Breaking News

BUDAYA Festival Reba Ngada Jakarta: Penjaga Jejak Tradisi, Penguat Langkah Bersama, dan Harapan Masa Depan 11 Mar 2025 12:47

Article image
Acara puncak Festival Budaya Reba Ngada Jakarta 2025 di Anjungan NTT, TMII, 1 Maret 2025. (Foto: Sandy)
Festival Reba Ngada Jakarta 2025 bukan hanya tentang perayaan budaya, tetapi juga tentang menjaga dan mengembangkan warisan leluhur untuk masa depan.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Pada 1 Maret 2025 lalu, ribuan masyarakat Ngada Diaspora Jakarta kembali berkumpul di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk merayakan Festival Reba Ngada Jakarta 2025. Dengan tema “Bersyukur Bersama Saudara, Melangkah Penuh Harapan”, festival tahunan ini bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga menjadi ajang refleksi spiritual, pererat kebersamaan, dan upaya nyata dalam melestarikan warisan leluhur.

Ketua Panitia Festival Reba Ngada 2025, Gregorius Upi Dheo, menyampaikan bahwa festival kali ini dihadiri oleh lebih dari 6.000 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk tokoh adat, pemuka agama, akademisi, seniman, mahasiswa, dan komunitas diaspora Flobamora dari Jabodetabek hingga luar kota.

“Festival ini semakin menegaskan bahwa budaya Ngada tidak hanya hidup di tanah asalnya, tetapi juga terus berkembang di tanah rantau,” ungkap Gregorius.

Greg mengungkapkan, rangkaian Festival reba Ngada Jakarta 2025 telah sukses digelar dengan sejumlah rangkaian kegiatan penuh makna.

Pertama, Woko Uwi dan Dero: Perayaan Tradisi yang Membawa Berkah

Festival dimulai dengan prosesi Woko Uwi, yang merupakan bentuk ungkapan syukur kepada leluhur atas hasil panen dan berkat kehidupan. Setelah itu, peserta disuguhkan dengan tarian Dero, tarian lingkar khas Ngada yang menggambarkan kebersamaan dan kegembiraan dalam merayakan Reba.

Kedua, Sudu dan Sagi: Mengajarkan Keberanian dan Persaudaraan

Selanjutnya, festival menampilkan Sudu dan Sagi, tinju adat Ngada yang mengajarkan keberanian, ketangkasan, serta pentingnya sportivitas dan persaudaraan. Tradisi ini mengingatkan bahwa setiap perbedaan seharusnya diselesaikan dengan damai, bukan dengan permusuhan.

Ketiga, Sarasehan Budaya: Festival Reba sebagai Pemicu Ekonomi Kreatif dan Pariwisata

Dalam sesi Sarasehan Budaya, para akademisi dan tokoh adat berdiskusi tentang bagaimana Festival Reba dapat menjadi pendorong bagi pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis budaya di Flores. Diskusi ini menyoroti pentingnya budaya sebagai aset yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan kearifan lokal.

Keempat Misa Inkulturasi Reba Ngada: Memperkuat Iman dan Identitas Budaya

Misa Inkulturasi yang dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, menjadi salah satu momen paling sakral dalam festival ini. Perayaan Ekaristi ini menggabungkan elemen liturgi Katolik dengan adat Ngada, memperlihatkan bahwa iman dan budaya bisa berjalan berdampingan, saling memperkuat dan memperdalam spiritualitas umat.

Perayaan Ekaristi ini menggabungkan elemen liturgi Katolik dengan unsur adat Ngada (inkulturasi), menunjukkan bahwa iman dan budaya dapat berjalan selaras, memperkuat identitas dan spiritualitas umat.
Kehadiran Uskup Agung Ende menambah makna mendalam dalam misa ini, memberikan refleksi spiritual yang kuat bagi seluruh peserta.

