Breaking News

RESENSI Referensi Terlengkap dan Gagasan Baru tentang Ordinariatus Castrensis Indonesia 25 May 2019 15:44

Article image
Cover depan buku karya RD Rofinus Neto Wuli Pr. (Foto: ist)
Mgr. Prof. Dr. Ignatius Suharyo menyambut baik karya Rm Ronny yang disebutnya sebagai percikan pemikiran, gagasan, dan berbagai ide cemerlangnya dalam pelayanan reksa pastoral di kalangan prajurit TNI/Polri.

Oleh Simon Leya

 

PASTOR Bantuan Militer dan Polisi atau yang disingkat Pasbanmilpol mungkin masih asing di telinga kebanyakan umat Katolik, bahkan para klerus dan biarawan-biarawati sekalipun. Kalaupun tahu, orang umumnya mengenalnya dengan sebutan “pastor tentara”. Pasbanmilpol bernaung di bawah sebuah institusi gereja bernama Keuskupan Militer atau yang dalam bahasa Latin dinamakan Ordinariatus Castrensis (OC), istilah yang tentu saja belum dikenal luas.

Orang awam mengira bahwa “pastor tentara” atau Pasbanmilpol adalah mereka yang ditugaskan secara temporer untuk melayani anggota militer yang sedang berlaga di medan perang. OC sejatinya adalah keuskupan kategorial yang melayani anggota tentara dan polisi serta tenaga sipil yang berkarya di lingkungan tentara dan polisi meskipun tidak memiliki teritori yang tegas seperti keuskupan pada umumnya.

OC yang masih asing tersebut ternyata memiliki sejarah panjang dan telah berusia lebih dari seabad. Adalah Mgr. Patrick J. Hayes DD, Uskup Pembantu New York, Uskup OC pertama yang diangkat Tahta Suci Vatikan pada 24 November 1917. Hari pengangkatan Mgr. Patrick J. Hayes DD kemudian ditetapkan sebagai tanggal lahirnya OC.

Vatikan dalam dekret (Surat Keputusan) No. 102/50 melalui Kongregasi Pengembangan Iman tertanggal 25 Desember 1949 mengangkat Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang kala itu menjabat Vikarius Apostolik Semarang menjadi Vicarius Castrensis (Uskup Milter) Indonesia pertama. Sepeninggal Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, jabatan Uskup Militer Indonesia (OCI) digantikan oleh Mgr. Kardinal Darmaatmadja SJ. Saat ini Uskup OCI dijabat Mgr. Prof. Dr. Ignatius Suharyo.

Sering dengan bergulirnya reformasi 1998 dengan keluarnya Kepolisian dari ABRI, nama Keuskupan Militer berubah menjadi Keuskupan untuk Umat Katolik di Lingkungan TNI/Polri. Reformasi di tubuh ABRI juga berdampak kepada eksistensi Pastor Militer yang selama itu menyatu dalam struktur organsisasi Pusat Pembinaan Mental (Pusbintal) dan diberikan pangkat tituler. Tituler adalah gelar atau pangkat (umumnya pada militer) yang diberikan kepada seseorang di luar kalangan militer berkaitan dengan tugas yang mengharuskan adanya pejabat yang memiliki pangkat militer. Tituler bersifat sementara dan dapat dicabut setelah berakhirnya masa tugas tersebut.

Dengan dihapuskannya pangkat titular, pendampingan kepada anggota TNI/Polri sempat diemban oleh pastor yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang di satu sisi tunduk kepada komandannya tapi di sisi lain tunduk kepada uskup militer. Namun dalam perjalanan waktu, dengan tidak adanya pastor yang menggantikan pastor PNS yang sudah pensiun, pelayanan kepada anggota militer dan keluarganya dijalankan melalui reksa pastoral di paroki masing-masing. Praktis, tidak ada pastor yang secara khusus melayani anggota TNI/Polri seperti sebelumnya.

Empat tahun silam, keluarga besar TNI/Polri kembali dilayani oleh seorang Pasbanmilpol dengan diangkatnya RD Rofinus Neto Wuli, oleh Uskup Militer (OCI) dengan SK tertanggal 19 Mei 2015 sebagai Pastor Pendamping Umat Katolik di Lingkungan TNI/Polri di seluruh wilayah Indonesia.

