REFLEKSI Tentang ETMC Ende 2025: Semoga 'Ura Mere'Tidak Bikin 'Reu Mere' 30 Nov 2025 16:09
Oleh : Valens Daki-Soo*
Para kerabat di luar NTT, sebagai info, kami di Flores lagi ramai dengan perhelatan El Tari Memorial Cup (ETMC) di Ende yang dikenal sebagai "Kota Pancasila".
Animo masyarakat Flores atau NTT seluruhnya sangat tinggi terhadap sepakbola.
Petang ini akan digelar pertandingan PSN Ngada versus Persab Belu. Saya yakin ribuan fans PSN sejak kemarin sudah siap fisik-mental untuk membanjiri Stadion Marilonga, Ende. Marilonga adalah nama pahlawan lokal Ende yang konon jago sekali, sakti mandraguna. Kalau beliau lahir di Jawa, mungkin sudah jadi pahlawan nasional.
Kembali ke ETMC. Saat ini sudah masuk perempat final. PSN yang lama populer sebagai raja sepakbola, raksasa sepakbola, Brasil-nya NTT, tampaknya akan menjadi Juara I ETMC kali ini. Tentu, tim Oranye ini mesti patahkan jagoan dari Timor, Persab Belu, sore ini, supaya lolos dan lanjut.
Eh, patahkan dalam arti kalahkan ya Bung.
Jangan patahkan kaki anak orang.
Tentang PSN Ngada ini saya perlu gambarkan begini. Pada masa kami remaja-muda di Seminari Todabelu Mataloko, kami sering nonton para pungggawa PSN berlatih di lapangan sepakbola kami. Saya kira, sampai saat ini, lapangan seminari masih yang terbaik di kawasan ini. Sebagai penikmat sepakbola, kami kagum melihat mereka dilatih duet pelatih top dan mantan pemain populer pada masanya: Om Gius Gregorius Patty Pello dan Om Nani Du'e (Alm).
Kedua pelatih ini menempa skuad PSN secara teknis-individual mapun kerja sama tim. "Man-to-man marking" dan "zone marking" diterapkan secara konsisten. Operan bola-bola pendek dipadukan dengan "long ball" alias umpan panjang. Ketajaman pemain depan diramu apik dengan soliditas pemain tengah dan belakang.
Masih kuat dalam ingatan, postur pemain PSN gagah, tinggi, kokoh, kuat, berlari dengan napas kuda.. Striker top Lipus Tadi menggiring dan menggoreng bola begitu lincah, meliuk-liuk seperti rusa di sela-sela pepohonan. Sebelum era Om Lipus (karyawan di seminari), ada Pak Rius Say Rodja (Alm), guru sejarah di seminari. Pemuda gagah asal kaki Gunung Inerie ini sangat bertampang Argentina: tinggi, tegap, putih dengan daya penetrasi yang fantastis ke area pertahanan lawan. Kaki-kakinya berderap seperti kuda jantan, dam tembakannya kencang datar memyusuri tanah lalu merobek gawang lawan.
Di garis belakang (pada masa kami remaja), ada Om Yuven Neta dan Om Fin Koda. Dua bek berkulit putih kayak bule ini benar-benar tangguh mengamankan gawang PSN yang dikawal Pak Yoseph Dopo (guru olahraga kami di seminari). Sangat sulit bagi pemain depan lawan untuk tembus melewati dua palang pintu yang keras ini.
"Bola boleh lewat, tapi Anda berhenti di sini!"
Yoseph Dopo kiper jagoan. Tubuhnya tidak tinggi tapi lincah dan enteng memetik bola.
Merekalah, antara lain, skuad PSN yang bikin tim papan atas NTT ini meraih juara I ETMC sebanyak 8 kali. Torehan prestasi yang tampaknya sulit disaingi tim manapun di NTT. Apalagi kalau PSN meraih trofi juara I pada gelaran ETMC tahun ini.
Berdasarkan kualitas pemain dan track record selama ini, saya memprediksi PSN juara I.
***
Namun, bola itu bundar dan liar. Sering prediksi lumpuh oleh realitas di lapangan.
Bagaimana dengan Persena?
Senin esok Persena Nagekeo -- kampung halaman saya -- akan bertarung melawan tuan rumah Perse Ende. Ini pertandingan beraura final sebenarnya. Di satu sisi ada Persena yang kali ini tampil cukup meyakinkan, di sisi lain ada Perse yang biasanya nekat dan "niat banget" menjadi juara. Persena akan berhadapan dengan tim "Perse Plus Penonton". Dan kita semua tahu, pendukung Perse itu fanatiknya minta ampun.
Makanya, saya sudah rencana, esok sebelum ke Kota Ende untuk nonton Persena vs Perse, saya mesti olahraga dulu: latihan ulang jurus-jurus kungfu, push up 200 kali (untuk memperkuat lengan dan tangan), koprol dan salto. Maksud apa ini? Ya, untuk antisipasi penonton Ende yang "bikin kaco".
Soalnya, begini. Memang, Bupati Ende Kae Yoseph Tote Badeoda adalah senior kami di Seminari Mataloko dan konon dulu berlatih karate di bawah asuhan simpai dr. Regina yang legendaris itu. Namun, kalau ada "chaos" di stadion, Kae Tote harus amankan semua. Ya, kita yang lain bela dkri masing-masing. Ah, cuma guyon ya.
Saya yakin situasi akan aman dan baik-baik saja.
Nah, kalau Persena bisa lampaui ujian berat esok melawan Perse -- saya ulangi: jika Persena mampu melumat Perse -- maka waspadalah, wahai tim-tim lainnya. Kejutan besar akan lahir di medan laga ini. Tentu tak mudah menaklukkan Perse tapi, sekali lagi, bola bundar dan kadang liar. Segala sesuatu bisa terjadi. Kejutan-kejutan besar kerap terjadi di lapangan hijau.
Saya hanya berkomentar ringan tentang PSN dan Persena. Tim-tim lain tentu tak boleh dipandang sebelah mata. Mereka sudah lolos ke 8 besar itu berarti ketangguhan mereka sudah teruji.
Pada akhirnya, banyak faktor berpengaruh terhadap siapa yang jadi juara.
Terakhir, semoga "Ura Mere" (hujan lebat di ambang musim hujan ini) tidak bikin kita malas menonton sepakbola di Ende. Tidak bikin kita merasa Ende menjadi "Reu Mere" (sangat jauh).
Terlebih, dan ini sangat penting, janganlah ada "Ura Mere" berupa hujan batu. Kalau itu terjadi, kita akan menjadi "Reu Mere": saling berjauhan satu sama lain. Padahal kita semua adalah saudara dan sepakbola adalah sarana persahabatan, medium untuk mengikat-eratkan tali persaudaraan antar kita.
Salam Olahraga. ***
*)Penulis adalah pengusaha, politisi, penggemar olahraga
Komentar