"Terima kasih Bapak Uskup, para Pastor Konselebran, umat yang datang dari Semarang, Surabaya, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Ini menggembirakan hati kami. Reba kali ini sepatutnya disiapkan panitia untuk menyambut kehadiran tiga pemimpin penting: Uskup Agung Ende, Gubernur NTT, dan Bupati Ngada yang baru," ungkap Ketua Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jabodetabek (PKBNJ), Damianus Bilo.

Puncak perayaan Festival Reba Ngada 2025 ditutup dengan tarian Ja’i, tarian khas Ngada yang melambangkan semangat kebersamaan dan syukur. Ribuan peserta bergabung dalam lingkaran besar dan menari bersama, menunjukkan bahwa budaya adalah jembatan yang menghubungkan generasi tua dan muda.

Kepala Penghubung NTT di Jakarta, Donald Izaac, menegaskan bahwa sebagai agenda tahunan, Reba adalah bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur, juga menyatukan komitmen untuk menjaga, melestarikan serta mempromosikan budaya di tengah-tengah arus informasi dan teknologi yang cepat.

"Generasi muda harus terus diberi edukasi dalam melestarikan budaya. Ini adalah hakiki dari eksistensi bangsa kita. Saat ini tampak degradasi budaya, generasi muda lebih senang budaya luar. Saya sangat mengapresiasi IKB Ngada yang rutin gelar Reba setiap tahun," kata Donald Izaac.

Pelestarian Budaya dan Lingkungan: Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Festival ini juga menonjolkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Perjamuan makan disajikan dengan menggunakan wadah alami tanpa plastik, menggambarkan bahwa pelestarian budaya harus sejalan dengan upaya menjaga kelestarian alam—sebuah nilai yang sudah dianut oleh masyarakat Ngada sejak lama. 

Festival ini juga mengedepankan kesadaran lingkungan, di mana perjamuan makan disajikan menggunakan wadah alami tanpa plastik. Konsep ini mengajarkan bahwa pelestarian budaya juga harus berjalan seiring dengan kelestarian alam, sebagaimana nilai-nilai yang dipegang masyarakat Ngada sejak dahulu kala.

"Saya senang, Reba menunjukkan eksistensi Ngada di Jakarta dari sisi budaya. Nilai-nilai Reba disampaikan kepada generasi muda. Pesan untuk keluarga Ngada Diaspora, berbaiklah dengan saudara, dan hargai hak masing-masing," ungkap Wakil Bupati Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu.

Pesan Harapan untuk Masa Depan

Festival ini bukan hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga membangun harapan untuk masa depan. Beberapa pesan penting yang dapat diambil dari Festival Reba Ngada 2025 adalah bahwa Budaya harus dirawat dan dikembangkan, bukan hanya dikenang. Kedua, generasi muda harus diberikan ruang untuk berperan dalam pelestarian tradisi. Kebersamaan adalah kekuatan yang harus dijaga—kritik dan evaluasi harus membangun, bukan memecah belah. Selain iut, Festival budaya dapat menjadi motor penggerak ekonomi kreatif dan daya tarik wisata berbasis kearifan lokal.

Gregorius Upi Dheo menegaskan komitmennya agar Festival Reba terus menjadi jembatan bagi masyarakat Ngada di perantauan untuk tetap terhubung dengan akar budaya mereka. “Kami berharap Festival Reba terus dikenal dan menjadi wadah untuk bersyukur, bersatu, dan melestarikan tradisi bagi generasi mendatang,” harap Gregorius.

Festival Reba Ngada Jakarta 2025 bukan hanya tentang perayaan budaya, tetapi juga tentang menjaga dan mengembangkan warisan leluhur untuk masa depan. Dengan terus melibatkan generasi muda, membangun kebersamaan, dan mengedepankan keberlanjutan lingkungan, Festival Reba Ngada menjadi bukti bahwa budaya bisa menjadi kekuatan yang menghubungkan masyarakat, baik di tanah asal maupun di perantauan. *** (Guche Montero)

Komentar