Breaking News

INTERNASIONAL Pasukan AS Ditarik, ISIS Kembali Raih Kemenangan Besar 23 Oct 2019 09:25

Article image
Pasukan ISIS. (Foto: african-bulletin.com.com)
Kini para pengamat mengatakan penarikan mundur pasukan AS membuat ISIS meraih kemenangan terbesar dalam empat tahun terakhir dan peluang mereka bangkit kian terbuka.

ISIS kembali meraih kemenangan besar pasca ditariknya pasukan AS dari Suriah. Kondisi ini sudah diramalkan para pengamat ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump bulan ini mengumumkan akan menarik mundur pasukan AS dari utara Suriah.

Posisi sulit kini dialami milisi Kurdi yang terjepit oleh gempuran Turki dan serangan balik ISIS. Tak dipungkiri, kekalahan ISIS tidak bisa dilepaskan dari militansi Kurdi yang didukung AS. Bersama pasukan Amerika Serikat, milisi Kurdi di Suriah dalam beberapa tahun terakhir menggelar operasi kontra-terorisme melawan kelompok militan ISIS setiap hari. Kini misi itu sudah berakhir.

Seperti dikutip merdeka.com dari the New York Times, Selasa (22/10), di sepanjang perbatasan Irak-Suriah, militan ISIS kini sedang gencar-gencarnya mengumumkan akan membunuh para tokoh setempat sebagai bentuk intimidasi siapa pun yang menjadi informan pemerintah.

Kini para pengamat mengatakan penarikan mundur pasukan AS membuat ISIS meraih kemenangan terbesar dalam empat tahun terakhir dan peluang mereka bangkit kian terbuka. Bahkan pejabat AS pekan lalu mengatakan mereka kini sudah kehilangan kemampuan untuk mendapatkan informasi intelijen di lapangan terkait gerak-gerik ISIS.

"Tidak diragukan lagi ISIS menjadi pemenang besar atas apa yang terjadi di Suriah," kata Lina Khatib, direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House, lembaga peneliti di London, Inggris.

Menyetop dukungan kepada SDF membuat kemampuan AS dan Kurdi dalam memburu ISIS menjadi lemah.

 

Jihad sampai kiamat

Kabar soal penarikan mundur pasukan AS membuat girang sejumlah pendukung ISIS di media sosial dan berita itu mengangkat moral para militan hingga ke Libya dan Nigeria.

Meski Trump berulang kali menyatakan kemenangan atas ISIS, namun kini kelompok militan itu masih menjadi ancaman. Setelah kalah dalam mempertahankan wilayah kekuasan terakhirnya Maret lalu, ISIS memerintahkan anggotanya menyebar dan berbaru dengan masyarakat luas atau bersembunyi di gurun dan pegunungan.

Dalam laporan Pentagon baru-baru ini, ISIS diperkirakan masih punya 18.000 anggota di Irak dan Suriah, termasuk 3.000 militan asing. Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi juga hingga kini masih buron.

"Pertempuran kita hari ini adalah untuk melemahkan dan merepotkan musuh," ujar Baghdadi dalam pesan video yang dirilis April lalu. Dalam video itu dia terlihat cukup sehat, duduk di lantai di sebuah ruangan, dikelilingi anak buahnya dan sepucuk senapan di sampingnya.

"Jihad akan terus sampai hari kiamat," kata dia dalam video itu.

 

Harapan kosong

Menurut laporan Pentagon pada musim panas tahun ini, militan ISIS melancarkan aksi pembunuhan, bom bunuh diri, penculikan, dan pembakaran lahan di Irak dan Suriah. Mereka juga memiliki sel-sel yang aktif kembali di Suriah dan memperluas daya jangkau komando mereka di Irak.

ISIS juga membakari ladang pertanian dan desa-desa. Mereka juga mendapat uang tebusan dengan menculik orang-orang dan menarik upeti dari pejabat lokal.

Bulan lalu, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom mobil yang menewaskan belasan orang di dekat jalan masuk lokasi peziarah kaum Syiah Irak di Karbala. Insiden itu adalah serangan paling mematikan sejak mereka kehilangan wilayah kekuasaan yang terakhir.

Dalam beberapa jam setelah Trump mengumumkan pasukan AS akan keluar dari perbatasan Suriah, dua pengebom bunuh diri ISIS menyerang sebuah pangkalan militer pasukan SDF di Kota Raqqa.

"Para salibis itu sudah menyerah," kata para pendukung ISIS seperti dikatakan Laith Alkhouri, perusahaan konsultan risiko bisnis Flashpoint Global Partners, pemantau ISIS di grup pesan singkat mereka.

"Dalam pesan yang lain, ISIS mendesak anggota mereka melipatgandakan serangan," kata Alkhouri.

Di sisi lain, milisi Kurdi juga mengampuni dan membebaskan ratusan tahanan ISIS atau pendukung mereka sebagai bagian dari 'kesepakatan damai' dan mengandalkan tokoh masyarakat untuk mengajak mereka bergabung dengan pasukan Kurdi.

Trump berulang kali mengatakan Turki harus mengambil alih pertempuran melawan ISIS di Suriah.

Namun pejabat dan mantan pejabat AS mengatakan militer Turki punya rekam jejak yang buruk dalam menghadapi isu kontra-terorisme dan mereka tidak berharap banyak Turki.

"Yang saya tahu itu cuma jadi harapan kosong," ujar Dana Stroll, mantan pejabat Pentagon.

--- Simon Leya

Komentar