INTERNASIONAL Inflasi Inti AS Naik Jadi 3,1% di Juli, Tertinggi Sejak Awal 2025 14 Aug 2025 18:03

Inflasi inti Amerika Serikat (AS) pada Juli 2025 melonjak menjadi 3,1% secara tahunan, tertinggi sejak awal tahun, dipicu kenaikan harga jasa seperti tiket pesawat, perawatan medis, dan rekreasi. Lonjakan ini meningkatkan tantangan bagi Federal Reserve d
JAKARTA, IndonesiaSatu.co – Inflasi inti Amerika Serikat (AS) melonjak pada Juli 2025, mencatat laju tahunan tertinggi sejak awal tahun, di tengah kenaikan signifikan harga jasa. Lonjakan ini memicu perdebatan baru terkait dampak tarif impor dan arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan data Bureau of Labor Statistics (BLS) yang dirilis Selasa (12/8), indeks harga konsumen inti (core Consumer Price Index/CPI)—yang mengecualikan komponen makanan dan energi—naik 0,3% secara bulanan dari Juni, sesuai perkiraan ekonom. Secara tahunan, inflasi inti mencapai 3,1%, naik dari bulan sebelumnya.
Harga jasa non-energi naik 0,4% pada Juli, tertinggi sejak awal 2025. Kenaikan terutama didorong lonjakan harga tiket pesawat—terbesar dalam tiga tahun terakhir—disusul perawatan medis dan rekreasi. Sementara itu, harga barang (non-makanan dan non-energi) meningkat dengan laju moderat.
Beberapa kategori barang yang terkena dampak tarif Presiden Donald Trump, seperti mainan, peralatan olahraga, dan perabot rumah tangga, juga naik, meski lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Dampak ke Pasar dan Ekspektasi The Fed
Pasar obligasi pemerintah AS menguat, indeks berjangka S&P 500 naik, dan dolar AS melemah, seiring meningkatnya keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September.
Namun, kenaikan harga jasa yang berkelanjutan menimbulkan dilema bagi The Fed. Meski fokus kebijakan selama ini diarahkan pada dampak tarif terhadap harga barang, penguatan permintaan konsumen berpotensi memperpanjang tekanan inflasi di sektor jasa.
Perumahan dan Indikator PCE
Biaya perumahan—komponen terbesar dalam CPI jasa—naik 0,2% dalam dua bulan terakhir, menunjukkan stabilitas setelah tren kenaikan sebelumnya. Harga penginapan hotel justru menurun.
Indeks jasa tanpa biaya perumahan dan energi—indikator yang dipantau ketat The Fed—melonjak 0,5%, salah satu kenaikan tercepat sejak awal 2024. Data ini menjadi masukan penting untuk proyeksi inflasi berbasis Personal Consumption Expenditures (PCE) yang akan dirilis akhir Agustus.
Konteks Politik dan Kebijakan Tarif
Kenaikan inflasi ini terjadi di tengah kebijakan tarif besar-besaran pemerintahan Trump. Beberapa pelaku usaha menunda kenaikan harga karena khawatir daya beli konsumen tergerus. Pasar kini menantikan laporan penjualan ritel dan sentimen konsumen pada Jumat untuk mengukur kekuatan permintaan domestik.
Di sisi politik, Presiden Trump baru saja menunjuk EJ Antoni, ekonom konservatif dari Heritage Foundation, sebagai Kepala BLS, menggantikan pejabat sebelumnya yang diberhentikan awal bulan ini. Antoni dikenal kritis terhadap metodologi BLS, sementara Trump menuduh lembaga tersebut memanipulasi data—klaim yang belum terbukti.
Pendapatan Riil Mulai Pulih
Laporan terpisah menunjukkan pendapatan riil rata-rata per jam naik 1,4% dari tahun sebelumnya, membalikkan penurunan yang terjadi pada Juni. Tren ini memberikan sedikit ruang optimisme bahwa daya beli konsumen dapat bertahan, meski inflasi kembali menguat.
Dengan inflasi inti yang menanjak, The Fed akan menghadapi ujian berat dalam menyeimbangkan kebijakan moneter antara mengendalikan harga dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. ***
--- Sandy Javia
Komentar