SASTRA ENAM JUNI (Puisi) 07 Jun 2024 04:24
Bung, aku teriak ini supaya jiwaku sadar dan mereka pun terbangun dari tidur panjang bahwa kita belum sepenuhnya merdeka.
Pada pagi Enam Juni,
Sebuah solilokui:
"Mereka beri label Juni sebagai bulanku
Padahal jiwaku abadi segala waktu dan musim untuk bangsaku.
Mereka sebut diri pengagumku
Tapi hidup mereka jauh dari spiritku
Mereka lantang bilang 'Kami nasionalis Soekarnois!'
Tapi hidup mereka jauh dari rakyat di balik kabut materialis-hedonis
Mereka berpidato menyinggung-nyungging namaku
Tapi kaki mereka tak berpijak di bumi rakyatku
Mereka gemar memekik 'Merdeka!'
Tapi entahlah mereka paham merdeka itu terutama di jiwa, bukan sekadar kata
Mereka bilang aku Bapak Bangsa
Tapi aku tak bangga karenanya.
Aku bangga jika mereka jaga martabat bangsa dan tak gadaikan sejengkal pun tanah Nusantara
Aku cinta kalian, wahai rakyat Indonesia!"
Ah, itu cuma mimpiku tentang Bung Karno
Pejuang pemimpin yang tak pernah mengaso
Ditikam derita dalam sepi di Wisma Yaso
Napas penghabisan di RSPAD Gatot Subroto
Wafatnya menyebar duka merobek hati seantero.
Negeri ini gagah bagai rajawali dan elok seperti merpati
Tapi sayapnya terkulai di tengah badai
Bangkitlah, hei anak-anak negeri,
Kita mesti berdiri tegak dan melangkah pasti.
Kita anak-cucu pejuang pemberani dengan semangat menyala seperti matahari
Janganlah galau merendam jiwa
Meski negeri masih berkubang derita
Kata-kata Bung Karno bagai menjitak sukma,
"Jangan jadi bangsa pengeluh, karena itu pertanda kelemahan jiwa!"
Bung, aku teriak ini supaya jiwaku sadar dan mereka pun terbangun dari tidur panjang bahwa kita belum sepenuhnya merdeka.
Merdekaaaa!!!
Kayuputih, 6 Juni 2015
(Pada HUT Kelahiran Bung Karno)
Valens Daki-Soo
Komentar