi tidak wajib. Hal yang wajib adalah turun ke lapangan, melakukan aksi nyata, dan dari situ simpulkan teori, kemudian rumuskan teori-teori itu. Saya merasa hadir di sini mari bersama saling belajar berdasarkan pengalaman-pengalaman budaya kita bersama. Terima kasih kepada Dompet Dhuafa yang selalu memberikan hal baru yang bisa kita pelajari," ungkapnya.

Sementara, Ketua Dewan Pembina Yayasan Suluk Nusantara, Bambang Wiwoho dalam sambutannya menyatakan rasa syukur atas dukungan konkrit dari Dompet Dhuafa dalam melestarikan budaya Nusantara.

Ia menyampaikan bahwa Suluk Nusantara tidak hanya melestarikan kebudayaan, tetapi juga menyediakan kegiatan bagi para lansia agar tetap sehat.

Namun, Bambang juga prihatin dengan tergerusnya rasa empati, sopan santun, dan etika bangsa.

Dalam kegiatan tersebut, terdapat dua sesi Diskusi.

Dalam sesi diskusi pertama yang dimoderatori oleh Wartawan Senior Media Group, Wahyu Wiwoho, tema yang diangkat adalah "Refleksi Budaya Lokal dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat dan Strategi Pemerintah".

Diskusi tersebut menghadirkan empat narasumber, yaitu Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Restu Gunawan, Guru Besar Universitas Hasanudin (UNHAS) Nurhayati Rahman, Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa Yudi Latif, dan Praktisi Seni Film Garin Nugroho Riyanto.

Sementara dalam sesi diskusi kedua yang dipandu oleh Direktur Inspirasi Melintas Zaman (IMZ) dan Penulis Novel Sejarah, Fatchuri Rosidin, mengangkat tema "Best Practice Pengembangan Budaya Masyarakat."

Sesi tersebut juga menghadirkan empat narasumber, termasuk Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi dari Keraton Yogyakarta, Maria Loreta dari Yayasan Agro Sorgum Flores, Andi Makmur Makka sebagai Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa dan Perwakilan Bone, serta Ilham Khoiri dari Bentara Budaya Kompas.

Tujuan FGD Budaya dan Pemberdayaan

Sebagai informasi, FGD Budaya dan Pemberdayaan bertujuan untuk memfasilitasi silaturahmi nasional antara pendukung budaya dan pemberdayaan masyarakat di Nusantara.

Melalui kegiatan tersebut, FGD bertujuan untuk mengumpulkan jejak pemikiran, nilai-nilai luhur, dan sikap terpuji dari para pemerhati budaya dan pemberdayaan masyarakat, serta mengidentifikasi budaya adiluhung, merumuskan karakter budaya di Nusantara, dan memformulasikan kebaikan budaya di Nusantara untuk mendukung upaya pemberdayaan masyarakat.

Selain itu, FGD juga bertujuan untuk melibatkan pendidikan tinggi dan masyarakat sipil dalam membangun budaya positif di masyarakat, serta untuk mencari model transformasi masyarakat melalui budaya.

Rangkaian kegiatan FGD dan diskusi pasca FGD akan didokumentasikan dalam bentuk proceeding atau buku sebagai policy brief untuk pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan tinggi, organisasi masyarakat sipil, dan organisasi budaya.

Dokumentasi tersebut diharapkan dapat menjadi panduan dalam membangun budaya positif di masyarakat.

--- Guche Montero

Komentar