NASIONAL Kiki Syahnakri Sebut Herman Fernandez dan Wolter Monginsidi Sama-Sama Ditembak Mati oleh Belanda 09 Jun 2024 20:19
Menurut Syahnakri, Herman Fernandez mirip dengan Wolter Monginsidi yang sama-sama ditembak mati oleh Belanda. Hanya Wolter Monginsidi Makasar, sedangkan Herman Fernandez di Yogyakarta.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat dan mantan Pangdam IX Udayana Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri mengatakan, Presiden pertama Indonesia Soekarno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Kiki mengatakan ini ketika tampil sebagai pembicara kunci seminar dan bedah buku biografi berjudul "Herman Yoseph Fernandez, Kusuma Bangsa Pembela Tanah Air, Layak Jadi Pahlawan Nasional" yang berlangsung di Gedung Yustinus, Universitas Atma Jaya Jakarta, Sabtu (8/6/2024).
Ikut menjadi pembicara dalam acara tersebut di antaranya penulis buku Thomas Ataladjar, pembahas buku di antaranya, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum, Sejarawan dan dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan Laksamana Pertama Dr. Hariyo Poernomo, S.E.,M.M, M.Tr.Opsla, M.Han, Kepala Dinas Sejarah TNI Angkatan Laut.
Dilansir tiffanews.co.id, peserta seminar berasal dari kalangan akademisi dan intelektual, pencinta dan pemerhati sejarah, jurnalis dan penulis serta undangan khusus. Hadir juga anggota DPR RI, Melki Lakalena, sang pedagog Dr. Jan Riberu, tokoh Flores Jakob Riberu dan anggota DPRD DKI Jakarta Simon Lamakadu.
Menurut Kiki Syahnakri, kita sekarang ini terutama anak muda tidak mengenal Herman Fernandez dan dalam situasi ini, penerbitan buku merupakan salah satu jalan untuk memperkenalkan lagi nilai-nilai kepahlawanannya.
Kiki menjelaskan, Indonesia ini sangat multi dimensi baik itu ras, etnis, budaya dan lain sebagainya, sementara dua pekerjaan besar yang harus dikerjakan adalah mempersatukan bangsa dan memperhatikan keterwakilan dari Sabang-Merauke di eksekutif, legislatif, olahraga dan seterusnya termasuk pahlawan nasional.
“Kata Mohammad Hatta, keterwakilan bukan keterpilihan, sayangnya kita sudah keterpilihan dengan one man, one vote,” kata Kiki Syahnakri.
Kiki melanjutkan, dalam hal kepahlawanan, kalau dari Aceh, Sumatera, Jawa dan seterusnya sampai NTT, Maluku, dan Papua ini ada kepahlawanannya, maka hal itu menjadi berkat bagi bangsa.
“Itulah alasan saya tidak ragu mendukung usaha panitia ini,” ujar Kiki Syahnakri.
Kata Kiki, di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 itu ada 6 poin tentang syarat untuk menjadi pahlawan nasional yang dipenuhi dalam usulan Herman Fernandez sebagai pahlawan nasional.
“Dari 6 poin itu kalau saya cermati Herman Fernandez memenuhi persyaratan itu. Di pasal 26 ada persyaratan khusus dengan 7 poin dalam persyaratan khusus itu. Dari 7 poin itu juga memenuhi syarat. Jadi beralasan Herman Fernandez diusulkan menjadi pahlawan Nasional.
Ia menambahkan, Herman Fernandez mirip dengan Wolter Monginsidi yang sama-sama ditembak mati oleh Belanda. Hanya Wolter Monginsidi di Makasar, sedangkan Herman Fernandez di Yogyakarta.
“Mereka dua menembak kapten Belanda, dan kedua sama-sama dihukum mati,” jelas Syahnakri
“Ini tidak saja memperjuangkan Herman Fernandez sebagai pahlawan nasional. Tapi juga dalam rangka membangun nasionalisme bangsa ini ke depan,” ujar Kiki Syahnakri.
“Kita menyanyikan lagu Indonesia Raya, bangunkan jiwanya dulu baru bangun badannya. Jangan terbalik. Jiwa termasuk penghargaan jiwa nasionalisme. Jadi konteks ini tidak sekadar Fernandez menjadi pahlawan tapi yang lebih besar adalah membangun jiwa bangsa ini,” imbuhnya.
