EKONOMI Tarif Pesawat dan Harga Emas Angkat Inflasi November, BI Pastikan Sasaran Aman 05 Dec 2025 08:29
BI optimistis inflasi pada 2025 dan 2026 akan terus berada dalam rentang sasaran 2,5±1%. Fundamental inflasi saat ini sangat solid, dan koordinasi lintas kementerian serta pemerintah daerah terus diperkuat.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co — Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2025 tercatat tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi bulan itu sebesar 0,17% secara bulanan (mtm) dan 2,72% secara tahunan (yoy). Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa stabilnya inflasi merupakan hasil konsistensi kebijakan moneter serta kuatnya koordinasi pengendalian harga antara pemerintah pusat dan daerah.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan bahwa capaian tersebut sejalan dengan target inflasi nasional. “Inflasi pada November tetap terkendali di kisaran sasaran. Ini mencerminkan efektivitas bauran kebijakan moneter serta sinergi erat BI dengan TPIP dan TPID,” ujarnya.
Ramdan juga menegaskan bahwa BI optimistis inflasi pada 2025 dan 2026 akan terus berada dalam rentang sasaran 2,5±1%. “Fundamental inflasi saat ini sangat solid, dan koordinasi lintas kementerian serta pemerintah daerah terus diperkuat,” katanya.
Inflasi Inti Stabil, Kenaikan Harga Emas Jadi Pendorong
Inflasi inti pada November 2025 tercatat sebesar 0,17% (mtm), lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang mencapai 0,39% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat stabil di 2,36% (yoy).
Ramdan menjelaskan bahwa kenaikan harga emas perhiasan menjadi kontributor utama inflasi inti pada periode tersebut. “Pergerakan emas global kembali menguat sehingga mendorong harga emas perhiasan domestik. Meski demikian, ekspektasi inflasi tetap terjaga,” tuturnya.
Menurut BI, stabilitas inflasi inti mencerminkan terjaganya permintaan domestik, ekspektasi yang moderat, serta kebijakan moneter yang konsisten. “Kami menjaga agar tekanan harga inti tetap berada pada jalur yang mendukung pertumbuhan,” kata Ramdan.
Ke depan, BI memperkirakan inflasi inti akan bergerak moderat sejalan dengan stabilitas nilai tukar, penguatan koordinasi kebijakan, dan terkendalinya ekspektasi harga jangka pendek.
Volatile Food Masih Terkendali, Bawang Merah Jadi Penyumbang Utama
Kelompok volatile food mencatat inflasi tipis 0,02% (mtm) pada November 2025, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok ini turun ke 5,48% (yoy) dari 6,59% (yoy).
“Yang mendorong inflasi volatile food terutama adalah kenaikan harga bawang merah,” ujar Ramdan. Ia menjelaskan bahwa pasokan bawang merah tertekan oleh gangguan cuaca dan kenaikan harga bibit. Namun menurutnya, tekanan harga tetap dapat ditangani melalui sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah daerah.
“Program Ketahanan Pangan Nasional terus diperkuat untuk memastikan pasokan komoditas strategis tetap terjaga. Ini menjadi faktor penting dalam menjaga inflasi pangan tetap terkendali,” kata Ramdan.
BI memperkirakan inflasi volatile food akan tetap stabil pada bulan-bulan mendatang seiring peningkatan koordinasi kebijakan dan penguatan distribusi pangan.
Administered Prices Meningkat, Tarif Angkutan Udara Jadi Pendorong
Kelompok administered prices mencatat inflasi 0,24% (mtm), meningkat dari 0,10% (mtm) pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi kelompok ini juga naik ke 1,58% (yoy).
Ramdan menjelaskan bahwa tarif angkutan udara menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi administered prices. “Mobilitas masyarakat meningkat menjelang akhir tahun, ditambah kenaikan harga avtur yang mendorong maskapai menyesuaikan tarif,” paparnya.
Meski meningkat, tekanan harga pada kelompok administered masih dalam batas wajar. “Kenaikan administered prices tidak memberikan tekanan signifikan pada inflasi keseluruhan. Kami terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak agar stabilitas harga tetap terjaga,” tutur Ramdan. ***
--- Sandy Javia
Komentar