Empat tahun menjadi Pasbanmilpol, RD Rofinus Neto Wuli ikut mengalami dan merasakan suka dan duka berada di tengah anggota TNI/Polri dan keluarganya. RD Rofinus Neto Wuli menuangkan pergulatan dan catatan pengalaman selama empat tahun tersebut dalam buku berjudul Spirit Kebangsaan Prajurit Dalam Perspektif Spirituali Militum Curae (2019). Karya RD Rofinus Neto Wuli dipuji dan diapresiasi oleh banyak tokoh.

Mgr. Prof. Dr. Ignatius Suharyo menyambut baik karya Rm Ronny yang disebutnya sebagai percikan pemikiran, gagasan, dan berbagai ide cemerlangnya dalam pelayanan reksa pastoral di kalangan prajurit TNI/Polri.

“Semoga buku ini dapat memberi pelajaran berharga bagi para prajurit dan keluarganya masing-masing serta bagi siapa saja yang membacanya,’ tulis Mgr. Prof. Dr. Ignatius Suharyo dalam Prolog buku karya RD Rofinus Neto Wuli tersebut.

Komjen Pol (Purn) Drs. Gories Mere (Staf Khusus Presiden RI Bidang Keamanan dan Intelijen) yang menulis Kata Sambutan buku tersebut memaparkan tiga pesan. Pertama, buku ini merupakan sebuah refleksi dari/tentang peran Gereja Katolik yang telah memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sejak jaman perjuangan kemerdekaan hingga saat ini.

Kedua, buku karya Romo Rofinus Neto Wuli Pr ini merupakan kristalisasi dari pengalamannya dalam memberikan pelayanan dan pendampingan spiritual kepada para prajurit TNI/Polri  beragama Katolik.

Ketiga, merujuk pada Konstitusi Apostolik tentang Ordinariat Militer Paus Yohanes Paulus II, “Spirituali Militum Curae”, buku ini menampilkan gagasan baru bagi para prajurit TNI/Polri beragama Katolik dalam menjalankan tugas sebagai alat negara di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Semoga buku ini menjadi rujukan bagi para prajurit TNI/Polri dalam melakukan reformasi kultural dalam mengemban panggilan dan perutusan sebagai alat negara di bidang pertahanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat,” tulis Komjen Gories Mere.

Sementara itu mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Suber dan Sandi Negara Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian dalam Epilognya menulis, RD Rofinus Neto Wuli dalam bukunya berjudul Spirit Kebangsaan Prajurit Dalam Perspektif Spirituali Militum Curae secara cermat menampilkan tanggapan gereja bahwa berbagai bentuk dan modus kejahatan kemanusiaan tidak lahir tanpa sebab. Gereja Katolik menyebut kekeringan spiritualitas  sebagai biang dari kejahatan kemanusiaan.

“Atau dalam versi lain, Jens Zimmermann, seorang pemikir kontemporer sebagaimana dikutip RD Rofinus Neto Wuli dalam bukunya mengatakan, peradaban manusia yang kian mengalami krisis solidaritas dan moralitas itu bisa terjadi karena manusia melupakan pendasaran-pendasaran moral dari agama,” tulis mantan Pangdam XVII/Cendrawasih.

Bagi siapa saja yang ingin memahami dan mengenal kiprah Keuskupan Militer secara lebih dalam, buku berjudul Spirit Kebangsaan Prajurit Dalam Perspektif Spirituali Militum Curae terbitan Obor karya RD Rofinus Neto Wuli Pr wajib Anda baca. Karya RD Rofinus Neto Wuli Pr ini mungkin menjadi buku referensi terlengkap tentang OC dan OCI.

RD Rofinus Neto Wuli Pr, satu-satunya pastor yang pernah dianugerahi bintang penghargaan Wibawa Seroja Nugraha sebagai Lulusan Terbaik/Cum Laude PPRA XLVII Lemhannas RI (2012) dan Yudha Buana Sastra sebagai tesis terbaik oleh Rektor Universitas Pertahanan Indonesia & Menteri Pertahanan RI (2015).

 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi IndonesiaSatu.co

Komentar