EKONOMI BI Tahan BI-Rate di 4,75%, Fokus Stabilitas Rupiah dan Dukung Pemulihan Ekonomi 20 Nov 2025 10:49
Ruang penurunan suku bunga masih terbuka ke depan, sejalan dengan proyeksi inflasi 2025–2026 yang tetap berada dalam sasaran 2,5±1%. Namun untuk saat ini, stabilitas eksternal masih menjadi prioritas utama.
JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18–19 November 2025. Suku bunga Deposit Facility tetap 3,75% dan Lending Facility 5,50%.
BI menegaskan keputusan ini selaras dengan fokus kebijakan jangka pendek untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah serta menarik aliran investasi portofolio di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Pada saat yang sama, BI tetap menjaga efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang sudah digulirkan sejak 2024.
Gubernur BI Perry Wardjiyo dalam siaran pers, Rabu (19/11/2025) menyampaikan bahwa ruang penurunan suku bunga masih terbuka ke depan, sejalan dengan proyeksi inflasi 2025–2026 yang tetap berada dalam sasaran 2,5±1%. Namun untuk saat ini, stabilitas eksternal masih menjadi prioritas utama.
Rupiah tercatat berada di Rp16.735 per dolar AS pada 18 November 2025, melemah 0,69% dari akhir Oktober akibat derasnya arus modal global ke aset safe haven AS dan emas. Untuk menahan tekanan tersebut, BI mengintensifkan intervensi di pasar spot, NDF off-shore, dan DNDF domestik. Pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder juga dilanjutkan untuk menambah suplai likuiditas rupiah di pasar uang.
BI menyebut prospek Rupiah tetap positif ke depan, ditopang ekspektasi inflasi rendah, premi imbal hasil yang menarik, serta peningkatan pasokan valas dari eksportir melalui kebijakan penguatan DHE SDA.
Pertumbuhan Ekonomi Konsisten
BI juga menilai ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% (yoy) pada kuartal III/2025. Dorongan utama berasal dari ekspor serta percepatan belanja Pemerintah. Konsumsi rumah tangga dan investasi masih perlu digenjot agar permintaan domestik kembali solid.
Pada kuartal IV/2025, BI memproyeksikan pertumbuhan meningkat didorong belanja fiskal, proyek prioritas Pemerintah, Paket Kebijakan Ekonomi 2025, serta kenaikan mobilitas menjelang Natal dan Tahun Baru. Indeks manufaktur (PMI) juga tetap berada di level ekspansif. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 berada pada kisaran 4,7%–5,5%.
Sementara Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2025 diperkirakan tetap kuat. Pada kuartal III/2025, transaksi berjalan diproyeksi mencatat surplus seiring kuatnya ekspor CPO ke India, logam mulia ke Swiss, dan batu bara ke Tiongkok. Cadangan devisa pada Oktober 2025 meningkat menjadi US$149,9 miliar, setara 6,2 bulan impor—jauh di atas standar kecukupan internasional.
Sementara itu, Inflasi IHK pada Oktober 2025 tercatat 2,86% (yoy), dengan inflasi inti stabil 2,36%. Inflasi administered prices rendah, dipengaruhi penurunan harga bensin dan tarif transportasi. Namun inflasi volatile food naik menjadi 6,59% (yoy) akibat gangguan pasokan dari cuaca basah, utamanya cabai, telur ayam, dan daging ayam.
BI memastikan inflasi 2025–2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, didukung penguatan TPIP/TPID dan program ketahanan pangan.
Kredit Melambat
BI juga mencatat pada Oktober 2025 pertumbuhan kredit 7,36% (yoy), melambat dari 7,70% bulan sebelumnya. Suku bunga kredit perbankan turun lambat hanya 20 bps sepanjang 2025, jauh di bawah penurunan BI-Rate sebesar 125 bps. Suku bunga deposito 1 bulan juga hanya turun 56 bps, terhambat banyaknya special rate untuk deposan besar.
Sementara itu undisbursed loan masih tinggi, mencapai Rp2.450,7 triliun, menunjukkan permintaan kredit belum pulih kuat. BI memproyeksikan kredit 2025 tumbuh di batas bawah 8–11%, dan meningkat 2026.
Maka untuk mempercepat transmisi kebijakan, BI menggenjot insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang telah mencapai Rp404,6 triliun per awal November 2025. KLM diperkuat berbasis kinerja, mengharuskan bank menyalurkan kredit ke sektor prioritas Pemerintah dan menyesuaikan suku bunga kredit dengan arah kebijakan BI.
Kendati demikian ekonomi dan keuangan digital mencatatkan pertumbuhan signifikan. Transaksi pembayaran digital: 4,45 miliar transaksi (+31,2% yoy). QRIS: +139,45% yoy, BI-FAST: 446,77 juta transaksi (+31,96% yoy), BI-RTGS: Rp22.524,61 triliun, uang kartal yang diedarkan: Rp1.213,76 triliun (+13,37% yoy).
BI menambahkan perluasan QRIS antarnegara dengan Tiongkok dan Korea Selatan juga memasuki fase sandboxing.
BI juga mencatat ketahanan perbankan solid, dilihat dari CAR perbankan naik ke 26,15%, sementara NPL bruto terjaga di 2,24%. Namun NPL UMKM sedikit meningkat ke 4,51%. Hasil stress test BI menegaskan ketahanan perbankan tetap kuat di tengah risiko global. ***
--- Sandy Javia
Komentar