Breaking News

INTERNASIONAL Jenderal Tito Bicara di PBB tentang Strategi Lawan Terorisme 01 Nov 2017 06:22

Article image
Kapolri Jenderal (Pol)Tito Karnavian ketika menjadi pembicara di Markas PBB. (Foto: Ist)
PBB, menurut Tito, perlu memprioritaskan penyelesaian konflik terkait warga muslim karena ideologi radikal akan berkembang aktif dan mendapat panggung jika terjadi konflik tersebut.

NEW YORK, IndonesiaSatu.co -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan strategi melawan jaringan terorisme global yang menjadi isu utama keamanan internasional saat ini. 

Tak tanggung-tanggung, Jenderal Tito membahas terorisme dalam diskusi panel di markas PBB, New York, Amerika Serikat, Senin (30/10/2017) waktu setempat.

Dalam diskusi yang diikuti 52 perwakilan negara tersebut, Tito menjadi pembicara kedua. Panelis pertama adalah perwakilan tetap Singapura untuk PBB, HE Burhan Gafoor.

"Fenomena terorisme global kontemporer terbagi dalam dua gelombang besar. Gelombang pertama saat kemunculan Al Qaeda sebagai jaringan kelompok terorisme global pertama kali di dunia dan gelombang kedua sejak 2014 saat ISIS muncul sebagai ancaman baru bagi keamanan dunia," ujar Tito.

Tito menekankan pentingnya konsep strategi pendekatan yang lunak atau soft approach dalam menghadapi kelompok terorisme ini, tidak hanya mengandalkan pendekatan keras atau hard approach. 

Hadirin antusias dengan konsep pendekatan lunak itu, terlebih ketika Tito menyampaikan adanya penurunan kualitas dan jumlah serangan teror yang terjadi di Indonesia. Sebab, terorisme global tidak mungkin diselesaikan hanya dengan penggunaan senjata. 

"Dalam pendekatan lunak ini, sedikitnya ada 5 langkah yang bisa ditempuh, yakni kontra radikalisasi, deradikalisasi, kontra ideologi, menetralisir saluran dan menetralisir situasi yang mendukung penyebaran paham radikal," ujarnya. 

Pada akhir diskusi, Tito menyampaikan pesan penting kepada PBB tentang perlunya menjaga perdamaian dunia khususnya di negara-negara Islam. PBB, menurut Tito, perlu memprioritaskan penyelesaian konflik terkait warga muslim karena ideologi radikal akan berkembang aktif dan mendapat panggung jika terjadi konflik tersebut. 

Selain mengikuti diskusi panel, Tito juga menyempatkan diri untuk melakukan pembicaraan dengan USG Dept. Field Support Mr Atul Khare untuk membicarakan kelanjutan pengiriman pasukan Polri untuk misi perdamaian dunia. Tito juga bertemu dengan USG UNOCT Mr Vladimir Voronkov guna sharing informasi tentang penanganan terorisme global. 

Pada kesempatan itu, Mr Voronkov menawarkan Tito untuk berbicara tentang terorisme dalam forum khusus yang diikuti semua negara anggota PBB tentang yang digelar PBB pada Juni 2018 di New York. 

Perwakilan tetap Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djadi menjadi moderator dalam acara itu. 

--- Redem Kono

Komentar