NASIONAL Kunjungan Prabowo ke India, Dr. Djumala: Konsolidasi Mitra Geopolitik Indo-Pasifik 27 Jan 2025 08:03

Selama kunjungan dua hari itu pemimpin kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerja sama bilateral dalam beberapa bidang, antara lain dari perdagangan, pariwisata, kesehatan, energi, keamanan, pertahanan, dan teknologi digital.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Presiden Prabowo Subianto mengadakan kunjungan kenegaraan ke India pada 25-26 Januari 2025 dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Kunjungan tersebut juga dilakukan untuk menghadiri perayaan Hari Republik India yang ke-76 sebagai tamu negara utama.
Selama kunjungan dua hari itu pemimpin kedua negara sepakat untuk mengembangkan kerja sama bilateral dalam beberapa bidang, antara lain dari perdagangan, pariwisata, kesehatan, energi, keamanan, pertahanan, dan teknologi digital.
Dalam pertemuaan bilateral, kedua pemimpin menyinggung hubungan kesejarahan antara kedua negara. India adalah salah satu negara yang pertama memberi pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Tidak terbatas pada pengakuan kemerdekaan, India juga memberikan bantuan obat-obatan saat Indonesia menghadapi Perang Kemerdekaan hingga 1949.
Menanggapi kunjungan tersebut, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, mengungkapkan dalam hubungan diplomatik sejarah persahabatan kedua negara bisa menjadi fondasi kokoh bagi pengembangan kerja sama di bidang lain.
Dr. Djumala, yang pernah bertugas sebagai Dubes RI untuk Austria dan PBB di Wina itu, mengingatkan bahwa Indonesia pun pernah membantu India ketika negara tersebut mengalami krisis pangan pada 1946.
Setelah Perang Dunia II selesai banyak negara mengalami krisis pangan, akibat berkurangnya persediaan gandum dari Eropa yang mengalami kerusakan dahsyat akibat perang. Pada saat itu Indonesia mengirimkan bantuan beras sebanyak 500.000 ton untuk India.
Diplomasi beras ini ternyata sangat efektif dalam membangun citra dan eksistensi Indonesia sebagai negara yang baru merdeka waktu itu. Berkat diplomasi beras, banyak negara yang memberi pengakuan kemerdekaan Indonesia.
Pada bagian lain Dubes Djumala, yang juga dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjajaran (Unpad) itu, menyoroti beberapa kesamaan kepentingan (common interest) yang dimiliki oleh kedua negara sebagai modal untuk peningkatan kerja sama bilateral.
Dalam banyak studi, menurutnya, di abad ke-21 ini telah terjadi pergeseran titik berat ekonomi dunia ke kawasan Asia (shift of world economic gravity to Asia), yakni ke China, India dan Indonesia (ASEAN). Pergeseran ini ditandai dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, investasi dan perdagangan.
India dan Indonesia yang sama-sama memiliki pasar domestik yang luas dengan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi dan stabil dibanding kawasan lain akan menjadi mitra dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Indo-Pasifik. Terlebih lagi kedua negara sama-sama anggota BRICS, sehingga kemitraan di bidang ekonomi, investasi dan perdagangan lebih mudah untuk dikembangkan di masa depan.
Salah satu kesepakatan yang ditandatangani dengan India dalam kunjungan kali ini adalah kerja sama di bidang pertahanan. Dengan kesepakatan ini Indonesia dan India akan bekerja sama dalam sektor produksi pertahanan, manufaktur alutsista dan rantai pasokan, serta meningkatkan kerja sama di bidang keamanan maritim.
Dubes Djumala mengaitkan kerja sama militer ini dengan situasi geopolitik di Indo-Pasifik, terutama keamanan di Selat Malaka dan Laut China Selatan, sebagai kemitraan strategis.
“Sebagai dua negara besar dalam konstelasi geopolitik Indo-Pasifik, Indonesia dan India dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan maritim di kawasan yang menjadi kepentingan bersama,” ujar Djumala.
”Lebih luas lagi, kerja sama pertahanan kedua negara dapat mempererat konsolidasi kemitraaan strategis dalam menjaga stabilitas keamanan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik,” pungkas Dubes Djumala. *
--- F. Hardiman
Komentar