Dijelaskan Kiki, Herman Fernandez adalah tokoh/pejuang dari tanah Flores (bahasa Portugis) artinya bunga.
"Maka saya kutip ungkapan: 'Flores florete, date odorem', yang artinya 'Flores, mekarlah, dan berilah keharumanmu'. Berilah keharumanmu untuk Indonesia melalui nama harum pahlawan nasional Herman Fernandez," pungkas Kiki.
Sementara itu, Ketua Panitia, Grace Siahaan Njo dalam sambutan pembukanya, mengatakan, menghormati pahlawan dimulai dari mengenal pahlawan itu sendiri dari perjuangannya dan nilai-nilai yang dihidupi.
Menurut Grace Siahaan Njo, walau patung Herman Fernandez berdiri tegak di jantung kota Larantuka, Flores, kota asal Herman Fernadez, sejak tahun 1988, tapi kalau sekarang kita bertanya kepada anak-anak muda di sana apa mereka kenal sosok yang ada di patung itu, mereka bilang tidak kenal.
Ia menegaskan, di balik patung tersebut tersimpan kisah hidup dan perjuangan salah satu putra terbaik Flores Timur yang mengandung makna tentang patriotisme dan tentang kepahlawanan, tentang cinta tanah air, kesetiakawanan, dan persahabatan yang tulus.
“Melalui buku ini diharapkan dapat memberi nilai-nilai yang menjadi keunggulan Herman Fernadez yang akan menjadi warisan berharga bagi generasi muda bangsa,” harap Grace Siahaan Njo yang juga ponakan kandung Herman Fernandez ini.
Untuk diketahui, Herman Yoseph Fernandez adalah seorang patriot dan pejuang sejati bangsa, asal Larantuka, kelahiran Ende, 3 Juni 1941. Dari Ende, Herman Yoseph Fernandez pindah ke Muntilan, Jawa Tengah, dan terlibat dalam sejumlah organisasi perjuangan rakyat dan ikut bertempur melawan pasukan Belanda hingga mendapat hukuman mati karena dituduh menembak salah satu kapten Belanda.
Herman Yoseph Fernandez gugur sebagai Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan untuk mempertahankan NKRI, setelah pertempuran hidup mati melawan Belanda dalam Palagan Sidobundar 2 September 1947 dan gugur dieksekusi pada 31 Desember 1948.
Selama pengabdiannya, beliau selalu memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan yang diorientasikan semata-mata untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI. Kesemuanya itu mencerminkan betapa kuatnya nilai-nilai kepatriotan dan perjuangannya yang heroik sebagai Tentara Pelajar dan Pejuang Bangsa.
Herman Fernandez dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara,Yogyakarta, bersama Jenderal Besar Sudirman dan Letjen Urip Sumoharjo serta ratusan Pejuang dan Pahlawan Bangsa lainnya.
Nama Herman Fernandez terukir abadi di sejumlah monumen seperti Monumen Sidobunder, Monumen Tentara Pelajar di Kebumen, monumen/prasasti serta makamnya di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta, serta Monumen Yogya Kembali, Yogyakarta.
Namanya juga terukir dalam buku sejarah perjuangan bangsa seperti Gelegar di Bagelen dan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan.
Untuk mengenang jasa dan perjuangannya, di pusat kota Larantuka dibangun juga monumen Herman Fernandez, juga taman Herman Fernandez, dan Jalan Herman Fernandez.
Hidup Herman Fernandez berada di antara dan bersama sejumlah tokoh yang kemudian menjadi tokoh bangsa bahkan Pahlawan Nasional. antara lain Frans Seda, Yos Sudarso, Cornel Simanjuntak, Tan Malaka, Bung Karno dan Bung Hatta, Rusmin Nuryadin, Anton Sujarwo, Ali Said, Nani Soedarsono, Martono, Maulwi Saelan, Jenderal Sudirman, Urip Sumohardjo, dan lain-lain.
Herman Fernandez layak mendapatkan penghargaan negara melalui gelar Pahlawan Nasional.***
--- Simon Leya
Komentar